CakNun.com

Cinta dan Keikhlasan

Risma Dika Alvian
Waktu baca ± 2 menit

Cinta dan benci memiliki keterikatan yang erat dalam otak manusia. Namun masa kecilku dipenuhi dengan benci yang mendominasi, terlahir dewasa sebelum waktunya menjadikan diri ini keras tanpa pencairnya. Seberjalannya waktu karakternya ditempa, ia dididik tanpa didampingi orangtua, sunyi memang, dipenuhi amarah dan kesedihan. Tak kusangka manusia ini bertumbuh menjadi dewasa sebelum waktunya. Hingga di simpang perjalanannya ia mengenal ruang teduh yang menenangkan, dipenuhi cinta yang memabukkan. Romansanya turut menggelitik hingga ketulang, sebab Tuhan menyirami ruang ini penuh keikhlasan, sebutlah Maiyah.

Aku berpikir Tuhan sangat asyik sekali mentakdirkan ruang ini berdiri hingga ke pelosok Nusantara. Menampung para muda-mudi, yang tua-tua keladi, yang menyedihkan diri, dari yang di sebut baik atau kurang semua dipersatukan dalam lingkar cinta untuk menjemput kebersamaan Tuhan. Sebut saja manusia ini memang membutuhkan pengisian rohani dan jasmani, Maiyah datang sebagai pengobat dan penopang. Mendatangkan keberagaman dalam menyentuh makna cinta dan Ikhlas yang diberikah oleh sosok Emha Ainun Najib beliau sering disapa Mbah Nun.

Banyak maqola yang beliau tuturkan sesuai reliatas hidup, kenyataan yang tak bisa dijalankan rasa-rasanya dengan uluran tangan serta kasih yang mbah Nun salurkan kepada anak cucunya memberikan semangat baru untuk menjalani hidup. Terkadang ada orang yang menuntut kita untuk menunjukkan cinta dan keikhlasan. Padahal cinta itu hadir dalam semayam kenyamanan seperti yang dibangun dalam maiyah, menghadirkan sosok–sosok yang dibutuhkan banyak manusia, asupan yang Gen Z katakan ialah mental health.

Cinta didefinisikan ruang tanpa batas dan tanpa cakrawala. Seperti yang Mbah Nun selalu ajarkan, cinta dapat kita tembus kita maknai dengan banyak cara. Ia harus dibedakan dengan perdamaian. Cinta adalah kebebasan yang tidak satupun hukum alam yang mampu mencegahnya. Maka sangat dibutuhkan unsur keikhlasan didalamya agar tidak tertakar dan terukur, didalamnya akan disirami oleh kematangan, kesalingan, perhatian yang berlimpah dan menyayangi segala hal yang dicintai.

Sebut aja manusia ini yang belum menemui (Mbah Nun) secara dhohir, terlihat memaksakan untuk sungguh benar-benar mencintai. Tetapi bukankah cinta tumbuh tanpa alasan — alasan spesifik? Manusia ini sedang meleburkan diri dengan keikhlasan Mbah Nun, diriku yang sedang menjelma menjadi manusia maiyah sedang mencari kitab sucinya yang berserakan. Perlahan namun penuh keyakinan.

Menginjak usia yang semakin tumbuh dalam 71 tahun, Mbah Nun adalah pelopor, pemupuk, inisiator, Bapak dari anak cucu Nya. Semakin luas ruang Mbah Nun mengajarkan ketegasan dibalut kelembutan untuk saling mengulurkan. Cintanya tak terbatas, ikhlasnya tak terbalas. Sungguh kemegahan hatinya mengisyaratkan keteguhan. Tak kan hilang jejaknya, gemuruhnya turut luruh Bersama hujan yang membasahi bumi, teduh dan bersyarat.

Lainnya

Topik