Taharrok, fa inna fi-l-harokati, barokah.
Membaca tulisan demi tulisan dari Dokter Eddot dan Cak Zakki yang rilis hampir setiap hari di caknun.com, sangat melegakan hati saya. Tulisan yang ringan khas Dokter Eddot yang mengabarkan bagaimana kondisi terkini Simbah. Penjelasan dari Dokter Eddot tentu saja sangat saya syukuri. Tidak menggunakan diksi-diksi medis yang sulit saya pahami. Ringan, ringkas, padat dan jelas. Dan langsung pada intinya; kondisi Simbah semakin hari semakin membaik. Dan memang sangat tepat kalau Dokter Eddot yang mengabarkan perkembangan kondisi Simbah. Masa iya Wak Jan yang konferensi pers untuk mengabarkan? Kan ndak mungkin.
Jadi Dok, walupun Dokter Eddot nggak follow back saya di Instagram, tapi saya selalu membaca tulisan njenengan kok Dok. Hehe…
Cak Zakki secara rutin juga mengabarkan yang harus dikabarkan, termasuk siapa-siapa saja yang datang ke RS Sardjito membesuk Simbah. Dari semua yang datang, saya yakin semua punya niat baik untuk mendoakan Simbah agar kondisinya semakin membaik. Perkara mereka kemudian memanfaatkan momentum besuk Simbah untuk menambah impresi pemberitaan di media digital, ya monggo-monggo saja, kan memang mereka selalu dikuntit para pewarta berita.
Terkadang, saya suka iseng-iseng search keyword “Cak Nun” di tab search X (Twitter. Gara-gara Elon Musk ganti nama platform, malah jadi ndak enak nyebut X), ya macem-macem juga hasilnya. Ada yang riding the wave, ada buzzer yang juga numpang ikut mempopulerkan junjungan capresnya agar trending, ada juga yang nyatut nama Simbah pada isu Rocky Gerung beberapa hari lalu. Nah yang terakhir ini malah aneh, kok Simbah bisa-bisanya diseret-seret ke isu ‘bajingan tolol’-nya Rocky Gerung. Lha Simbah sedang enak-enak kumpul bersama keluarga di Gua Sophisticated kok masih diseret-seret ke media sosial?
Bersama beberapa penggiat Kenduri Cinta, di hari kedua saat Simbah masuk ke Gua Sophisticated, kami menuju Yogyakarta menggunakan kendaraan darat. Ketika sampai di RS Sardjito, ya hanya thengak-thenguk saja di ruang tunggu. Tidak sampai masuk Gua Sophisticated itu. Sama seperti yang lain, kami juga disambut oleh Mbak Via, anak-anak Simbah juga dengan adik-adik Simbah yang lain. Sempat menginap semalam di sebuah hotel dekat Sardjito, lalu besoknya kami kembali ke Jakarta. Sebelum kami kembali ke Jakarta, sempat ngobrol-ngobrol lagi di ruang tunggu, sambil sarapan sebungkus nasi pecel favorit Mbak Via. Ya ndilalah, seperti yang ditulis Cak Zakki, kalau kami ini kan paling pol aset karang taruna, jadi ya pas keluar dari pintu Sardjito, kami tidak sampai dikejar wartawan untuk diberitakan di media.
Tepat sebulan sudah Simbah berada di Gua Sophisticated. Secara fisik memang Simbah untuk sementara tidak bisa menemani kita. Kondisi yang tidak mudah memang. Terutama bagi kami yang mengelola forum di Simpul Maiyah. Karena memang tidak bisa dipungkiri, Simbah itu memiliki pengaruh yang cukup besar. Maka saya juga turut mengamini tulisan Cak Zakki bahwa Simbah adalah aset bangsa. Fix! Dan memang pengaruh Simbah sangat besar.
Judul tulisan ini memang berbahasa arab. Sebagai lulusan Gontor, bolehlah sesekali mengeluarkan kemampuan bahasa arab saya. Taharrok, fa inna fi-l-harokati barokah. Saya sangat ingat bahwa kalimat itu selalu disampaikan oleh almarhum K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi MA. Karena saat saya mondok di Gontor, beliau masih sangat segar prima dan sangat intens memotivasi santri-santrinya. Bergeraklah, karena dalam pergerakan itu ada berkah di dalamnya. Kurang lebih seperti itu terjemahan kalimat tersebut.
Tentu saja resonansi pemahaman kalimat itu saya alami selalu berubah setiap tahun. Bergerak. Konteks bergerak itu bermacam-macam. Sekadar kita berdiri dari tempat duduk saja, itu sudah bergerak. Tapi, yang namanya movement itu bukan hanya bergerak tubuhnya, tetapi juga akal dan fikiran kita, energi dalam tubuh kita, juga entitas lain yang melekat dalam diri kita. Pada konteks Simpul Maiyah, momen sekarang ini adalah momen yang seharusnya menjadi ajang pembuktian bahwa Maiyah adalah sebuah Movement.
Saat awal pandemi Covid-19 lalu, kita kebingungan dengan kondisi yang ada. Jangankan untuk Maiyahan, untuk sekadar keluar rumah saja kita takut bukan main. Setiap sore kita diinformasikan berapa banyak nyawa yang melayang karena virus itu. Saat tubuh demam sedikit, kita ngeri bukan main. Seperti sedang menunggu antrian saja. Jangan-jangan giliran kita sudah dekat.
