CakNun.com

Titik Triangulasi

Majelis Ilmu Maiyah Mocopat Syafaat 17 Oktober 2023
Redaksi LKMS
Waktu baca ± 4 menit

Memang itu fakta yang jamak kita jumpai hari-hari ini. Era medsos membuat orang hanya menginginkan sesuatu yang ringkas dan instan. Cepat tersaji namun lekas lenyap. Alhamdulillah kita diperjalankan untuk menjadi bagian dari majelis sinau bareng di mana kita dikondisikan merawat diri, olah pikir olah rasa menjaga kewarasan lahir dan batin.

Kita harus selalu aware dengan segitiga cinta tadi karena kita harus menyadari bagaimana manusia itu. Manusia tidak hidup di alam semesta, manusia itu terutama hidup di alam pikirnya. “Dunia ini adalah dunia yang kau kira kau alami karena semua makna hanya ada di kepalamu,” demikian yang Mas Sabrang sampaikan.

Karena sifat mengalami dunia adalah pribadi, tapi jangan lupa karena kita hidup dalam dunia bersama, pasti ada bagian yang kita saling berbeda dan ada bagian yang kita sama. Untuk berhubungan dengan sesama manusia diperlukan perbedaan dan persamaan. Jika semua berbeda, kita tidak bisa berinteraksi. Bila semua sama, kita tidak butuh berinteraksi. Itu premis yang digunakan. Untuk mencari kebenaran rata-rata bersama, kita perlu belajar satu sama lain, perlu mempelajari seluruh pengalaman manusia sepanjang zaman. Tentu itu tidak mungkin. Nah, ada rata-rata terbaik yang berlaku pada seluruh umat manusia, itulah yang direpresentasikan oleh Kanjeng Nabi Muhammad. Itulah mengapa ada titik Kanjeng Nabi di segitiga cinta. Agar kita tahu harus meneladani siapa dalam mencari kebenaran bersama.

“Rata-rata yang mau kumpul di maiyah adalah orang-orang yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri,” tandas Mas Sabrang. Sejurus kemudian Mas Habib dari Manunggal Syafaat melanjutkan pembahasan. Mas Habib menceritakan bahwa salah satu tanda kenabian pada badan Kanjeng Nabi adalah garis segitiga.

Setelah pemaparan detail dan mendalam dari Mas Sabrang, Mas Angga membuka sesi respons dan tanya-jawab. Dua orang mendekat ke panggung untuk menyampaikan uneg-unegnya. Mas Hijlal dari Lombok menyampaikan kabar bahagia bahwa di Lombok akan lahir satu simpul maiyah baru. Kemudian dilanjutkan pertanyan tentang ekspektasi oleh Mas Yono dari Wonogiri. Betapa Ia sering kali kecewa apabila sesuatu tidak berjalan sebagaimana ekspektasinya. Mas Sabrang menjawab bahwa hasil atau keberhasilan itu sama sekali bukan di tangan manusia, faktor primer keberhasilan adalah Allah swt. Itu makna dari segitiga cinta.

MS makin larut, namun suasana makin hangat. Mbak Salsa dari Lempuyangan menyumbangkan dua nomor lagu dengan suara merdunya. Diteruskan Julak Imam yang berimprovisasi puisi bersama Kiai Kanjeng. Dan gongnya, sang penyair rusak-rusakan, Pak Musthofa W Hasyim, dengan puisinya yang berjudul Sampah, memungkasi acara. (Redaksi LKMS/jib, an, dw)

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik