Titik Triangulasi
Mocopat Syafaat (MS) 17 Oktober 2023, terasa lain daripada gelaran-gelaran sebelumnya. Halaman depan panggung langsung beratapkan langit, tanpa peneduhan tenda. Cuaca dan suhu udara sedang panas-panasnya, sumuk (gerah), dampak dari El-Nino yang konon berlangsung hingga Februari 2024. Diperlukan penyesuaian tata ruang terhadap situasi itu. Sinau bareng di Mocopat Syafaat edisi ini mengusung tema yang sudah menjadi bagian laku sehari-hari para jannatul maiyah, yaitu Segitiga Cinta.
Tema tersebut dipilih untuk menyegarkan pemikiran dan semoga membantu mempresisikan penyikapan batin kita bersama. Pertimbangan lain dalam memilih tema tersebut yakni makin banyak wajah-wajah baru yang menghadiri Mocopat Syafaat. Didominasi anak-anak muda generasi Z.
Mulai bulan ini, segmen tawashshulan dilaksanakan di awal, kurang lebih pukul 20.30 WIB. Mas Islamiyanto, Mas Faqih, Mas Makmur, Mas Imam, dan Mas Helmi memandu di depan, diiringi tim rebana dari KiaiKanjeng bersama beberapa jamaah Mocopat Syafaat yang sudah sepaket menjadi tim rebana Tawashshulan di rutinan tiap Rabu malam di Rumah Maiyah, Kadipiro.
Usai ber-tawashshul, Mas Helmi mempersilakan Lingkar Keluarga Mocopat Syafaat (LKMS) untuk memandu sesi sinau bareng. Dari LKMS ada Pakdhe Maskun, Mas Angga, dan Mas Tri Reman berperan selaku pemandu acara. Turut serta pula hadir ke panggung teman-teman yang mewakili tiap lingkar jannatul maiyah di Yogyakarta: Nahdlatul Muhammadiyyin (NM), Rebo Legi, Ngisor Jembatan (Sorjem), FD Martabat, Gerbang DIY, Manunggal Syafaat Kulon Progo, dan Majelis Ilmu Kahuripan (MIK) Gunungkidul.
Kehadiran para wakil lingkar tersebut dalam rangka berkenalan kembali dengan seluruh teman-teman yang hadir secara langsung di kompleks TKIT Alhamdulillah atau menyimak via live streaming. Mengapa berkenalan kembali? Alasannya persis sama dengan pemilihan tema Segitiga Cinta.