Mengalfatihahi Zaman
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahiladzi ‘allama bil qolam, ‘alllamal insana ma lam ya’lam
Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah
Allahmumma shalli ‘ala sayidina Muhammad
wa’ala alihi wa ashabihi ajma’in. AAmiin.
Amma ba’du.
Saudara-saudara seiman, seislam, sebangsa dan setanah air.
Kita sedang memasuki momentum yang sangat penting, yaitu transisi zaman menuju yang lebih baik. Agar transisi ini bisa lancar dan diberkahi Allah dan berlangsung penuh rahmat dan keselamatan maka marilah kita melakukan ikhtiar spiritual. Yaitu ikhtiar mengalfatihahi zaman. Mengapa zaman ini perlu kita beri hadiah al-Fatihah dan kita siram dengan kesadaran al-Fatihah?
Karena pertama, zaman ini bergerak dengan penuh godaan. Agar kita selamat dari godaan marilah kita baca ta’awudz, a’udzubillahi minasy syaitanirrajiim. Sepuluh anak Iblis dan pasukannya yang kini telah melakukan operasi intelijen dan operasi perang terbuka menggoda manusia, makin terasa massif, struktural dan sistemik. Dengan membaca ta’awudz dan mengamalkan ilmu ta’awudz kita bisa menangkal godaan mereka itu. Semoga demikianlah adanya, Aamiin.
Kedua, Kita menyaksikan terjadinya kecenderungan untuk memuja dan memunculkan ribuan nama-nama selain Allah di ruang publik, di ruang domestik dan di ruang privat. Nama-nama selain Allah itu muncul dalam baliho, dalam poster, dalam siaran berita dan konten medsos dan dalam kesadaran hidup bermasyarakat, berbangsa, dan berenagara. Kita melihat adanya inflasi nama-nama selain Allah. Sementara nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang jarang muncul ke permukaan. Kadang dibaca tetapi kurang disadari makna dan hikmahnya. Dengan demikian, cara kita mengalfatihahi zaman adalah dengan kembali lebih bergairah dan lebih sadar dalam membaca bismillahirrahmaniirahiim agar energi kepe-nyayangan dan kepengasihan Allah subahanu wa ta’ala kembali dominan dalam kehidupan sehari-hari. Kita perjuangkan agar nama Allah kembali masuk dan hidup dalam kesadaran, pikiran dan dalam tindakan kita sehari-hari. Dengan demikian kita terbebas dari kesesatan makna hidup karena terseret oleh pemujaan dan kibaran nama-nama selain Allah subhanahu wa ta’ala itu. Kita semua tahu, lupa menyebut nama Allah sebelum melakukan tindakan dan kegiatan bisa menyebabkan perbuatan dan tindakan itu batal secara spiritual.
Ketiga, kita menyaksikan bagaimana makin lama terasa sekali kalau bangsa kita makin jauh dari rasa bersyukur dan makin tipis kesadarannya akan perlunya rasa syukur karena telah dikaruniai Allah kekayaan alam semesta yang sangat banyak sekali. Kekayaan alam ini merupakan salah satu nikmat Allah yang dikaruniakan kepada bangsa Indonesia. Bukannya bersyukur, tetapi makin hari makin banyak orang yang justru memilih kufur nikmat. Mengkorupsi kekayaan alam itu. Akibatnya, kekayaan alam ini tidak bisa menjadi instrumen yang menyejahterakan, menggembirakan dan membahagiakan bangsa kita. Justru mejadi sumber bencana yang akut. Termasuk bencana korupsi, bencana konflik social, kolusi dan bencana nepotisme yang cenderung eksploitatif nir keadilan. Oleh karena itu marilah kita melakukan ikhtiar berupa gerakan mengalhamdulilallhi karunia Allah yang sangat besar dan banyak di Indonesia ini.
Keempat, kita merasakan betul bagaimana bangsa kita makin hari makin mengalami krisis kasih sayang, cinta, kepercayaan, saling pengertian, saling memahami, saling mengarifi dan saling menyatukan hati dan jiwa. bangsa kita cenderung mengalami distintegrasi spiritual dan sosial. Sifat Rahman dan Rahim Allah yang memancarkan energi positif tidak putus-putusnya dari langit cenderung gagal diserap oleh bangsa kita. Akibatnya kita menyaksikan makin banyak kekerasan akibat kekeringan jiwa dan meranggasnya batin masyarakat dan bangsa kita. Kekerasan minimum dan kekerasan maksimun belangsung pada lini pribadi, keluarga, masyarakat, kelompok-kelompok orang dan melanda pada tubuh bangsa. Kekerasan akibat pemaksaan kehendak, kebijakan tanpa dialog dan penggusuran aneka macam kepentingan warga demi melayani investor dan pihak yang kuat secara ekonomi dan politik misalnya sangar terasa menjadi gejala pada akhir periode tahun-tahun menjelang transisi ini. Oleh karena itu, marilah kita kembali membuka hati, membuka jiwa, membuka pikiran dan membuka akal kita agar mampu kembali menyerap dan mengoptimalkan aktivasi energi Rahman dan Rahim-Nya Allah subhanahu wa ta’ala.