Bagaimana kemudian kita menyiasati kondisi saat itu? Kenduri Cinta kemudian mencoba formula baru bernama Reboan on the Sky. Kurang lebih selama 3 bulan, forum online itu berlangsung secara terbatas. Meskipun dilakukan secara online, sering kali forum ini baru selesai menjelang pukul 2 dinihari. Singkat cerita, pandemi berlalu, dan sekarang kita sudah bisa Maiyahan lagi secara langsung. Termasuk di Kenduri Cinta ini. Dan dalam proses restart tahun lalu, ada banyak hal yang dilalui oleh Kenduri Cinta secara komunitas. Saat Taman Ismail Marzuki masih dalam proses revitalisasi, penggiat KC mencari lokasi alternatif untuk menyelenggarakan Maiyahan. Sempat digelar di lapangan Pusdiklat KEMENAKER, lalu sempat dihelat di Kandank Jurank Doank, dan juga di halaman UMJ.
Sudah sempat direncanakan agar Kenduri Cinta berkeliling nyambangi kampus-kampus di Jakarta. Ndilalah kok KC disuruh pulang ke rumahnya; ke Taman Ismail Marzuki. Praktis mulai Juli 2022 lalu, sampai sekarang, Kenduri Cinta sudah kembali digelar di Taman Ismail Marzuki. Padahal saat itu, kami sudah merilis pengumuman resmi bahwa Kenduri Cinta edisi Juli 2022 dibatalkan karena tidak menemukan lokasi yang tepat untuk menghelat Maiyahan saat itu. Kebetulan, di suatu pagi, saya dihubungi oleh salah satu staff TGUPP DKI Jakarta, dan saat itu memang bersamaan dengan momen restart Taman Ismail Marzuki pasca revitalisasi. Kenduri Cinta sebagai salah satu bagian dari Taman Ismail Marzuki, dipanggil untuk kembali ke rumahnya. Alhamdulillah.
Momen restart bagi penggiat Kenduri Cinta sebenarnya sudah selesai di 2022 lalu. Bahkan pada momen restart tahun lalu itu, Pakdhe-pakdhe KiaiKanjeng dua kali hadir. Pertama di bulan April dan kedua saat pagelaran teater rakyat kolosal WALIRAJA-RAJAWALI bulan Agustus. Tentu saja momen itu semakin memperkuat kuda-kuda penggiat Kenduri Cinta untuk semakin bergerak menciptakan kreasi-kreasi baru. Namun memang dinamika yang berkembang tidak selalu sesuai dengan rencana kita. Masih ada beberapa hal yang harus dirapikan kembali.
Atas dasar itulah akhir pekan lalu, penggiat Kenduri Cinta berkumpul di Bandung. Tepatnya di Situ Cileunca, Pengalengan. Camping. Kami menginap satu malam di tenda. Mengusung tema “Community Connections: Strengthening Bonds Together”. Kenduri Cinta sebagai sebuah komunitas memandang perlunya sebuah strategi yang lebih nyata untuk bergerak lebih maju lagi kedepannya.
Agenda ini sebenarnya sudah digagas sejak akhir 2022 lalu. Karena kesibukan masing-masing penggiat, baru di bulan Agustus 2023 ini dapat terlaksana. Semua dapat meluangkan waktu, energi, dan pikirannya. Secara rundown, agenda ini disusun dengan nuansa yang menggembirakan tentunya. Jauh-jauh dari Jakarta ke Bandung tentu salah satu tujuannya adalah refreshing. Sore harinya, kami bermain beberapa games ice breaking, lalu setelah Maghrib sejenak melingkar untuk Tawashshulan. Setelah itu, menikmati Kambing Guling, kemudian dilanjut diskusi hingga tengah malam.
Acara intinya tentu saja diskusi di malam hari itu. Beberapa penggiat Kenduri Cinta didapuk oleh panitia dengan tema masing-masing untuk menyampaikan presentasinya. Saya sendiri menyampaikan presentasi mengenai “Kenduri Cinta; Overview and Challenge”. Munawir Sajali mempresentasikan “Backstage of Kenduri Cinta” yang menggambarkan proses bagaimana Kenduri Cinta setiap bulan dipersiapkan. Tri Mulyana mempresentasikan tema “Empowering Community” mengenai rencana ke depan Komunitas Kenduri Cinta. Sigit Hariyanto mepresentasikan mengenai “Strategiest for Effective Funding Management”, Yudi Handoko dan Toni menyampaikan analisis data mengenai “Digital Landscape Kenduri Cinta” yang menjelaskan bagaimana pertumbuhan Kenduri Cinta di dunia digital. Lalu dipuncaki dengan presentasi oleh Gandhie dengan tema “Change Transition – It’s all about people and communication”.
Masing-masing presenter mempresentasikan materi presentasi dengan baik. Akan saya tuliskan secara terpisah mengenai materi-materi presentasi tersebut.
***
Sore hari, menjelang senja, seorang penggiat Kenduri Cinta berbisik kepada saya; “Mas, apakah ini etis, Simbah sedang tidak fit, kita malah seneng-seneng, camping, makan-makan enak di sini”. Saya hanya tersenyum mendengar “sambatan hati” teman saya itu. Di malam hari, di akhir presentasi, saya tampilkan foto-foto ekspresi jamaah Kenduri Cinta yang menampilkan wajah-wajah gembira penuh senyum dan tawa. Kolase foto itu saya tutup dengan sebuah foto Simbah sedang tersenyum.
Saya tutup presentasi saya malam itu dengan sebuah kalimat; ”Yang kita rindukan adalah senyum Simbah ini. Dan senyum Simbah akan muncul dengan melihat kita, anak cucu Maiyah, yang terus berproses dan berkreasi di Kenduri Cinta”.
Jakarta, 7 Agustus 2023