CakNun.com

Cakrawala Anallah: Mencari Diri dalam Cakrawala Kehidupan

Kenduri Cinta edisi November 2024
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 13 menit

Eksplorasi Makna dalam Ketidakpastian

Dok. Kenduri Cinta

Dalam upaya mencari jawaban atas pertanyaan tentang tujuan hidup, kita seringkali menggunakan berbagai macam cari, mulai dari penalaran logis hingga intuisi. Pencarian makna ini adalah perjalanan pribadi yang mengandung ketidakpastian, dan dalam ketidakpastian itu, kita menemukan proses yang tidak pernah selesai.

Mas Vicky berbagi pengalaman pribadi, tentang masa di mana ia merasa hilang dalam pertanyaan besar seperti “Kenapa saya adalah saya?” dan “Kenapa saya diciptakan?” Bagaimana kita bisa menarik diri dari perenungan yang mendalam ini dan kembali ke kenyataan? Menurut Mas Sabrang, kita harus memahami bagaimana akal manusia bekerja dalam mencari kesimpulan dan memutuskan, terutama dalam ketidakpastian. Penalaran manusia, dapat digolongkan dalam tiga jenis: induktif, deduktif, dan abduktif.

  • Penalaran Induktif: Proses penarikan kesimpulan dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. Penalaran ini membutuhkan bukti yang cukup, baik positif maupun negatif, untuk menjelaskan suatu subjek secara komprehensif.
  • Penalaran Deduktif: Penarikan kesimpulan dari hal-hal yang umum ke hal-hal yang lebih khusus, dimulai dari teori atau hipotesis, dan menguji validitasnya melalui data.
  • Penalaran Abduktif: Membuat kesimpulan yang mungkin berdasarkan apa yang diketahui. Ini adalah penalaran yang sering kali tidak lengkap baik dalam bukti maupun penjelasan, dan lebih eksploratif, terkadang menghasilkan pemahaman baru atau teori yang lebih baik.

Mas Sabrang menjelaskan lebih lanjut bahwa manusia sangat jarang mengambil keputusan dengan informasi yang lengkap. Waktu terus berjalan, dan kita sering kali tidak akan pernah memiliki semua informasi yang dibutuhkan untuk kesimpulan yang sempurna. Karena itu, kita harus bertanggung jawab atas pengetahuan yang kita miliki saat ini. Kita belajar, kita bertanggung jawab dengan apa yang kita tahu, dan meskipun salah, hal itu merupakan bagian dari perjalanan menuju kebenaran. Proses ini adalah kesempatan untuk terus belajar dan berkembang.

Mas Hasbi, dalam diskusi ini, memberikan analogi kehidupan sebagai sebuah permainan. Dalam sebuah permainan, kita memiliki tujuan yang jelas—main quest. Namun, dalam kehidupan nyata, tujuan kita sering tidak begitu jelas. Bagaimana jika yang kita lakukan adalah side quest? Mas Hasbi bertanya, bagaimana cara kita menyadari main quest kita dalam kehidupan ini? Untuk mencapai itu, Mas Sabrang menekankan bahwa dengan keterbatasan waktu, pendekatan nalar abduktif menjadi pilihan yang masuk akal. Kita bisa mengambil petunjuk dari hal-hal yang kita minati atau yang menarik perhatian kita. Ketertarikan ini bukan hanya untuk kepuasan pribadi, tetapi untuk memperdalam pengetahuan kita dalam bidang yang kita minati. Semakin banyak pemahaman yang kita peroleh dari berbagai bidang, semakin jelas kita dapat melihat kepingan puzzle kehidupan dan mengetahui mana yang merupakan main quest dan mana yang hanya side quest.

Dok. Kenduri Cinta

Di ranah spiritualitas, Mas Adi mengajukan pertanyaan tentang apakah konsep “Anallah” dapat dipraktekkan. Menurut Mas Sabrang, hal ini sangat mungkin diaplikasikan, karena jika Allah telah mengatakan sesuatu, itu pasti bisa dilakukan. Namun, ia juga mengingatkan bahwa setiap individu memiliki perjalanan spiritual yang unik. Kita tidak bisa memaksakan nilai-nilai atau pandangan kita pada orang lain, karena yang wajib bagi kita adalah mengenal diri sendiri. Mas Sabrang menekankan pentingnya untuk mengisi rapor diri sendiri, bukan orang lain, dalam perjalanan kita mengenal Tuhan dan diri kita. Seperti yang ia katakan, orang terbaik menurut Islam adalah yang bermanfaat bagi sesama. Terkadang, ketidaktahuan kita juga harus diterima karena mungkin Allah tidak menginginkan kita bertanggung jawab atas ilmu itu.

Mas Khairul menyoroti pentingnya kesadaran akan keterbatasan dan kelengkapan dalam hidup. Dalam kehidupan, kita selalu terikat dengan keterbatasan, namun untuk bertauhid (menyembah Tuhan), kita harus melepaskan keterbatasan itu. Apakah mungkin kita bisa menjalani keterbatasan sambil tetap merasa lengkap? Mas Sabrang menanggapi ini dengan mengajak kita untuk menyadari peran kita dalam kehidupan. Bekerja, misalnya, adalah peran yang kita pilih dengan parameter-parameter tertentu. Namun, yang berbahaya adalah ketika kita lupa bahwa kita sedang menjalani peran tersebut. Seiring waktu, kita akan semakin menyadari bahwa kesadaran aktor akan keterbatasannya, serta kesadaran sutradara, akan membebaskan kita untuk menjalani kehidupan dengan bijak.

Lainnya

Topik