CakNun.com
Catatan Kenduri Cinta edisi Juni 2024

Bersetia Kepada Nilai Yang Sudah Diwariskan

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 13 menit

Dok. Kenduri Cinta

”Kita sudah diwarisi banyak oleh Mbah Nun, dan saya sangat respect sekali dengan Kenduri Cinta. Dan saya sudah 10 tahun bersama Kenduri Cinta”, ungkap Ustadz Noorshofa.

Ustadz Noorsofa malam itu menceritakan kisah mimpi Nabi Ibrahim yang disampaikan kepada Nabi Ismail perihal perintah Allah untuk menyembelih Nabi Ismail. Dan seketika itu Nabi Ismail menjawab; ”Yaa abaati-f-’al maa tu’maru”. Kisah ini diabadikan dalam Al Qur’an surat Ash-Shooffaat ayat 101-110. Nabi Ismail hanya mempersyaratkan 3 hal: Nabi Ibrahim diminta mempertajam pisau yang digunakan untuk menyembelih, kemudian menutup muka Nabi Ismail saat proses penyembelihan, dan yang terakhir saat darah sudah mengalir, Nabi Ibrahim diminta untuk menyampaikan kepada Ibunda Siti Hajar bahwa Nabi Ibrahim sudah menunaikan perintah Allah dengan benar.

Iblis kemudian datang menggoda Nabi Ibrahim menyampaikan bahwa mimpi itu adalah hanya kembang tidur. Nabi Ibrahim kemudian melempari Iblis itu dengan batu dan mengucap; Bismillahi Allahu Akbar. Iblis kemudian mendatangi Siti Hajar untuk menggoda istri Nabi Ibrahim agar membatalkan rencana perintah Allah itu. Hal yang sama dilakukan oleh Siti Hajar, dilempari Iblis itu dengan batu dan ia mengucapkan: Bismillahi Allahu Akbar. Hingga akhirnya Iblis mendatangi Nabi Ismail, dan menggoda agar ia meminta Ayahnya membatalkan rencana penyembelihan. Nabi Ismail tetap bergeming, dan ia juga melempari Iblis dengan batu dan mengucap: Bismillahi Allahu Akbar. Itulah sejarah proses pelemparan Jumroh saat Ibadah Haji.

Peristiwa itu pun cerminan bahwa keluarga yang kuat didukung oleh seluruh anggota keluarga yang berpegang teguh pada keyakinan dan keimanan yang sangat kuat. Meskipun diganggu oleh Iblis, Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi Ismail tetap berkeyakinan bahwa perintah Allah harus dilaksanakan. Dan hingga akhirnya, Nabi Ismail digantikan oleh seekor kambing, dan peristiwa itu hingga hari ini kita abadikan dalam ibadah Qurban.

Ustadz Noorshofa menggarisbawahi bahwa nilai yang juga penting yang dapat kita ambil dari peristiwa pergolakan batin Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi Ismail melahirkan warisan kepemimpinan yang luar biasa. Keteguhan hati seluruh anggota keluarga itu mewujudkan bangunan keluarga sakinah yang sangat solid. Tidak bergeming sedikitpun meskipun digoda oleh Iblis untuk membatalkan rencana pelaksanaan perintah Allah itu.

Dan lebih sublim lagi, Ustadz Noorshofa menyampaikan bahwa esensi kita berkorban, saat kita menyembelih seekor Kambing atau Sapi, pada saat itulah kita menyembelih, mengikis sifat-sifat kebinatangan dalam diri kita. Salah satu dari sifat binatang adalah hanya memikirkan makan dan bertahan hidup. Sebagai manusia, kita harus mengkhalifahi sifat itu. Benar kita butuh makan dan juga perlu untuk bertahan hidup. Tetapi harus diingat bahwa ada pagar-pagar Allah yang juga tidak boleh kita langgar saat kita berjuang untuk mencari makan dan untuk bertahan hidup.

Selain Ustadz Noorshofa, malam itu Hendri Satrio juga hadir di Kenduri Cinta. Pada akhirnya, Hendri Satrio pun merasakan bahwa Kenduri Cinta adalah rumah baginya yang selalu dirindukan. Ia hanya cukup mengikuti informasi yang dipublikasikan di media sosial Kenduri Cinta, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada jika memang ia sedang berada di Jakarta, untuk kemudian datang ke Kenduri Cinta. Baginya, Kenduri Cinta adalah forum yang sangat terbuka, yang membebaskan siapa saja untuk berbicara apa saja. Sesuatu hal yang saat ini sangat langka ditemui, kebebasan berpendapat adalah sesuatu hal yang sangat langka. Kebebasan berpendapat di publik atau media sosial, maka akan berhadapan dengan buzzer-buzzer yang memang dimobilisasi untuk melawan narasi yang benar yang kita sampaikan.

Sebagai seorang pengamat politik, Hendri Satrio menyampaikan kembali kepada jamaah Kenduri Cinta bahwa sudah bukan saatnya lagi kita apatis terhadap politik. Karena jika masyarakatnya semakin apatis, maka elit politik akan semakin senang memanfaatkan situasi. Dan yang juga sangat disayangkan oleh Hendri Satrio saat ini adalah, sangat kecil sekali narasi perlawanan terhadap penguasa yang semakin ugal-ugalan dalam melanggengkan kekuasaannya.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

United Nations of Nusantara

United Nations of Nusantara

Tadarus Surat Al Hujurat dibacakan bersama-sama secara tartil mengawali Kenduri Cinta edisi September kali ini.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik