CakNun.com

Dengarkanlah Nyanyian Gelandangan

Tafsir Nadjibiyah #27
Redaksi
Waktu baca ± 2 menit

Sedih karena Timnas kalah sama Vietnam dan Filipina di Piala AFF 2024 ini? Boleh, tapi sebentar saja. Tapi kayaknya pada biasa aja kok ya. Sedih karena menoleh ke belakang dan menjumpai diri tak banyak capaian di tahun 2024 yang sebentar lagi akan berlalu? Boleh, tapi jangan lama-lama, setelah itu balik lagi nyawang ke depan, walau kita sudah marhum hidup ya begitulah, naik turun, kadang banyak turunnya, sedikit naiknya. Atau sebaliknya. Gimana lagi. Yang terpenting kita tetap berupaya berada pada poros nilai hidup yang semestinya.

Dalam pada itu, sesekali kita perlu memandang, sejatinya di muka bumi ini kita adalah barisan para gelandangan. (Semoga teman-teman zaman now mengenal istilah ini). Kita hanya menjadi tampak tidak sebagai gelandangan di atas bumi ini, semata-mata karena Allah menganugerahi fasilitas kehidupan — rezeki, rumah, makan bergizi, busana yang layak, dll. Namun, kita juga bisa merupakan gelandangan dalam konteks sosial politik jika negara banyak menelantarkan kita sebagai rakyat. Jika pembangunan hanya mengejar target-target dan rasionalitasnya sendiri, bukan tak mungkin ia akan menyebabkan lahirnya gelandangan-gelandangan.

Besok malam (Senin, 23 Desember 2024) pukul 20.00 WIB KiaiKanjeng akan menghadirkan musik-puisi bertajuk Nyanyian Gelandangan. Di mana? Di live streaming Tafsir Nadjibiyah edisi ke-27 persembahan Partai X di youtube caknun.com, Partai X, dan Radius. Nyanyian Gelandangan adalah antologi Puisi Mbah Nun yang terbit pada 1982, dan mulanya dipentaskan bersama Kelompok musik teater Dinasti yang merupakan kerjasama dengan Taman Budaya Surakarta dan Penerbit Jatayu. Kemudian kumpulan puisi ini tergabung dalam buku Sesobek Buku Harian Indonesia.

Beberapa puisi dari Nyanyian Gelandangan seperti “Sajak Buruh” dan “Sajak Tamu Entah Siapa” serta puisi “Nyanyian Gelandangan” itu sendiri akan dihadirkan oleh KiaiKanjeng besok malam. Ini tentu berbeda dengan Tafsir Nadjibiyah 26 edisi sebelumnya yang lebih banyak merupakan diskusi atau obrolan yang dipadu dengan nomor-nomor shalawat dan lagu. Ya, biar ada refreshment, tapi tetap dalam koridor menyelami karya-karya Mbah Nun, yakni dengan memperluas jangkauan. Jika selama ini lebih banyak pada video-audio singkat atau esai-esai beliau, kali ini merambah puisi-puisi beliau.

Sampai jumpa besok malam!

Yogyakarta, Minggu 22 Desember 2024

Lainnya

Topik