CakNun.com

Cak Nun Menyapa Masa Depan Melalui Maiyah

Sebuah catatan kecil untuk #71TahunCakNun
Fahmi Agustian
Waktu baca ± 8 menit

Cak Nun yang saya kenal bukanlah seorang yang gagap teknologi. Jailbreak adalah satu hal yang biasa dilakukan oleh Cak Nun, bahkan sejak era handphone dengan Symbian OS. Maka setiap Cak Nun membeli iPhone maupun handphone Android baru, Cak Nun tidak mau menggunakan OS original bawaan perangkat tersebut. Begitu device baru itu sampai di tangan Cak Nun, hal yang pertama dilakukan adalah Jailbreak. Mungkin bagi kita yang selama ini nggak mau repot, pokoknya begitu beli handphone ya sudah, pakai saja. Nggak mau neko-neko untuk ngoprek.

Dalam hemat saya, keuletan Cak Nun saat melakukan jailbreak pada iPhone yang beliau punya bukan sekadar soal ngoprek saja. Tapi ada sikap “pemberontakan” dalam dirinya bahwa Cak Nun tidak mau dengan mudah begitu saja mengikuti apa yang disediakan oleh Apple sebagai pabrikan iPhone. Ada hal-hal yang bagi Cak Nun sendiri merasa perlu di-oprek. Mungkin hal yang sederhana, tetapi melatih kepekaan dalam diri kita untuk tidak serta-merta menerima dengan mudah begitu saja teknologi yang ada di depan mata kita adalah sebuah metode yang juga perlu kita latih. Kita juga hampir selalu tidak pernah membaca buku manual dari setiap gadget yang kita beli bukan?

IT bukan hanya tentang bahasa pemrograman, bukan tentang konfirgurasi sebuah jaringan internet atau server saja. Hampir semua lini kehidupan kita saat ini sudah sangat bergantung dengan IT. Semudah kita mengoperasi gadget dalam genggaman tangan kita, namun juga semudah itu pula banyak dari kita terjebak pada kegagapan dalam menggunakan teknologi. Orang-orang yang terjebak pada pinjaman online, judi online, kencan online, game online, termasuk phising, scam dan praktek kejahatan dunia maya lainnya adalah akibat dari kegagapan teknologi itu sendiri. Banyak dari kita tidak mau memepelajari atau setidaknya menumbuhkan rasa penasaran dalam diri kita pada setiap teknologi yang kita gunakan. Sesederhana kita menggunakan media sosial saja, seberapa sering kita berfikir ulang saat hendak mengupload sebuah informasi atau saat hendak menuliskan sebuah komentar di media sosial?

Framework IT sendiri pun dapat diaplikasikan dalam berbagai lingkup profesinoalitas kerja. Ada cycle process yang sangat terstruktur di IT. Pada tahapan sebuah proses di IT, tidak mungkin ada satu langkah yang bisa di-skip. Setiap proses harus dilakukan satu-per satu dan didokumentasikan. Sehingga jika pada langkah kesekian terdapat galat/error, kita bisa melacak ke belakang, apakah ada langkah yang terlewat atau ada proses yang salah.

Bagi Cak Nun, inovasi bukan soal kreasi. Tetapi juga tentang keseimbangan. Pada setiap teknologi yang sampai kepada kita, harus kita cari titik keseimbangannya. Kita bukan manusia yang harus memahami dan mengerti tentang semua hal, namun pada setiap hal yang sampai pada diri kita, jangan sampai kita tidak menemukan keseimbangannya. Dunia barat begitu gempar mengkampanyekan sustainability, kemudian kita merasa ”WOW” dengan campaign itu. Kita lupa, bahwa sejatinya kita sebagai khalifatullah memang memiliki tanggung jawab dan amanah untuk menjaga keberlangsungan sumber daya alam yang sudah dianugerahkan Allah kepada kita.  Karena semua anugerah itu bukan hanya untuk kita dan generasi kita hari ini, tetapi juga ada hak anak-cucu kita dan generasi masa depan kita.

Menurut saya, 4 poin yang menurut Cak Nun harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anak bukan sebuah rumusan yang bisa diajarkan atau ditanamkan secara terpisah. Namun itu merupakan sebuah kesatuan. Tidak cukup hanya menanamkan nilai Aqidah dan Akhlak saja, Akuntansi saja, Disiplin saja atau IT saja. Tapi 4 poin itu adalah sebuah kesatuan. Mungkin secara urutan boleh diubah-ubah, tetapi tidak untuk menghilangkan salah satunya.

Lebih dari 1 dekade saya bersinggungan dengan Cak Nun dan Maiyah, baik secara langsung, melalui Maiyahan, video di Youtube maupun tulisan-tulisan beliau di buku-buku beliau atau website caknun.com. Cak Nun bagi saya adalah sosok yang melintasi zaman. Jika kita flashback pada tulisan-tulisan Cak Nun yang ditulis di tahun 80’an dan 90’an, sampai hari ini masih sangat relevan. Sejarah Cak Nun dalam perjalanan bangsa Indonesia ini pun tidak bisa dihiraukan begitu saja. Sebagian dari kita mungkin hanya ingat mengenai Reformasi 1998, dimana Cak Nun sangat memiliki peran yang besar pada peristiwa itu. Bagi saya, Cak Nun berangkat dari proses menemani rakyat kecil sehingga Cak Nun memiliki tempat tersendiri di hati banyak orang-orang kecil. Ada banyak kesempatan bagi Cak Nun saat muncul di spotlight kancah nasional bahkan internasional, tetapi Cak Nun tidak pernah silau pada kilatan spotlight itu. Cak Nun tetap menjadi dirinya yang apa adanya.

Selamat ulang tahun, Cak Nun. Saya dan teman-teman di Kenduri Cinta sangat kangen!

Lainnya

Topik