Pesta Demokrasi 2024: Setelah Pesta, Siapa yang Akan Beres-Beres?
Menurut Rocky, yang harus kita lakukan hari ini adalah kita harus memastikan bahwa ada bagian-bagian dari masyarakat sipil yang otaknya belum tercemari oleh asam sulfat limbah demokrasi. Kita bersama-sama berupaya untuk menuntun kembali argumen sebagai dasar berpolitik. Memang, demokrasi itu bukan idol dari kehidupan bersama, tetapi itu fasilitas yang tersedia. Minimal untuk memungkinkan kita bercakap-cakap secara setara. Itu yang tidak ada saat ini, meskipun sering dikatakan Pemerintah.
Rocky kemudian bercerita, bahwa dahulu saat ia masih berkumpul bersama aktivis di sebuah LBH di Jalan Diponegoro, di ruang Adam Malik. Sebuah LBH yang dihuni banyak aktivis saat itu. Ketika diskusi dimulai, biasanya datang aparat dari Kramat Lima, yang sering disebut dengan sebutan Kremlin. Aparat itu datang ke LBH kemudian menyatakan: ”Atas nama undang-undang, saya bubarkan diskusi ini.” Orde baru sengat jelas, menggunakan undang-undang untuk membubarkan diskusi, meskipun itu subversi.
”Jadi, diskusi itu dibubarkan. Bukan dilarang, tetapi dibubarkan. Sekarang sebelum diskusi, rektor sebuah universitas ditelepon agar tidak menerima Rocky Gerung. Jangan terima Faisal Basri. Kan lebih sublim otoriterianismenya. Kan itu kejahatan. Kejahatan yang ada di dalam otak seorang tiran sebetulnya. Nah, komposisi-komposisi ini yang akan kita hitung nanti, suatu waktu kita akan tanya apakah Presiden Jokowi meninggalkan jejak demokrasi atau enggak? Apakah Jokowi meninggalkan jejak kemampuan juga tidak? Zaman Pak Harto, sumber daya kita dieksploitasi. Konglomerat diberi izin oleh Pak Harto, terutama kayu di situ, batu baranya sedikit. Soeharto dengan sengaja memberi izin eksploitasi sumber daya pada konglomerat yang sekarang kita sebut oligarki,” lanjut Rocky.
Tetapi, pada saat itu menurut Rocky, yang kembali kepada Negara masih 30% dari hasil eksploitasi itu. Saat SBY berkuasa, masih 27%. Sekarang tinggal 7%, 6% saja yang kembali ke Negara. ”Jadi di mana kemakmuran itu? Yang merupakan hak setiap rahim perempuan, rahim ibu-ibu. Nah, kesempatan ini yang serung kali lalai di dalam perdebatan Calon Presiden. Para kandidat tidak melihat secara faktual bahwa Indonesia sudah ada di jurang untuk menjadi failed state. Negara gagal. Dari segi apapun itu.
”Jadi forum Kenduri Cinta ini mengangkat tema yang bagus, kita mulai satu tema alternatif untuk pesimis, bukan untuk optimis. Banyak orang yang optimis, tapi irasional. Kita adalah kalangan pesimis yang rasional. Itu bedanya. Supaya kita bisa tuntun kembali negeri ini menjadi Indonesia yang berpikir. Dan itu sebetulnya yang bertahun-tahun diucapkan secara sublim oleh Emha Ainun Nadjib,” tegas Rocky.
”Jadi, pengkondisian ini sebetulnya sudah dilakukan oleh Emha. Jadi, saya mengingat kawan saya, Emha sebagai orang yang terus memelihara bagian sublim dari negeri ini yang kadang-kadang dianggapnya; ngapain sih Emha itu push and blink segala macam, nyinyir aja. Tapi kenyinyirannya itu justru memprovokasi kita untuk berpikir alternatif. Jadi, Emha menyumbang dan merawat value dari demokrasi. Itu jawabannya.
Sebaliknya, Jokowi memberantakkan demokrasi, betul-betul memberantakkan demokrasi. Kita anggap bahwa mungkin menjelang 14 Februari akan banyak pertemuan akal sehat di mana-mana itu. Dan sebuah kekuatan moral perlahan-lahan sedang tumbuh di negeri ini untuk menghalangi kekuatan masif dari politik kotor”, pungkas Rocky.
bersambung