CakNun.com
Catatan Kenduri Cinta edisi Juni 2024

Bersetia Kepada Nilai Yang Sudah Diwariskan

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 13 menit
Dok. Kenduri Cinta

Ari teringat, suatu ketika Rampak, anak bungsu Cak Nun dan Mbak Via mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan kuliah di bidang IT dengan satu alasan: karena IT ini berbahaya. Tentu saja berbahaya dalam maksud jika tidak dikendalikan dengan baik. Ari menyoroti hari ini bagaimana AI sudah dimanfaatkan untuk memproduksi hoax dan dismanajemen informasi yang begitu rupa. Bagi Ari, mungkin ini salah satu jawaban kenapa Rampak ingin melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan IT.

Kembali ke pesan Cak Nun mengenai pendidikan tadi, Ari menekankan bahwa Akhlak adalah sesuatu yang mutlak. Termasuk didalamnya adalah Aqidah, yang juga merupakan sesuatu yang mutlak bagi Cak Nun. Karena bagi Ari, apa yang dipesankan oleh Cak Nun mengenai Akhlak adalah memang pondasi utama dalam kehidupan. Sejalan dengan tujuan utama Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT saat berdakwah adalah tentang penyempurnaan akhlak manusia.

Mengenai Dispilin. Cak Nun menggambarkan dengan disiplin militer. Karena dengan jiwa yang terlatih dengan kedisiplinan, maka akan terbentuk mental yang tangguh. Disiplin bukan sekadar soal bangun bagi jam sekian, berangkat sekolah atau kerja jam sekian. Tetapi disiplin dalam berpegang teguh terhadap nilai-nilai luhur yang diyakini. Kalau hanya disiplin bangun tidur, itu sangat mudah dilatih. Tetapi, disiplin untuk berpegang teguh atas nilai-nilai yang baik. Termasuk di Kenduri Cinta ini, meyakini bahwa nilai-nilai baik telah diwariskan oleh Cak Nun kepada kita, maka pertanyaannya adalah sejauh mana kita berdisiplin untuk berpegang teguh terhadap nilai-nilai itu?

Begitu juga dengan Akuntasi. Ini bukan sekadar soal hitung-hitungan angka matematis semata. Ada nilai kejujuran dan transparansi di dalamnya. Juga ada nilai integritas, bagaimana seseorang bertanggungjawab atas apa yang ia emban. Akuntansi bukan sekadar pencatatan keuangan semata. Ada nilai yang lebih besar dari sekadar pencatatan angka-angka. Dan yang terakhir mengenai IT. Cak Nun mewanti-wanti agar kita jangan sampai gagap teknologi. Terhadap teknologi yang baru, kita harus mampu beradaptasi. Karena kita tidak bisa menolak gempuran teknologi yang semakin berkembang setiap harinya. Mengenai IT ini, bukan hanya tentang pemrograman atau memahami kode-kode biner saja. Sebagian dari kita mungkin memiliki kemampuan untuk mempelajari itu, dan itu ada di tataran terdalam dari IT. Namun secara konsep di permukaan, kita harus adaptif terhadap perkembangan teknologi, sehingga kita tidak tertinggal dari perkembangan teknologi, bahkan lebih dari itu, kita tidak dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk menjebak kita melalui teknologi.

Sabrang malam itu menambahkan apa yang sebelumnya sudah disampaikan oleh Ian L. Betts dan Ari Rosandi. ”Yang saya fahami, semua yang diwariskan itu dasarnya pasti dari cinta. Karena kalau tidak cinta, tidak akan diwariskan. Yang paling dicintai akan diwarisi paling banyak. Tapi kadang-kadang cinta itu bisa salah potret”, Sabrang membuka.

