Menunggu Ditransfer Malaikat
“Katanya Allah itu Maha Pemberi Rezeki. Manaa… Manaa… Ini aku nunggu-nunggu gak datang datang. Ah hoax!”
Hari Jumat berkah ini. Diprotes hamba Allah. Kok ya protes ke saya. Kenapa tidak ke MUI atau ke kyai-kyai lain. Wis wis. Arek-arek enake dewe.
Kata Mbah Nun suatu kali, ada tiga jenis rezeki. Satu, Rezeki Transaksional. Ini akibat kita obah. Usaha. Bisnis. Dua, Rezeki karena Nama Baik Kita. Ini bisa terjadi karena keistiqamahan kita dalam menjaga perilaku. Tiga, Rezeki Langsung dari Allah Swt. Ini langsung cash dari Allah. Ditransfer oleh malaikat-malaikat-Nya.
“Njenengan sedang berbisnis apa Mas?” Jawab saya kepada teman yang Whatsapp tadi.
“Jangankan berbisnis. Buat makan sehari-hari saja kesulitan. Mau modali saya berbisnis?” jawabnya nyolot.
Ini fixed, anak ini tidak ada peluang mendapatkan rezeki dari sebuah usaha atau perdagangan.
“Sehari-hari melakukan apa di rumah?” tanya saya lagi.
“Di rumah saja Mas. Mau keluar ya gak ada ongkos. Harta yang tersisa hanya satu set guci peninggalan orangtua. Apa Mas Zakki mau beli ini?”
Malah saya disuruh beli. “Kalau pagi bangun jam berapa?”
“Tidak mesti. Yang pasti antara jam 8 atau 9 pagi. Apa kaitannya bangun siang dengan rezeki?”
“Nggak shalat subuh doong.”
“Kamu kayak malaikat saja. Ngabsen orang shalat subuh….”
Dalam hati saya membatin ini anak pasti tidak dapat peluang rezeki dari upaya menjaga diri. Peluang rezekinya tinggal satu: ditransfer oleh Malaikat Allah. Atau bangun suatu pagi, tiba-tiba di bawah bantalnya keluar dolar.
Kita semua nggak tahu. Saya hentikan dialog WhatsAppnya. Saya nggak sanggup merespons lagi. Biar Allah saja yang langsung menangani.
Yogyakarta, Jumat, 7 September 2023