CakNun.com

25 Tahun MOCOPAT SYAFAAT Kita

Ahmad Syakurun Muzakki
Waktu baca ± 2 menit

Mocopat Syafaat dilahirkan oleh Mbah Nun sejak bulan Juni tahun 1999. Waktu itu Mbah Nun ‘frustrasi’ dengan ingar-bingar politik di Jakarta — khususnya gerakan reformasi yang mbel semua. “Shalawatan ae rek di halaman depan rumah….” Kira-kira seperti itu kalimat Mbah Nun waktu itu.

Waktu berjalan sampai hari ini. Berjalan sudah 25 tahun. Waooo… 25 tahun rek…. Waktu yang tidak sebentar untuk ukuran membuat forum-forum kemasyarakatan. Alhamdulillah Jaya Suprana tidak mengetahuinya — sehingga tidak ribet harus memenuhi prosedur MURI.

“Biaya-biaya Mocopat Syafaat dari mana Mas?’ Tanya aktivis bidang perwasitan finansial kepada kami suatu hari.

“Dari Allah langsung. Ditransfer lewat e-wallet-nya Allah. Proposalnya berjudul ikhlas dan manut…,” jawab saya ketus.

Memang, forum ini traktiran nyata dari keluarga Mbah Nun. Kami tidak bisa membuat RAB untuk diajukan kesana kemari.

“Sampai kapan seperti ini?”

“Entah… Semoga sampai generasi anak cucu Mbah Nun….”

“Tujuan Mocopat Syafaat apa? Apa ada misi ke politik. Penggalangan jamaah. Pencitraan sosial. Atau modus-modus yang terselubung… Teman-teman KiaiKanjeng tidak dikasih honor?” Si aktivis nerocos bertanya.

Saya diam menahan tangan.

***

Nanti malam, Mocopat Syafaat digelar. Ada spesial malam ini — karena ada Letto. Manajernya sudah komitmen untuk terlibat terus selama Mocopat Syafaat. Komitmen yang perlu kami sambut dengan baik. Tetap tidak boleh menjadi harapan utama, karena puncak berharap hanya kepada Allah SWT. Walau ada KiaiKanjeng dan Letto, Forum Mocopat Syafaat tidak boleh berubah. Para pecinta Mocopat yang ikhlas seperti Mustofa W. Hasyim, Kyai Muhaimin, Mas Tanto Mendut, dan lain-lain tetap menjadi prioritas. Puisi rusak-rusakan tetap menjadi primadona kita semua.

Sampai jumpa nanti malam!!

Yogyakarta, 20 Juni 2024

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik