CakNun.com

Mbah Nun Harus Salah. Titik!!

Ahmad Syakurun Muzakki
Waktu baca ± 2 menit
Foto: Adin (Dok. Progress)

Tadi malam setelah Tawashshulan di Kadipiro — ada tamu menemui saya. Ada beberapa hal yang mau dikonfirmasi dan ditanyakan. Pertama, tentang foto Mbah Nun dan Jokowi yang beredar di grup WA.

Saya jawab, “Itu Hoax. Itu tindakan kanibalisme khas manusia Indonesia….”

“Saya tahu orangnya yang mengedit atau memanipulasi foto itu. Sejak lama hatinya dendam, penuh amarah kepada Mbah Nun. Bahkan ia sampai lupa dengan dirinya , karena hidupnya sibuk full mengamati Mbah Nun,” kata saya melanjutkan.

Kedua, tamu saya itu mengatakan, “Begini Zak. Mbah Nun yang dianggap sebagai aset bangsa itu menjadi rerasanan orang. Terutama teman-teman seniman Jogja….”

Saya merespons pelan, “Ya tidak masalah. Nasib Mbah Nun memang seperti itu sejak dulu. Dibenci orang, dihujat orang. Banyak seniman Jogja tidak menyukainya. Dalam ilmu Maiyah, Mbah Nun selalu mengajari kita:

Kowe milih dibenci apa membenci?”

“Dibenci Mbah…,” jawab Jamaah.

Kowe milih menganiaya apa dianiaya?”

“Dianiaya Mbaah,” jawab Jamaah.

Kowe milih ngidhoni apa diindhoni….”

Diidhoni Mbah…,” jawab Jamaah

Kowe milih difitnah apa memfitnah?”

“Difitnah Mbah,” jawab Jamaah.”

Tiga tamu saya mantuk-mantuk. Entah setuju atau tidak saya tidak menganalisis.

“Sosok Mbah Nun yang datang ke Jogja dengan latar belakang pesantren, menciptakan karya-karya yang bau relijiusnya sangat kental, membuat teman-teman senimannya tidak nyaman. Lalu tanpa sadar tercipta blok Islam dan Non-Islam. Diam-diam di belakang panggung kesenian menjadi rerasanan. Pertengkaran-pertengkaran. Persaingan-persaingan.”

“Ketika Orde Baru, kritik Mbah Nun kepada Pak Harto sangat dinanti oleh teman-temannya. Orde Baru berlalu, era Reformasi, lalu pasca Reformasi dan kemudian melahirkan tuhan baru. Di sini mulai kembali potensi riuh. Potensi perpecahan menguat. Ketika Mbah Nun mengkritik penguasa, mereka kebrongot, semacam tidak terima tuhan-nya dikritik.”

“Alhamdulillah Mbah Nun konsisten. Demi keseimbangan alam semesta sampai hari ini. Beliau bukan sekadar aset bangsa. Beliau juga aset umat Islam. Sepak terjangnya jangan diragukan lagi….”

Saya ceramah panjang. Tamu saya terlihat bosan. Mereka pamit. Dan saya meminta maaf atas ceramah tadi.

Padahal saya masih ingin ceramah panjang tentang Dana Keistimewaan Jogja. Yang penuh politik dan kekuasaan kelompok. Islam Non-Islam. Tapi gakpapa. Kapan-kapan saja. Ketika saya punya energi baru…

Ahmad Syakurun Muzakki

Yogyakarta, Rabu, 12 Juli 2023

Lainnya

Bertahalli dalam Mulat Saliro

Bertahalli dalam Mulat Saliro

Allah, Allah. Allah, Allah.
Maalanaa maulan siwallah.
Kullama naadaita yaa Huu,
Qolayaa ‘abdi anallah.

Maneges Qudroh
Maneges Qudroh