CakNun.com

Mengatasi Keburukan dengan Hati yang Bijaksana

Toto Rahardjo
Waktu baca ± 2 menit
Photo by Juan Pablo Serrano Arenas from Pexels

Kehidupan ini memang tak bisa lepas dari perjuangan dan tantangan. Dalam menjalani perjalanan hidup, kita mungkin akan bertemu dengan orang-orang yang berbuat jahat kepada kita. Namun, dalam situasi seperti itu, bijaksanalah dalam menyikapi dan merespons perilaku negatif mereka. Seiring dengan itu, tetaplah berusaha untuk menjaga hati yang penuh kasih dan bijaksana. Sebuah ajaran bijak telah diberikan oleh berbagai agama dan filosofi, yang menyatakan bahwa “Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu”.

Pesan ini menegaskan pentingnya kebaikan dan pengampunan dalam menghadapi orang-orang yang berbuat jahat terhadap kita. Alih-alih membalas kejahatan dengan kejahatan, kita diajak untuk memberikan reaksi yang berbeda, yaitu dengan menghadapinya dengan sikap tenang penuh pengertian dan belas kasih. Tentu saja, hal ini bukanlah hal yang mudah dilakukan, namun inilah yang menjadikan pembeda manusia dengan makhluk lainnya; kemampuan untuk bersikap bijaksana dan berpikiran terbuka.

Mengapa kita harus bersikap demikian? Ketika kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, maka setidaknya ada dua hal yang mungkin terjadi. Pertama, dengan tidak memberi respon negatif, kita memiliki kesempatan untuk mematahkan siklus kebencian dan pertikaian. Ketika seseorang merasakan kebaikan dari kita meskipun telah berbuat jahat, kemungkinan besar mereka akan merasa malu atau bersalah atas perilaku mereka, yang pada akhirnya dapat mengubah pandangan mereka terhadap kita. Kebaikan bisa menyebar dari satu hati ke hati yang lain, menciptakan lingkaran harmoni dan cinta.

Kedua, sikap pengampunan dan ketulusan dapat membuka pintu untuk perbaikan diri orang yang berbuat jahat. Mungkin saja mereka tidak menyadari kesalahannya atau terjebak dalam lingkaran negatif yang mengakibatkan perilaku buruk tersebut. Dengan memberikan contoh kebaikan dan pengampunan, kita bisa menjadi inspirasi bagi mereka untuk merenungkan tindakan mereka dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Namun, dalam menghadapi kejahatan, penting bagi kita untuk tetap berhati-hati dan bijaksana. Memberikan maaf tidak berarti kita harus menjadi korban terus-menerus. Kadang-kadang, tindakan bijaksana adalah dengan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri kita sendiri dari kemungkinan bahaya lebih lanjut. Pengampunan bukan berarti memberikan izin kepada orang lain untuk terus merugikan kita.

Selain menghadapi orang-orang yang berbuat jahat, hidup juga akan memberikan cobaan dan tantangan lainnya. Dalam perjalanan hidup, kita mungkin mengalami cobaan dan kesulitan, bahkan mungkin menghadapi kriminalisasi atau tuduhan yang tidak pantas. Dalam situasi-situasi sulit seperti itu, ada baiknya kita mencari ruang untuk bersyukur. Meskipun kita sedang tertimpa kesulitan, kita masih memiliki banyak hal yang patut disyukuri. Menghargai hal-hal positif dalam hidup kita bisa membantu menjaga semangat dan membangun ketahanan diri.

Setiap kejadian dalam hidup bisa dijadikan momentum untuk memperbaiki diri. Dalam setiap cobaan dan kesulitan, kita bisa belajar untuk menjadi lebih kuat dan lebih bijaksana. Bukannya menyerah pada keputusasaan, mari kita ambil hikmah dari setiap pengalaman yang kita alami dan gunakan untuk meningkatkan diri kita sendiri.

Menghadapi kejahatan dengan hati yang bijaksana adalah tindakan yang mulia. Pengampunan dan kebaikan tidak hanya dapat mengubah pandangan orang lain terhadap kita, tetapi juga dapat membuka pintu perbaikan bagi mereka yang berbuat jahat. Selain itu, di tengah-tengah cobaan dan kesulitan, mari tetap mencari ruang untuk bersyukur dan belajar dari setiap pengalaman untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Dengan begitu, kita dapat menjalani hidup dengan penuh kebijaksanaan, pengampunan, dan kemajuan diri. Sekali lagi menasehati memang jauh lebih mudah dibandingkan melakukan, angel angel tuturane….

Toto Rahardjo
Pendiri Komunitas KiaiKanjeng, Pendiri Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Bersama Ibu Wahya, istrinya, mendirikan dan sekaligus mengelola Laboratorium Pendidikan Dasar “Sanggar Anak Alam” di Nitiprayan, Yogyakarta
Bagikan:

Lainnya

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Rakyat kecil kebagian remah kemakmuran berupa upah buruh murah, dan negara kebagian remah kemakmuran berupa pajak.

Nahdlatul Muhammadiyyin
NM
Exit mobile version