CakNun.com

Artifisial Indonesia, Menuju Ke Arah Yang Baik Atau Buruk?

Kenduri Cinta edisi September 2024
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 12 menit
Dok. Kenduri Cinta

Di Maiyah ini, Cak Nun selalu menekankan kepada kita pentingnya tentang kewaspadaan. Bukan untuk curiga, tetapi waspada itu penting. Hal itu pula yang mendasari Cak Nun selalu pada posisi yang kontra dengan penguasa. Bahwa peran oposisi itu sangat penting, sebagai kontrol terhadap berlangsungnya kepemimpinan nasional. Maka, forum-forum Maiyah hari ini sudah seharusnya memposisikan diri sebagai sebuah warning system, mundzirul qoum, sebagai sebuah entitas yang selalu memberi peringatan kepada publik, menggaungkan kewaspadaan itu. Ditengah banjir informasi yang terkadang kita sendiri pun kewalahan untuk memfilternya. Maka tidak heran jika misleading informasi masih akan terus terjadi di Indonesia, karena memang selain begitu deras informasi yang disebarluaskan, semakin tidak ada waktu bagi publik untuk melakukan filter informasi. Dan akhirnya muncullah istilah sumbu pendek, mudah terprovokasi, tanpa melakukan validasi.

Hal lain yang juga ditanamkan oleh Cak Nun kepada kita di Maiyah adalah bahwa kita menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dan harus kita akui itu. Terkadang, kesalahan yang ada dalam diri kita, kita enggan untuk mengakui, kita denial untuk mengakui kesalah itu. Maka kemudian yang terjadi adalah kesalahan bertumpuk, sementara solusinya belum ditemukan. Juga, dengan kita mau dan mampu menyadari bahwa kita memiliki masalah, maka kita bisa menarasikan masalah yang sedang dihadapi untuk kemudian ada kemauan untuk mencari solusinya. Sehingga kemudian, kita memiliki semacam buku babon atas setiap masalah yang pernah dihadapi beserta solusinya, maka di kemudian hari kita tidak akan mengulang kembali kesalahan yang sama, atau setidaknya jika kita menemukan problem yang sama, maka kita sudah memiliki cara memitigasinya.

Membincangkan Artifisial Kempimpinan dan Aktivis di Indonesia

Dr. Hendri Satrio, pakar komunikasi politik yang sering muncul di televisi akhir-akhir ini, sekarang semakin betah dan kangen untuk hadir di Kenduri Cinta. Hampir setiap bulan ia datang ke Kenduri Cinta. Baginya, forum Kenduri Cinta ini memang sangat penting keberadaannya dan dibutuhkan untuk menjaga kewarasan dalam hidup berdemokrasi di Indonesia. “Artifisial, menurut Hensat, adalah usaha-usaha untuk menutupi kenyataan”, Hendri Satrio mengawali.

YouTube video player

Dalam kacamata politik hari ini, Artifisial juga bisa disebut sebagai pencitraan. Hendri Satrio mengutip salah satu pendapat dari Frank Jefkins bahwa untuk melakukan pencitraan yang baik, seseorang harus memenuhi 5 syarat: ability to communicate, memiliki kemampuan untuk berkomunkasi. Kemudian ability to organize, kemampuan untuk mengorganisasi pesan yang akan disampaikan dalam pencitraannya. Ketiga, ability to get in touch with people, kemampuan untuk bisa ngobrol dengan banyak orang. Kemudian yang keempat, personal integrity, memiliki integritas personal. Dan yang kelima, ability to imagine, kemampuan untuk bermimpi dan berimajinasi, akan bagaimana ke depan ia melangkah.

Hendri Satrio menyimpan salah satu pesan Cak Nun bahwa apa yang kita lihat belum tentu sama dengan realitasnya. Begitu juga di Politik, menurut Hendri Satrio apa yang kita dengar di Politik pun tidak selalu sama dengan kenyataannya.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Rahmatan lil ‘Alamin-nya Mannna?

Rahmatan lil ‘Alamin-nya Mannna?

Setelah diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an dan lantunan beberapa sholawat, Cak Nun langsung naik ke panggung bersama dengan beberapa sahabat-sahabat lama yang aktif di Persada Studi Klub (PSK) yang dua hari sebelumnya mengadakan acara peringatan 47 tahun PSK di Rumah Maiyah Kadipiro.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta