CakNun.com

Frekuensi Kegembiraan: Perjalanan Menuju Kebahagiaan Sejati

Kenduri Cinta edisi Desember 2024
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 19 menit
Dok. Kenduri Cinta

Kegembiraan Kolektif dan Visi Kebahagiaan Bersama

Pandji membuka pembicaraannya dengan suasana santai dan penuh tawa. Ia mengungkapkan betapa senangnya bisa diundang ke forum Kenduri Cinta, ia merasa sangat tersanjung diundang di Kenduri Cinta ini. Pandji, sebagai seorang stan dup comedian malam itu berkelakar bahwa Kenduri Cinta adalah forum yang dihadiri oleh banyak bapak-bapak yang gemar begadang, sembari menyindir dengan humor ringan tentang masyarakat Indonesia yang gemar mencari hiburan gratis. Tawa jamaah pun pecah mendengar sindirannya yang khas.

Namun, setelah humor-humor tersebut, Pandji menggali lebih dalam tentang arti kebahagiaan. “Untuk mencapai kebahagiaan, kita harus lebih mendasar,” ujarnya. Ia menyebutkan bahwa meskipun orang bisa merasa gembira saat menonton stand-up comedy, itu tidak menjamin kebahagiaan yang sesungguhnya. Dalam setiap pertunjukannya, Pandji berusaha untuk menghadirkan sesuatu yang baru, yang memberikan kebahagiaan yang lebih dalam kepada penonton. “Bahagia itu tidak mungkin hanya untuk diri sendiri. Untuk mencapai kebahagiaan yang sama, kita butuh kesamaan visi, agar bisa merasakannya bersama-sama”, jelasnya.

Pandji juga menyampaikan betapa berartinya ia hadir di forum Kenduri Cinta untuk pertama kalinya. “Ini adalah kehadiran pertama saya, dan saya berharap bisa hadir lebih sering. Saya akan berusaha menyesuaikan diri dengan forum ini dan menjadi diri saya sendiri,” tambahnya. Dalam pesannya, Pandji menggarisbawahi pentingnya berbagi kebahagiaan bersama, dan bahwa melalui forum seperti Kenduri Cinta, visi kebahagiaan bisa diwujudkan secara kolektif.

Dengan sikap yang apa adanya dan penuh semangat, Pandji mengakhiri awal pendapatnya dengan harapan bahwa setiap pertemuan di Kenduri Cinta akan membawa kegembiraan yang lebih besar, baik bagi dirinya maupun jamaah yang hadir. Diskusi ini pun menambah kedalaman pemahaman tentang bagaimana kegembiraan tidak hanya ditemukan dalam kebahagiaan individu, tetapi dalam kesatuan visi dan niat bersama.

Diskusi malam itu dilanjutkan dengan Fahmi yang menyampaikan terima kasih kepada Pandji atas kehadirannya dan membuka kesempatan kepada Habib Husein untuk menyampaikan “kabar gembira”. Habib Husein memulai dengan humor ringan, menyebutkan bahwa ia hadir sebagai “utusan Tuhan, bukan utusan Presiden,” yang langsung mencairkan suasana dan disambut gelak tawa jamaah.

Kebahagiaan Sejati: Refleksi dalam Perspektif Agama dan Kehidupan

Habib Husein kemudian melanjutkan untuk membahas tema kebahagiaan dari perspektif agama. “Dalam Al-Qur’an, hidup yang baik adalah hidup yang membahagiakan,” ujarnya. Ia membahas tentang martir, orang yang rela berkorban untuk orang lain, dan bertanya, “Apakah orang yang berkorban demi orang lain tidak bahagia?” Menurutnya, kebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dengan kebahagiaan material atau sementara.

“Kegembiraan itu cenderung materialis, sementara kebahagiaan bersumber dari dalam diri kita,” kata Habib Husein. Ia menjelaskan bahwa kegembiraan seringkali datang dari luar dan bersifat fluktuatif. “Malam ini kita bisa sangat gembira, tetapi besok bisa redup atau hilang. Kegembiraan itu bergantung pada faktor eksternal, dan ini bersifat sementara,” tambahnya.

Habib Husein mengajak jamaah untuk menyadari bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri. “Yang penting bukan mengontrol dunia luar, seperti yang diajarkan dalam filsafat Stoik, tetapi lebih pada fokus untuk mengendalikan diri kita sendiri,” ujarnya, mengutip pandangan Victor Frankl yang mengatakan bahwa kebahagiaan berhubungan dengan perspektif mental kita terhadap dunia luar. “Kita bisa menggeser sudut pandang kita untuk merasakan kebahagiaan, meskipun di tengah kesulitan,” jelasnya.

Ia juga berbicara tentang kebahagiaan dalam konteks Islam, yang berada dalam frekuensi tuma’ninah, yaitu keadaan tenang, stabil, dan berdaulat. “Ketenangan itu harus disandarkan pada Tuhan. Dengan demikian, kita bisa melihat segala sesuatu dengan lebih tenang,” kata Habib Husein. Tantangannya, menurutnya, adalah bagaimana tetap bisa berbahagia meskipun dihadapkan dengan penderitaan.

Habib Husein juga merenungkan, “Tuhan yang maha pemberi waktu, tapi seringkali kita tidak memberi waktu kepada Tuhan.” Ia menekankan pentingnya sabar dan melihat segala sesuatu dengan pandangan yang lebih universal, bukan partikular. “Dalam dunia yang penuh dengan ketergesahan, kita sering kehilangan ruang untuk refleksi. Padahal, hikmah adalah harta karun yang paling berharga dalam hidup manusia,” ujarnya.

Ia juga mengelaborasi konsep tuma’ninah dalam sholat, yang merupakan rukun dan syarat sah sholat. “Kenapa kita sholat dengan parfum, berpakaian baik, dan putih? Itu adalah pengkondisian diri”. Yang akan lebihi baik nilai pengarunya berimbas pada segala aktivitas kita setelah sholat. Menurut Habib Husein, kegembiraan yang sejati bukanlah kegembiraan sesaat, tetapi kebahagiaan yang dapat bertahan lama dan memberikan kedamaian.

Lainnya

Exit mobile version