CakNun.com

Artifisial Indonesia, Menuju Ke Arah Yang Baik Atau Buruk?

Kenduri Cinta edisi September 2024
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 12 menit

Dok. Kenduri Cinta

Ada dua poin penting dalam peristiwa itu, bahwa Soeharto akhirnya menyadari batasnya sendiri, kemudian memutuskan untuk berhenti dari kekuasaan yang ia kendalikan selama 32 tahun. Kemudian, setelah itu, kita mengambil hikmah dari Cak Nun yang juga mengerti batas dirinya, bahwa batasnya adalah menghentikan langkah Soeharto, bukan menggantikan peran Soeharto. Sebuah peran yang tidak mudah, sementara saat pencapaian untuk melengserkan Soeharto sudah tercapai, Cak Nun tidak lantas memanfaatkan untuk mengambil kesempatan yang ada di depan mata untuk kemudian mengambil kendali kekuasaan.

Dan perjalanan selanjutnya, Cak Nun bersama KiaiKanjeng justru mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat, hingga level grasroot bahkan, dan justru memang lebih sering Cak Nun menemani mereka dalam keterasingan mereka dari peran Negara. Namun, Cak Nun dan KiaiKanjeng tidak berhenti disitu saja, Ian L. Betts yang juga turut serta dalam tour Eropa Cak Nun dan KiaiKanjeng di suatu waktu membuktikan bahwa Cak Nun dan KiaiKanjeng juga dapat diterima di panggung Internasional. Termasuk di Mesir, dan di Maroko. Termasuk bagaimana Cak Nun dan KiaiKanjeng terlibat aktif dalam proses penyelesaian beberapa konflik horisontal yang terjadi di Indonesia. Dan memang benar bahwa Cak Nun mengambil ”Jalan Sunyi”-nya sendiri. Bagi Negara, apa yang dilakukan oleh Cak Nun selama ini mungkin tidak dianggap penting, tapi jangan sampai kita sebagai anak-anak Maiyah juga menganggap hal yang sama, jangan sampai kita menjadi generasi yang ahistoris terhadap rumah kita sendiri.

Fufufafa dan misleading informasi hari ini

Ali Hasbullah menyoroti fenomena hari-hari ini yang cukup mendapat atensi publik yang cukup tinggi: Fufufafa. Entah dari mana awalnya, sehingga banyak postingan di sebuah forum internet yang sudah cukup lama kemudian di-blow up secara bersamaan dalam volume dan intensitas yang sangat sering. Ada indikasi bahwa akun Fufufafa di sebuah forum di internet itu adalah milik cawapres terpilih Republik Indonesia, dan sudah terlalu banyak bukti yang mengindikasikan bahwa memang akun itu adalah miliknya. Namun, sebegitu paniknya pemerintah hari ini bahkan sampai seorang Menkominfo pun turun tangan untuk membantahnya. Siapa yang benar? Bukan urusan kita.

Yang perlu kita soroti adalah bahwa sebuah informasi yang muncul, jika ditujukan untuk seorang musuh bersama, atau orang yang katakanlah tidak dikehendaki kehadirannya oleh banyak orang, akan sangat cepat tersebar luas. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Presiden Jokowi di tahun-tahun akhirnya ini menjadi musuh dari banyak orang, bahkan bagi para pendukung dan buzzernya sendiri. Sampai-sampai, mereka yang dulu memuja habis-habisan Jokowi, hari ini justru berbalik arah, dengan mengkritik sangat keras langkah-langkah kebijakan yang diambil oleh Jokowi. Tapi sayangnya kritik tajam itu terasa hambar, ya karena mereka dulunya adalah yang sangat setia memuja-muja Jokowi, bahkan membenarkan semua langkah dan kebijakan yang diambil Jokowi.

Dok. Kenduri Cinta

“Sebenarnya Artifisial itu memiliki makna kata yang netral, namun kita seringkali memaknainya dalam makna yang negatif”, lanjut Ali Hasbullah. Satu hal yang paling dekat dengan kita tentang Artifisial adalah pencitraan. Awalnya dicitrakan sebagai orang yang lugu, namun ternyata adalah seorang penipu. Negara dicitrakan sebagai negara yang demokrasi, namun pada faktanya adalah oligarki. Dan masih banyak lagi pencitraan-pencitraan yang memang artifisial, dan kemudian memiliki makna yang negatif.

Belum lagi jika kita benar-benar akan menelaah kehidupan demokrasi kita hari ini. Apakah benar-benar Indonesia adalah negara yang demokratis? Mungkin apa yang disampaikan oleh Ian L. Betts sebelumnya benar, tetapi jangan lupa bahwa fakta yang terjadi adalah bahwa kita tidak benar-benar bisa memilih pemimpin dengan kebebasan dalam memilih, karena faktanya kita memilih calon yang sebelumnya sudah dipilihkan oleh partai politik. Kita tidak benar-benar bebas dalam menentukan pilihan.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Rahmatan lil ‘Alamin-nya Mannna?

Rahmatan lil ‘Alamin-nya Mannna?

Setelah diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an dan lantunan beberapa sholawat, Cak Nun langsung naik ke panggung bersama dengan beberapa sahabat-sahabat lama yang aktif di Persada Studi Klub (PSK) yang dua hari sebelumnya mengadakan acara peringatan 47 tahun PSK di Rumah Maiyah Kadipiro.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik