Malapetaka, Sengsara, Goncangan
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيم
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ
غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ(Al-Fatihah: 6-7)
Ternyata hidup saya selama ini adalah GR-GR sendiri belaka.
Seringkali ketidakpastian pengetahuan membuat kita pada momentum dan situasi tertentu dalam peristiwa kehidupan sekarang di dunia — membuat sangat sulit menemukan posisi diri dan kuda-kuda mental.
Ketika kita mengalami kesulitan dan keterpurukan di dunia, sangat tidak menganalisis, mempetakan atau mem-breakdown segala sesuatunya, termasuk mencari kemungkinan-kemungkinan solusinya — kalau kita tidak mengerti persis apakah kita ini sedang disayang ataukah dimurkai oleh Allah. Apakah kita sedang diuji ataukah sedang dihukum. Apakah kita sedang dirahmati ataukah diadzab. Ketidakjelasan itu bisa benar-benar membuat kita kehilangan arah dan mungkin frustrasi.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِا للّٰهِ فَاِ ذَاۤ اُوْذِيَ
فِى اللّٰهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللّٰهِ ۗ
وَلَئِنْ جَآءَ نَـصْرٌ مِّنْ رَّبِّكَ لَيَـقُوْلُنَّ اِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ ۗ
اَوَلَـيْسَ اللّٰهُ بِاَ عْلَمَ بِمَا فِيْ صُدُوْرِ الْعٰلَمِيْنَ
Dan di antara manusia ada sebagian yang berkata, ‘Kami beriman kepada Allah,’ tetapi apabila dia disakiti (karena dia beriman) kepada Allah, dia menganggap cobaan manusia itu sebagai siksaan Allah. Dan jika datang pertolongan dari Tuhanmu, niscaya mereka akan berkata, ‘Sesungguhnya kami bersama kamu.’ Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam dada semua manusia?” (QS. Al-‘Ankabut:10)
Ayat ini cukup melegakan di tengah situasi nyuklun saya. Tetapi tidak juga lantas bisa kita pastikan bahwa “ternyata Allah bukan mengadzab, melainkan menguji”. Saya glimpang-glimpung berhari-hari, bahkan berminggu-minggu dan berbulan-bulan sambil bergumam dalam keresahan hati: “Iya kalau Allah menguji. Lha kalau ternyata memang mengadzab?”
Ada sih juga sedikit rasa terhibur. Bahwa andaikan kita diuji, itu karena Allah menggolongkan atau mengakui kita sebagai orang yang beriman.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?”. (Al-‘Ankabut: 2).
Sementara yang tidak beriman malah bebas ujian. Meskipun demikian. kalau itu ujian, berarti akan ada akhirnya. Ada momentum lulusnya.
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ
وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ
مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا
حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ
مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
Coba ulang: Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan. Tapi saya tetap nyuklun. Entahlah. Allah sungguh-sungguh Maha Blackhole yang menyerap segala energi dan cahaya diri. Dan saya benar-benar tidak tahu apa dan bagaimana nasib saya esok hari.
Emha Ainun Nadjib
13 Mei 2023.