Ada satu kisah dari Kresna di sejarah Baratayudha. Suatu hari Kresna ditanya oleh Pandawa, ketika Kresna mengatakan bahwa akan datang masa Kaliyuga. Saat itu Kresna melepas 5 panah dan memerintahkan Pandawa untuk mengikuti panah-panah tersebut masing-masing mengikuti 1 panah. Sabrang malam itu membahas satu panah yang diikuti oleh Nakula. Nakula menemukan satu peristiwa ada sekumpulan Burung yang sedang menyaksikan seekor Sapi yang menjilati anaknya, saking sayangnya, penuh cinta, sampai anaknya sakit, sampai berdarah. Sekumpulan burung itu ribut karena ingin memisahkan Sapi dengan anaknya itu. Pertanyaan Nakula kepada Kresna saat itu adalah, ini tanda-tanda Kaliyuga, apa maksudnya? Kok ada binantang yang selembut Sapi bisa sampai melukai anaknya sendiri. Kresna menjawab itu adalah resiko dari aktualisasi cinta saat Kaliyuga terjadi. Orang tidak bisa membedakan mana cinta yang mengikat dan mana cinta yang membebaskan. Karena taunya hanya cinta, cinta dan cinta. Sapi itu tidak memahami bahwa dengan dia menjilati anaknya bisa menyakiti anaknya, bahkan sampai melukai tubuh anaknya hingga mengeluarkan darah. Itulah cinta yang mengikat.

”Sepanjang hidup saya, saya tidak pernah membincangkan warisan harta kepada Simbah. Karena itu mempunyai resiko keterikatan kepada anak. Anda lihat keributan perebutan warisan, itu biasanya karena ribut berebut warisan harta”, lanjut Sabrang.

Dok. Kenduri Cinta

Sabrang ingin menjelaskan bahwa orang tua harus bisa memahami saat mengaktualisasikan cinta kepada anaknya itu adalah cinta yang mengikat atau cinta yang membebaskan. Karena saat orang tua membuat anaknya terikat dengan orangtuanya, maka itu bukan cinta. Karena membuat si anak tergantung terhadap sesuatu. ”Hidup tidak mungkin tidak tergantung. Minimal kita tergantung sama Tuhan. Pasti ada ketergantungan. Tetapi saat menentukan orang untuk tergantung, dia harus dibebaskan untuk dia memilih tergantung kepada apa? Simbah di Maiyah mencoba mewariskan kepada kita terhadap sebuah nilai agar kita menjadi orang yang berdaulat. Menurut saya itu adalah ekspresi cinta yang luar biasa, karena yang diwariskan adalah kebebasan dalam diri untuk terikat dengan apa. Bukan berarti kamu tidak boleh terikat apa-apa. Boleh (kamu terikat sesuatu), tetapi pilih bukan disematkan oleh orang tua. Bukan diwariskan keterikatan, tetapi diwariskan kebebasan. Dan menurut saya, poin itu adalah warisan yang paling berharga dari Simbah, bahwa kita diajari dicintai agar menjadi manusia yang terbebas dan bisa memilih keterikatannya sendiri”, ujar Sabrang.

Berbicara tentang Pewaris, menurut Sabrang bahwa Pewaris adalah orang yang diwarisi, karena yang memberi warisan mencintai kepada pewarisnya. Pertanyaannya adalah warisan itu akan membawa si Pewaris menjadi lebih baik atau lebih buruk. Dasarnya sama-sama cinta, tetapi kalau dia mewariskan keterikatan justru akan menghasilkan keterbatasan. Namun jika yang diwariskan adalah kebebasan, maka Pewaris akan menemukan yang sejati untuk mengikatkan diri. Itu adalah warisan yang sungguh-sungguh bisa dibawa dan bisa diwariskan ke generasi selanjutnya.

Perayaan 24 Tahun Kenduri Cinta malam itu dirayakan secara sederhana. Bahkan mungkin saking sederhananya sangat lebih sederhana dari perayaan tahun lalu. Ust. Noorshofa memimpin doa tasyakuran 24 Tahun Kenduri Cinta malam itu. Beliau mendoakan agar kita semua tetap istiqomah dalam mengelola forum ini, meneruskan apa yang sudah disemai oleh Cak Nun untuk kita. Melanjutkan legacy yang sudah dibangun oleh Cak Nun di Jakarta ini.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Exit mobile version