Kelima, kita menyaksikan adanya kecenderungan masyarakat dan bangsa kita kehilangan kesadaran akan relasi kehidupan jangka panjang manusia. Relasi fungsional dan spiritual antara kehidupan dunia dan akhirat cenderung terputus atau diputus oleh kepentingan dunia, kepentingan material dalam berbagai bentuknya. Banyak manusia yang terjebak dan tersesat di lokasi duniawi. Padahal ayat-ayat suci dalam kitab suci telah menunjukkan dan melakukan share lokasi akhirat itu lengkap dengan petunjuk arah dan rute yang perlu ditempuh serta gambaran situasi dan kondisi akhirat itu secara gamblang. Misalnya adanya lokasi yang membahagiakan dan menyenangkan serta menenteramkan serta menyelamatkan jiwa kita. Lokasi itu bernama surga. Juga dalam kitab suci ditunjukkan lokasi yang penuh kesukaran dan penderitaan akibat kesalahan memilih rute menuju ke akhirat. Atau karena tidak peduli dan tidak tahu dan tidak mau tahu akan adanya rute kehidupan yang menghubungkan dunia dan akhirat maka banyak yang kemudian tersesat ketika dirinya terproses oleh sunnatullah berupa keharusan memasuki alam akhirat ini. Inilah pentingnya kita menyiram ruhani kita dengan kesadaran dan pengertian serta makna-makna fungsional dari ayat maliki yaumiddin.
Keenam, kita semua menyaksikan bagaimana makin banyak manusia yang mengalami disorientasi dan dismotivasi hidupnya. Mereka tidak lagi memiliki orientasi hidup dan motivasi hidup yang sejati dan otentik (bener dan pener) sesuai dengan yang diajarkan oleh agama Islam. Yaitu orientasi dan motivasi ibadah, pengabdian dan kepercayaan bahwa hanya Allahlah satu-satunya dzat yang harus menjadi arah pengabdian dan permintaan tolong. Tiada ada sesuatu yang lain untuk mengabdi dan minta pertolongan selain kepada Allah subhanahu wata’ala. Tetapi dalam kenyataan sehari-hari di saat-saat menjelang transisi ini, kita menyaksikan makin banyak manusia, warga masyarakat dan warga bangsa yang lebih cenderung mengabdi dan meminta perolongan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Inilah pentinganya untuk menegaskan kesadaran dan tindakan kita untuk selalu mengabdi dan meminta pertolongan hanya kepada Allah. Kesadaran dan tindakan yang bermakna iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in perlu kita hidupkan terus-menus pada zaman ini.
Ketujuh, salah satu bentuk permintaan tolong kita yang paling strategis dan fungsional adalah permintaan tolong agar kita selalu diberi petunjuk agar bisa melewati jalan yang lurus, jalannya orang-orang yang selalu istiqomah dengan kebenaran dan kebaikan ajaran agama Islam. Ihdinash shirothol mustaqiim, ihdinash shirothol mustaqiim, ihdinash shirothol mustaqiim harus selalu kita baca, kita wiridkan dan kita hidupkan dalam kesadaran hidup dan dalam tindakan hidup kita sehari-hari.
Kedelapan, parameter jalan lurus dan jalan yang ditempuh oleh mereka yang istiqomah dalam kebenaran dan kebaikan agama adalah bahwa jalan tersebut bisa mendatangkan kenikmatan, keridlaan dan kebenaran ketika ditempuh. Dan bukan jalan yang penuh liku sesat dan jalan yang mendatangkan kemurkaan Allah jika ditempuh manusia. Dalam konteks ini, mengalfatihahi zaman bermakna kita selalu memompa motivasi dan meluruskan orientasi hidup kita agar selalu melewati jalan yang jelas akan mendatangkan kenikmatan dunia akhirat. Bukan jalan yang menjerumuskan kita ke dalam kesesatan pikir dan kesesatan tindakan dan jalan yang jelas akan mendatangkan akibat dimurkai Allah jika manusia melewatinya.
Memang dalam perkembangan zaman yang ada sekarang ini terbentang tiga jalur jalan atau rute kehidupan itu. Rute kehidupan yang mendatangkan kenikmatan dan ridla Allah subhanahu wa ta’ala. Rute kehidupan yang mengarah kepada kesesatan hidup dan rute kehidupan yang mendatangkan murka Allah jika ditempuh manusia. Pada akhir surat al-Fatihah, kita diperintah oleh Allah agar minta diberi petunjuk dan diberi kemudahan menempuh jalan yang penuh kenikmatan dan mendatangkan ridla Allah subhanahu wa ta’ala.
Demikianlah, ikhtiar spiritual mengalfatihahi zaman telah jelas gambarannya dan cetho metode tindakannya. Marilah kita jalankan dan jadikan aksi individual dan aksi komunal NM agar zaman ini bisa selamat melewati transisi yang rumit dan penuh tantangan ini. Hasbunallaha wa ni’mal wakil. ni’mal maula wa ni’man nashir. Nashrun minallah wa fathun qariib, inna fatahna laka fathan mubiina. wabasyiril mukmina aamiin.
Yogyakarta, 21 Desember 2023
Majelis Ilmu Nahdlatul Muhammadiyyin,
Ketua Ketua,
Kiai Marzuki Kurdi Mustofa W Hasyim