CakNun.com

Dekonstruksi Makna Melalui Denotasi Konotasi di #KCJuli

Catatan Kenduri Cinta edisi Juli 2024
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 12 menit

Dok. Kenduri Cinta

Diskusi Kenduri Cinta malam itu sangat meriah, semakin malam semakin akrab, hadir juga Hendri Satrio yang dalam beberapa bulan terakhir ini selalu datang di Kenduri Cinta. Ia sendiri mengaku bahwa forum seperti Kenduri Cinta adalah forum yang sangat ia rindukan, sehingga ia pun merasa untuk ingin selalu hadir, bertemu langsung dengan teman-teman Jamaah Maiyah di Jakarta, berbagi cerita, berbagi wawasan, dan tentu saja gaya kocaknya yang khas selalu menjadi penyegar suasana forum.

”Jadi kalau dalam teori komunikasi itu ada 3 unsur yang harus dipenuhi: yang menyampaikan pesan, yang menerima pesan dan ada pesan yang disampaikan”, Hendri Satrio membuka. Pada sebuah pesan yang disampaikan, apakah bisa dipahami oleh pihak yang menerima pesan? Apakah pemahamannya sama dengan yang dimaksud oleh si pengirim pesan? Menurut Hendri Satrio, denotasi konotasi berada di wilayah komunikasi itu. Persepsi adalah realita, apa yang kita persepsikan adalah realita.

”Dalam ilmu komunikasi itu diperjelas, bahwa dalam sebuah komunikasi kita harus mengerti siapa yang bicara, bicara tentang apa, untuk apa dia bicara, kapan dia bicara, dampak dari pembicaraannya seperti apa itu yang harus kita fikirkan. Sayangnya, kita terjebak pada konotasi-konotasi yang sifatnya instan atau cepat”, lanjut Hendri Satrio.

Seperti akhir-akhir ini ada kebijakan Organisasi Masyarakat diizinkan untuk mengelola tambang di Indonesia oleh Pemerintah, bagi Hendri Satrio ada kemungkinan bahwa yang dimaksudkan oleh Pemerintah adalah agar Organisasi Masyarakat dapat terlibat untuk mengelola tambang, sehingga ummat yang dinaungi oleh Ormas itu dapat juga turut terlibat dan mendapat pekerjaan. Tetapi, sebagai rakyat kita juga boleh memiliki respon yang berbeda. Begitu juga yang akhirnya kita melihat pada faktanya Ormas-ormas yang lain pun berpendapat bahwa izin pengelolaan tambang itu tidak sesuai jika diberikan kepada Ormas. Dan hal ini juga ternyata menjadi polemik di tengah masyarakat.

Termasuk juga isu yang sudah muncul akhir-akhir ini bahwa Wantimpres akan diganti kembali menjadi Dewan Pertimbangan Agung. Hal ini juga memunculkan polemik di masyarakat bahwa perubahan ini dilakukan sebagai upaya agar kekuasaan seseorang masih akan berlanjut. Seperti halnya sebelumnya kita melihat putusan MK terkait batas usia Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang diubah hanya beberapa saat menjelang proses pendaftaran kandidat Capres-Cawapres tahun lalu. Dan masih banyak lagi hal-hal diluar nalar sehat, bagaimana Pemerintah yang berkuasa saat ini sepertinya memaksakan banyak kebijakan-kebijakan yang sebenarnya tidak dibutuhkan oleh rakyat Indonesia hari ini.

Lagi-lagi, Hendri Satrio mengingatkan bahwa sebentar lagi kita akan menghadapi Pemilu tingkat daerah untuk memilih Kepala Daerah. Bagi para politisi, denotasi konotasi tentang Pilkada adalah untuk mendapatkan kekuasaan. Sementara bagi rakyat? Mungkin kita hanya akan menjadi pelengkap penderita yang hanya dibutuhkan lima tahun sekali untuk datang ke bilik suara. Berapa banyak dari kita yang menganggap bahwa Pilkada bulan November nanti adalah dalam rangka untuk memilih pemimpin yang baru, yang akan membawa rakyatnya menuju kondisi dan situasi yang lebih baik?

Dok. Kenduri Cinta

Itulah tantangan bangsa Indonesia saat ini. Setelah pemilihan Presiden selesai dilakukan, ada pemilihan Kepala Daerah yang sebentar lagi harus juga dilakukan. Gonjang-ganjing mengenai Pilkada ini pun sudah semakin bergemuruh. Rakyat Indonesia akan dihadapkan pada denotasi konotasi lagi mengenai apa itu pemimpin, apa itu partai politik, apa itu koalisi hingga apa itu kekuasaan.

Sebagai Jamaah Maiyah, sudah sepatutnya kita bersyukur bahwa adanya forum Maiyah seperti Kenduri Cinta ini sebagai sebuah early warning system yang kita bangun bersama. Di forum ini, kita tidak hanya duduk berkumpul dan melingkar sebulan sekali, tetapi kita juga tetap mengaktivasi kesadaran kita. Setidaknya, kita tidak ikut menambahkan kerusakan-kerusakan di Negara yang kita cintai ini.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik