Sajak Luka Menganga
Saudara-saudaraku yang memendam rahasia
bertahun-tahun lamanya
Saudara-saudaraku yang menyimpan rasa sakit
dan merumuskan perih jiwanya dalam
kebisuan yang panjang
Saudara-saudaraku yang terus tertindih dan
terus tidak menangis, yang melayani derita
dengan bercanda dan tertawa
Saudara-saudaraku yang ketlingsut dari buku-buku
sejarah
Saudara-saudaraku yang amat bijaksana menghadapi
semua perampokan dan penindasan
Saudara-saudaraku yang pagi hari membisu,
siang membisu, sore malam membisu
Saudara-saudaraku yang kesabaran dan ketahananmu
mengingatkanku pada senyum rahasia
para nabi
Katakan lewat kesunyian mulutmu bahwa kebisuan
adalah ucapan yang paling nyata, bahwa
diam kata-kata yang tertinggi
Bahwa sepi, mengandung suara paling keras
menyembunyikan kekuatan yang nggegirisi.
Saudara-saudaraku yang terhimpit di tengah putaran
baling-baling sistem yang raksasa, serta
yang tercecer-cecer dan tercampak di jalanan
dan parit-parit
Saudara-saudaraku yang terjebak dan tak pernah
bisa keluar dari jaring-jaring jebakan itu
sehingga akhirnya tak merasa terjebak
Saudara-saudaraku yang menghampar di seantero
kota-kota dan desa-desa
Saudara-saudaraku yang lensa matanya diganti
dengan plastik-plastik, yang pikirannya
dibius dan perasaan dangkalnya dimanjakan
Saudara-saudaraku yang mulutnya terbungkam dan
jiwanya memekikkan sepi
Ayo, darah yang mengucur dari relung terdalam
batinmu, tampung di dalam tabung waktu
Pahatkan di keningmu keyakinan bahwa Tuhan tidak
main-main tatkala Ia menganugerahkan kepadamu
hak atas negeri ini
Mulutmu yang sepi dan tanganmu yang terkunci bakal
mengetuki pintu-Nya
Kesetiaan dan laku hidupmu yang akan menentukan
kapan Ia mengucapkan satu kata yang mampu
menggetarkan alam semesta
Di mana tabung waktu menumpahkan darahmu,
menjelmakannya menjadi sejuta naga suci
yang menyerbu seluruh negeri
Memasuki gedung-gedung, kantor-kantor, ruang-ruang
parlemen dan kerajaan, serta segenap
pusat-pusat jaringan yang menghardik hidupmu
selama ini.
Sejarah yang tak terdapat dalam sejarah akan
menampakkan diri, sejarah yang mengelabui
sejarah akan diuji kembali
Zaman akan berganti, geger akan terjadi, sejarah
yang tersembunyi senantiasa menjadi saksi
yang abadi
Alam bakal meningkatkan isyarat-isyaratnya,
di dalam dirimu makin bertumbuh pohon-pohon
tanda tanya, kembang rahasia
Pertarungan brubuh menjadi ongkosnya, kaki-kaki
raksasa saling jegal-menjegal di pusatnya
Buku-buku ilmu terbakar dan membeku separohnya,
setiap pidato akan gemetar, banyak surban
dan jubah robek-robek, sementara baju-baju
resmi copot kancingnya
Bunglon-bunglon mengubah warna kulitnya, para
penjilat memutar lidahnya, para pengkhianat
berlomba main drama.
Sejarah dalam sejarah, sejarah di atas sejarah,
sejarah di balik sejarah, selalu akan
menyempurnakan dirinya dengan siang dan malam
dengan gelap dan terang, tanpa pernah selesai
Saudara-saudaraku keringat kita akan terus menetes
luka terus menganga, darah terus mengucur,
menggenangi bumi, kita berenang di atasnya
sambil terus tertawa
Namun ini sama sekali bukan alasan untuk memaafkan
pemberangusan dan membiarkan segala yang
teraniaya
Ini suratku kepadamu, betapa hina pun ia, tapi menyatakan
keputusanku untuk tinggal di dalam hatimu
Aku lahir dari kawahmu, yang mendidihkan air neraka
dan penuh keharuman surga
Aku menyusu di putingmu, lezat atau busuk, aku
aku makan atau tak makan, riang atau sakit,
aku menangis memakai air matamu dan tertawa
dengan gelegakmu
Aku tidur dan tak bisa tidur, seranjang denganmu,
sebab hanya itu kemampuanku di tengah zaman
pengap yang menghantarkan kita ke daerah kosong
dan putus asa.
Surat kata-kataku sakit dan terluka, tidak manis atau
indah, hanya sakit, kecewa dan merah padam
Di tengah seribu hasrat yang membius pikiran, sais
kekuasaan yang menyeret batin, di tengah
perampok-perampok masa depan, inilah surat
kedamaian yang bingung
Surat cinta yang patah arang, kalimat-kalimat yang
menyelinap di tengah palu-palu, rambu-rambu,
peluru dan senapan yang berkeliaran
Di tengah para maling yang menguasai panggung,
inilah lagu ngungun, surat yang tersengal-sengal,
yang tak bersedia tunduk
Surat yang bertahan dari marah, dendam dan ketakutan,
terhadap segala kata-kata halus dan pidato-pidato siluman
Saudara-saudaraku bangsa yang besar bukanlah
bebek-bebek, yang digiring dari kandang ke sawah
berpagar, dari sawah ke kandang yang berdinding
tegar
Bebek-bebek yang merasa kecut melihat tongkat besi
sang penggembala, yang membiarkan telor-telor
dijualnya
Saudara-saudaraku tak ada pemimpin tak ada
wakil-wakilmu tak ada kaum cerdik cendekia
tak ada budayawan tak ada seniman tak ada
ulama tak ada penyair tak ada pejuang tak ada
bebanten yang dikorbankan apabila ia giat
menghidupi sistem dan susunan keadaan yang
adigang adigung adiguna
Saudara-saudaraku puisi bukanlah kembang kata-kata
bukan hukum-hukum kesenian
Saudara-saudaraku puisi adalah bau anyir keringat
berjuta rakyat, puisi adalah kehidupan
mereka yang alot dan berat, adalah pikiran
dan tenaga mereka yang sekarat, puisi
adalah darah luka mereka yang muncrat
Saudara-saudaraku puisi bukan sejenis pakaian
sore atau pakaian pesta yang terpampang
di kaca etalase, hasil desainer-desainer
kebudayaan
Saudara-saudaraku setidaknya puisi bisa mengajari
kita untuk berkata: TIDAK!
1981