CakNun.com

Riang Gembira Padang Bulan Para Santri Bersama KiaiKanjeng

Waktu baca ± 4 menit

“Padang Bulaan… Padang Bulaaaaaan…!!” teriak para santriwati dengan semangat dari barisan paling jauh di belakang. Sambil ramai-ramai mengangkat kedua tangan, berulangkali mereka teriakkan hingga tembus sampai panggung KiaiKanjeng. Riang dan gembira, begitu gambaran yang terasa dari para santri meskipun malam menjelang larut dan udara yang cukup sumuk.

Selepas acara Kenduri Cinta Jakarta, KiaiKanjeng tadi malam (22/10) hadir di Pondok Pesantren Cadangpinggan Sukagumiwang Indramayu Jawa Barat. Kehadiran Pakde-pakde KiaiKanjeng ini dimaksudkan untuk memuncaki rangkaian acara Parade Budaya dan Festival Santri yang diselenggarakan Ponpes Cadangpinggan dalam rangka memeringati Hari Santri Nasional 2023.

Sebelum sesi KiaiKanjeng, berlangsung sarasehan dengan tema “Moderasi Beragama dalam Wawasan Kebangsaan, Mewujudkan Indonesia yang Berbudaya”. Sebagai pembicara adalah Buya Syakur Yasin selaku pengasuh Ponpes Cadangpinggan, RH. Sani Wijaya Natakusunah, Sujiwo Tejo, Mas Sabrang MDP, dan tokoh masyarakat lainnya. Sarasehan dipandu oleh Abu Marlo.

Suasana cukup meriah dan ramai. Tak hanya para santri, berbagai lapisan masyarakat hadir dalam acara ini. Tak ketinggalan para jamaah Maiyah dari Indramayu dan bahkan Cirebon juga hadir. Ponpes Cadangpinggan sendiri memiliki santri mukim sekitar 900-an orang. Lembaga pendidikan yang ada mulai madrasah ibtidaiyah hingga SMA. Sore hari ketika KiaiKanjeng tiba, tampak kesibukan para santri dan panitia dalam menghelat acara yang digelar di lapangan dalam komplek pondok. 

Tatkala KiaiKanjeng segera memulai Sesi Cadangpinggan Bershalawat, semua vokalis KiaiKanjeng langsung turun panggung menuju ke tengah-tengah jamaah. Ini sekaligus satu proses switch dari suasana intelektual Sarasehan menuju suasana yang interaktif sekaligus kultural-musikal. Sangat bagus bahwa tiba di antara jamaah, Mas Islamiyanto, Mas Doni, Mas Imam, Mbak Nia, Mbak Yuli, dan Faqih langsung menyasar menyapa para santri. Wajah-wajah generasi muda ini terlihat sangat antusias. Kompak terdengar gemuruh suara mereka merespons apa-apa yang disampaikan Mas Islamiyanto dan Mas Doni.

Shalawat Nariyah menjadi nomor pembuka yang kontan diikuti mereka maupun jamaah yang lebih dewasa. Disusul selanjutnya shalawat Thibbil Qulub. Semuanya adalah shalawat-shalawat yang sudah dihapal dan menjadi bagian dari bacaan keseharian mereka.

Salah satu puncak interaktifnya KiaiKanjeng dengan para santri berlangsung ketika para santri dan jamaah umum diajak membuat kelompok sebanyak tiga dan diminta berformasi melantunkan shalawat Alhamdulillah was syukru lillah azka shalati wa salami lirosulillah. Suasana benar-benar telah bergeser menjadi asyik dan semakin hidup dengan lantunan-lantunan shalawat.

Tak hanya memandu bershalawat, Mas Islamiyanto juga menyisipkan pesan. Kepada adik-adik santri Ponpes Cadangpinggan ini sekaligus sebagai spirit yang patut diingat dalam memperingati Hari Santri, Mas Islamiyanto menuturkan bahwa menjadi santri itu tak ubahnya seseorang yang sedang menek blimbing. Seberat apapun hendaknya tetap dipanjat. Lunyu-lunyu penekno. Nanti Allah memberikan masa depan yang gemilang.

Untuk itulah kemudian Mas Islamiyanto dan para vokalis KiaiKanjeng lainnya mengajak para santri serta jamaah semuanya untuk melantunkan nomor Ilir-ilir yang disambung dengan doa dan shalawat. Diingatkan oleh Mas Islamiyanto, bahwa dalam bershalawat dan melantunkan tembang dari para wali, hakikatnya merupakan bentuk kita menyapa Rasulullah dan para wali agar kita senantiasa memperoleh Syafaat Kanjeng Nabi. Serta agar kita selalu ingat akan jasa-jasa para wali dalam mengajarkan nilai-nilai Islam yang diajarkan Kanjeng Nabi Muhammad Saw.

Sementara itu, Mas Sabrang juga menyampaikan pesan buat para santri untuk tidak menyia-nyiakan waktu dan agar mereka melatih “otot” untuk memecahkan masalah. Kelak para santri dapat memecahkan masalah yang lebih besar. “Pastikan dirimu lebih baik dari dirimu kemarin,” kata Mas Sabrang menutup pesannya. Untuk mereka, Mas Sabrang mempersembahkan lagu Ruang Rindu dengan diiringi KiaiKanjeng.

“Alamateeeee….”, mas Islami menyeru. Sontak para santri, terutama santriwati melonjak gembira mendengar itu. Langsung saja dengan koor dan kompak ikut bernyanyi lagu yang sedang hits di kalangan santri generasi Z ini. Beberapa santriwan dan santriwati pun ikut maju menyanyikannya bersama para vokalis. Saking senangnya menyanyikan Alamate Anak Sholeh, seketika lagu itu usai para santri meminta dibawakan Mars Syubbanul Wathon. Dan KiaiKanjeng pun gaspol mengabulkan bergembira dengan semua santri dan warga.

Acara pun tanpa terasa sudah masuk menjelang pukul 00.00. Semua jamaah diminta berdiri untuk bersama-sama Sroqolan Indal qiyam. Acara dipuncaki dengan doa dipimpin oleh Mas Islamiyanto.

Mengantarkan kepulangan para jamaah, KiaiKanjeng mengabulkan dan menyenangkan hati para santri yang sudah berteriak sedari tadi. Lagu Padang Bulan dimainkan. Para santri bahagia. Mereka bareng mengungkapkan gerak badan, tanda sangat menikmati lagu ini sekaligus senang dan bergembira dengan kehadiran Pakde-pakde KiaiKanjeng. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Pemalang, KiaiKanjeng menuju kediaman pengasuh dan berpamitan dengan Buya Syakir Yasin.[]

Lainnya

Mlaku Nemu

Mlaku Nemu

Watak diri menjadi hal yang paling mendasar yang mempengaruhi cara pandang seseorang.

Juguran Syafaat
Juguran Syafaat
Exit mobile version