CakNun.com

Di Tengah Topo Ngrame

Ahmad Syakurun Muzakki
Waktu baca ± 2 menit
Foto: Adin (Dok. Progress)

Minggu pagi di tengah ngopi dan Djisamsoe mendapat pesan ini:

“Kepingen Ketemu mbah nun mas. masalah banyak. Saya bngung mas. Orang tua sakit hutang banyak istri dirumah bingun sendiri an.pkok nya gagal mas saya jdi suami jdi manusia bngung mas...”

Apa kira-kira reaksi kita ketika menghadapi keluhan seperti itu?

Apa akan saya kutipkan kata-kata motivator semacam — “benahi hidupmu. Kerja keras. Perbaiki hubungan sosialmu”.

Atau model kyai-kyai — “Sabar Lee. Tingkatkan ibadahmu. Allah dan Malaikat akan menjaga dan memberi jalan keluar. Min haitsu laa yahtasibu….” Atau coba wirid ini “Yaa shoohibii ‘inda kulli syiddatin wa yaa ghiyaatsii ‘inda kulli qurbatin sholli ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin, waj’al lii min amrii farojan wa makhrojan.

Bisa juga sih saya sarankan mengadu ke Capres dan Cawapres. Sekalian test ombak ke mereka, apa benar konsen dengan masalah masyarakat. Tapi saya nggak tega menyarankan itu. Semua capres dan cawapres pasti akan meremehkan masalah-masalah real masyarakat Indonesia. Mereka konsennya menyelesaikan persoalan besar bangsa. Dan diangannya persoalan besar teratasi dan otomatis persoalan kecil terselesaikan. Jare sopo!!

Sebenarnya bisa juga saya respons — “Problem banyak orang di Indonesia saat ini, Mas. Kita menghadapi problem yang sama 11-12 lah dengan persoalan saya. Hutang adalah persoalan laten dan sudah menjadi endemi. Satu-satunya solusi adalah mengadu ke Allah — Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal maula wani’man nashir. Walau Allah agak tertawa dengan bahasa aduan kita. “Arek-arek sejak dulu hanya itu itu saja persoalannya. Tidak berkembang blasss…”

Diam-diam saya iba kepada Mbah Nun. Di tengah topo ngrame-nya — umat memanggil terus-menerus. Mencari-carinya. Mbah Nun memang ruang sambat yang nyaman.

Yogyakarta, Minggu 28 Januari 2024

Lainnya

Pendulum Jilbab

Pendulum Jilbab

Belum lama ini Yogyakarta dihebohkan oleh kasus seorang siswa sekolah menengah yang di-bully oleh lingkungan sekolah negeri karena belum mau mengenakan jilbab.

Mustofa W. Hasyim
Mustofa W.H.
Exit mobile version