CakNun.com

Menghadapi Bom Waktu Lingkungan, Utang Luar Negeri, Oligarki, dan Keadilan: Agenda Capres dan Cawapres di Masa Depan

Toto Rahardjo
Waktu baca ± 3 menit
Photo by Mufid Majnun on Unsplash

Dalam perhelatan politik, perbincangan seputar pemilihan presiden dan wakil presiden seringkali hanya terpaku pada platform umum tanpa menyentuh isu-isu krusial yang menjadi tantangan masa depan. Salah satu isu tersebut adalah bagaimana pemimpin yang terpilih akan menghadapi ancaman lingkungan, utang luar negeri, dominasi oligarki, dan urgensi mewujudkan supremasi hukum demi keadilan. Apakah capres dan cawapres telah merumuskan langkah-langkah konkret dalam mengelola sampah, mengatasi utang luar negeri, mengatur kekuasaan oligarki, mengelola sumber daya alam, serta mewujudkan supremasi hukum untuk keadilan.

Mengelola Bom Waktu Sampah:

Sampah menjadi masalah global yang semakin mendesak untuk diselesaikan. Pertanyaannya, apakah calon pemimpin telah merancang strategi konkret untuk mengelola sampah, terutama mengingat sampah telah menjadi “bom waktu” bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Implementasi kebijakan daur ulang, pengurangan penggunaan plastik, serta edukasi masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah menjadi kunci untuk mencegah bencana lingkungan.

Utang Luar Negeri: Menambah atau Meminimalkan?

Kebijakan utang luar negeri seringkali menimbulkan kekhawatiran, terutama dalam konteks keberlanjutan ekonomi. Capres dan cawapres seharusnya membahas apakah mereka berencana menambah utang atau meminimalkannya. Diskusi mengenai strategi pengelolaan utang, termasuk penggunaan dana secara bijak untuk pembangunan infrastruktur tanpa menjerumuskan negara ke dalam lubang utang yang lebih dalam, perlu dijelaskan secara terperinci.

Mengatur Oligarki dalam Sendi-sendi Kekuasaan:

Oligarki yang kuat dapat mengancam demokrasi dan kesejahteraan rakyat. Pertanyaan yang muncul adalah apakah capres dan cawapres memiliki langkah-langkah konkret untuk mengatur kekuatan para oligarki. Keterbukaan, transparansi, dan pembatasan kekuasaan ekonomi dapat menjadi solusi untuk menghindari konsentrasi kekuasaan yang merugikan kepentingan rakyat.

Mengelola Sumber Daya Alam dengan Bijak:

Eksploitasi sumber daya alam seringkali berujung pada penggusuran rakyat dan kerusakan lingkungan. Pemimpin yang bertanggung jawab harus memiliki rencana konkret untuk mengelola sumber daya alam dengan bijak, memastikan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan, serta melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.

Mewujudkan Supremasi Hukum untuk Keadilan:

Ketidaksetaraan dalam sistem hukum dapat merugikan masyarakat. Capres dan cawapres harus membahas rencana konkreto bagaimana mereka akan memastikan supremasi hukum untuk keadilan. Reformasi peradilan, penegakan hukum yang adil, dan perlindungan hak asasi manusia harus menjadi prioritas untuk membangun masyarakat yang adil dan setara.

Pemilihan presiden bukan hanya tentang visi dan misi umum, tetapi juga mengenai bagaimana pemimpin akan menghadapi tantangan konkret yang dihadapi bangsa. Capres dan cawapres perlu menjelaskan rencana dan strategi mereka dalam mengelola sampah, mengatasi utang luar negeri, mengatur kekuasaan oligarki, mengelola sumber daya alam, serta mewujudkan supremasi hukum untuk keadilan. Inilah fondasi bagi pemimpin yang visioner dan berkomitmen untuk membawa bangsa menuju masa depan yang berkelanjutan dan adil.

Mengintegrasikan Teknologi untuk Solusi Lingkungan:

Dalam era teknologi, capres dan cawapres perlu mengeksplorasi cara mengintegrasikan inovasi teknologi untuk menyelesaikan masalah lingkungan. Rancangan kebijakan yang mendukung pengembangan energi terbarukan, transportasi berkelanjutan, dan teknologi ramah lingkungan dapat menjadi langkah progresif menuju masyarakat yang lebih hijau.

Keterlibatan Aktif Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan:

Agar kebijakan yang diusulkan memiliki dampak maksimal, penting untuk mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Rencana partisipatif dan forum dialog dapat memberikan suara kepada masyarakat dalam membentuk kebijakan yang akan memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.

Menggagas Sumber Pembiayaan Alternatif:

Untuk mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri, pemimpin yang terpilih harus mempertimbangkan sumber pembiayaan alternatif. Pengembangan sektor ekonomi kreatif, dukungan terhadap pengusaha lokal, dan penciptaan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dapat menjadi alternatif untuk mengurangi beban utang.

Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah:

Capres dan cawapres perlu menegaskan komitmen terhadap transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Membangun lembaga-lembaga pengawas independen, memastikan laporan keuangan pemerintah tersedia untuk publik, dan menegakkan aturan hukum yang melibatkan pelanggaran etika atau hukum oleh pejabat pemerintah adalah langkah-langkah kunci untuk memperkuat integritas pemerintahan.

Pendidikan dan Kesetaraan Akses:

Agenda pemimpin yang progresif juga harus mencakup upaya dalam meningkatkan akses pendidikan dan memastikan kesetaraan dalam peluang. Menciptakan lingkungan di mana semua warga dapat mengakses pendidikan berkualitas dan memiliki peluang yang setara dalam masyarakat adalah landasan untuk membangun masyarakat yang inklusif.

Pemimpin yang Tidak Hanya Berjanji, Tetapi Bertindak:

Pemilih harus memperhatikan bukan hanya retorika, tetapi rencana dan langkah konkret yang diusulkan oleh capres dan cawapres. Pemimpin yang tidak hanya berbicara, tetapi bertindak, mampu menghadapi tantangan-tantangan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan menyusun rencana dan melibatkan masyarakat, pemimpin dapat menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan bagi negara dan generasi mendatang.

Pakem, 6 Desember 2023

Toto Rahardjo
Pendiri Komunitas KiaiKanjeng, Pendiri Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Bersama Ibu Wahya, istrinya, mendirikan dan sekaligus mengelola Laboratorium Pendidikan Dasar “Sanggar Anak Alam” di Nitiprayan, Yogyakarta
Bagikan:
Exit mobile version