CakNun.com

Artifisial Indonesia, Menuju Ke Arah Yang Baik Atau Buruk?

Kenduri Cinta edisi September 2024
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 12 menit

Dok. Kenduri Cinta

Dari tema Artifisial Indonesia ini, Hendri Satrio juga menekankan hal yang sama seperti narasumber sebelumnya di sesi awal, bahwa yang terpenting adalah kita menyadari bahwa ada sesuatu yang palsu, ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Maka kewaspadaan itu memang penting adanya agar kita mampu memiliki kesadaran untuk bisa mengetahui sesuatu yang palsu itu. Namun, Hendri Satrio juga menyampaikan bahwa artifisial adalah sebuah perilaku yang sah-sah saja kita lakukan, bukankah kita juga sering menutupi kekurangan kita agar tercitrakan baik di mata publik? Sesimple menahan nafas saat difoto agar perut terlihat tidak terlalu gendut, misalnya. Atau, menggunakan kaca mata hitam saat bepergian untuk menutupi mata yang masih menahan kantuk, atau menutupi mata sembab karena menangis saat patah hati.

Bagaiman dengan Artifisial yang relate dengan kehidupan nyata masyarakat hari ini? Hendri Satrio mencontohkan pinjaman online, atau pinjol. Pinjol adalah sesuatu yang Artifisial, kita tiba-tiba memiliki banyak uang, setelah mengajukan pinjaman online. Padahal, meskipun uang yang kita dapatkan dari pinjol itu kita simpan, kita harus tetap membayar cicilan beserta bunga di setiap bulannya. Seolah-olah kita punya banyak uang, kemudian bisa membeli beberapa barang, tetapi itu artifisial, karena setelahnya kita menjadi punya utang yang harus dilunasi.

Selain Hendri Satrio, malam itu hadir Sam Darma Putra Ginting, seorang komika Indonesia senior atau yang lebih sering dikenal dengan nama Sammy Notaslimboy. Sebagai seorang komika, tentu Sammy berangkatnya dari joke-joke ringan. Seperti tentang steretipe tentang Orang Batak yang sering dikenal sebagai tukang tambal ban di Jakarta, kemudian Sammy memberi punchline: ”Masalah tebar paku, kita suruh orang jawa, dan itu sebenarnya terjadi di Indonesia, yang tebar paku siapa? Jokowi. Yang terima keuntungan? Luhut”. Grrrr….

Menceritakan kisah saat turun ke jalan pada tahun 1998, saat demonstrasi melawan Orde Baru, Sammy berkelakar bahwa saat itu banyak mahasiswa tingkat akhir yang sedang sibuk menyelesaikan tugas akhir, namun kemudian merasa butuh refreshing karena penat dengan tugas akhir, lalu turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi. Sammy bercerita, saat di Bandung dulu, ia berorasi untuk menurunkan Soeharto, yang secara sadar ia akui bahwa itu nggak mungkin terjadi saat itu, maka orasinya saat itu ia anggap sebagai sebuah materi stand up comedy, karena ditertawakan banyak orang. Ternyata Soeharto benar-benar lengser. Akhirnya, setelah Soeharto lengser, mahasiswa kembali ke kampus dan melanjutkan penyelesaian tugas akhirnya masing-masing.

Sebagai seorang aktivis 1998, Sammy melemparkan kritik kepada aktivis 1998 yang hari ini justru merapat ke penguasa. ”Kenyataan hari ini adalah aktivis bergabung dengan orang yang dulu dia kritik. Itu kenyataannya hari ini. Kenapa itu terjadi, karena aktivis-aktivis ini tidak punya skill lain, gua bisa coding, budiman enggak….”, kritik Sammy disambut tawa jamaah. Bagi Sammy, menjadi seorang aktivis politik sekalipun harus juga memiliki modal hard skill yang baik untuk menjaga idealismenya. Hari ini kita menyaksikan bagaimana seorang Budiman Sudjatmiko, Agus Jabo, Andi Arief dan banyak lagi aktivis lain justru merapat kepada penguasa. Idealismenya luntur begitu saja.

”Jadi, kalau lu mau jadi aktivis, perlengkapi diri lu, agar lu tidak kelaparan, sehingga lu tidak ngemis-ngemis kekuasaan, seperti yang dilakukan di bukit algoritma”, lanjut Sammy. Ia mencontohkan bagaimana di film-film Koboy, mereka yang berjuang untuk melawan penjahat di film itu, setelah berhasil menumpas kejahatan, mereka kembali ke kehidupannya masing-masing. ”Memang ada harga yang harus dibayar agar lu bisa lebih menapak dengan bumi, kerja lu harus lebih keras, lembur lu harus lebih banyak, belajar lu harus sampai mati. Gua sampai hari ini masih belajar coding, masih belajar tentang project management, ada harga yang harus dibayar”, lanjut Sammy.

”Yang menyenangkan dari menjadi Komika adalah melihat kenyataan. Walaupun 10 tahun ini adalah artifisial karya rezim tertentu, tetapi itu adalah kenyataan yang kita hadapi. Kita tidak bisa serta merta menyebut bahwa itu adalah Artifisial Indonesia, walaupun itu memang dibuat, tetapi kenyataannya kita hidup hari ini dengan harga tukar dollar yang dulu 11 ribu, kini akan berganti rezim dengan harga tukar dollar yang melebihi 15 ribu rupiah”, pungkas Sammy.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Rahmatan lil ‘Alamin-nya Mannna?

Rahmatan lil ‘Alamin-nya Mannna?

Setelah diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an dan lantunan beberapa sholawat, Cak Nun langsung naik ke panggung bersama dengan beberapa sahabat-sahabat lama yang aktif di Persada Studi Klub (PSK) yang dua hari sebelumnya mengadakan acara peringatan 47 tahun PSK di Rumah Maiyah Kadipiro.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik