CakNun.com

Pesta Demokrasi 2024: Setelah Pesta, Siapa yang Akan Beres-Beres?

Catatan Kenduri Cinta edisi Desember 2023, Bagian Pertama
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 10 menit

Menurut Sabrang ini hal yang serius untuk dilakukan. Karena pada setiap pemilihan, kita hanya melakuan rutinitas saja. Setelah Pemilu selesai, kita akan saling berdebat lagi, saling konfrontasi lagi, begitu seterusnya. Semakin kesini kita semakin tidak percaya kepada politik. Sementara itu kita sudah kadung hidup di negara demokrasi bernama Indonesia ini.

“Mau tidak mau yang harus kita lakukan adalah kita harus konsisten, sebaik mungkin melakukan pemilihan demokrasi itu. Demokrasi konsepnya rakyat memilih partai, mempercayakan keputusan partai, terus partai memilih calon-calon yang akan diusung. Jangan sampai Anda tidak serius dalam memilih partai. Maka syarat utamanya adalah kita sebagai rakyat harus serius dulu dalam memilih partai,” ungkap Sabrang.

“Kita tidak punya kontrol, kita tidak punya cukup waktu untuk menentukan memilih siapa. Walaupun kita sendiri juga milih siapa tidak jelas,” lanjut Sabrang. Kemudian Sabrang melemparkan pertanyaan: Sebutkan dua saja calon anggota DPR di dapil Anda yang Anda kenal dengan baik? Kalau ternyata tidak ada, ini kesalahan siapa? Mereka yang tidak memperkenalkan diri atau kita yang sudah terlalu apatis sehingga tidak mau mencari tahu siapa saja mereka?

”Indonesia menurut saya, masalah terbesarnya adalah cost overhead dari komunikasi. Komunikasi kita itu nggak jelas satu sama lain,” pungkas Sabrang.

”Selamat datang di forum Balkadaba,” Rocky Gerung menyapa jamaah Kenduri Cinta dan langsung memantik sebuah pertanyaan: ”Cak Nun di mana ketika 98 Reformasi? Ada yang tau? Cak Nun ada di sana, di Jalan Cendana, bersama tokoh-tokoh untuk menekan Presiden Soeharto supaya mundur. Cak Nun ada di situ. Cak Nun memilih jalan oposisi itu. Karena prinsip pertama dari warga negara bukan untuk berkuasa, tapi untuk melawan penguasa,” tegas Rocky.

Bukan Rocky Gerung kalau tidak ngegas dari awal. “Indonesia sudah demokrasi sejak 1998. Ditumbuhkan oleh Habibie, dipelihara oleh Gus Dur, lalu lompat ke SBY,” jamaah menyambut dengan tawa. “Lho, benar, Ibu Mega kan enggak dipilih, hanya meneruskan Gus Dur,” ungkap Rocky.

“Dan SBY menjadikan demokrasi sebagai peralatan tukar tambah politik. Itu historinya begitu. Nah sekarang indeks demokrasi turun. Jadi, Jokowi menurunkan indeks demokrasi bahkan tidak mampu memelihara. Itu intinya. Sekarang kita bertanya kenapa demokrasi tidak bisa hidup di era Jokowi,” ungkap Rocky.

”Sejak keputusan Mahkamah Konstitusi, seluruh alam pikiran kita, apalagi anak muda, berubah. Padahal, anak muda di tahun 1928 memutuskan untuk menghidupkan harapan masa depan dengan 3 dalil: Kami putra-putri Indonesia, kami pemuda Indonesia bersumpah bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu; Indonesia,” lanjut Rocky. “Sumpah Pemuda itu merupakan janji historis yang kemudian menginspirasi Bung Karno untuk berpidato: Berikan aku 10 pemuda akan kuguncangkan dunia. Lalu dijawab oleh Presiden Jokowi: Saya beri satu pemuda, saya guncangkan Mahkamah Konstitusi,” jamaah riuh menyambut pernyataan Rocky Gerung dengan tawa dan tepuk tangan.

Lainnya

Hilwin Nisa
Hilwin Nisa

Tidak

Topik