CakNun.com

Ke Mana Nusantaraku

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 3 menit
Foto: Adin (Dok Progress).

Pengantar

Tadi malam, Selasa 20 Juni 2023, Cak Nun dan KiaiKanjeng hadir di Alun-alun Kabupaten Kebumen dalam rangka rangkaian acara Kebumen International Expo yang diselenggarakan oleh Pemkab Kebumen.

Dalam acara kebersamaan bersama Bupati Kebumen beserta masyarakat kabupaten Kebumen, selain memaparkan sejumlah perspektif tentang pembangunan, khususnya pembangunan manusia, memaknai bumi dan sejarah Kebumen, membuka kesempatan dialog dan obrolan antara Bupati Kebumen dengan rakyat Kebumen, Cak Nun juga menyiapkan puisi berjudul “Ke Mana Nusantaraku”.

Semalam diiringi musik KiaiKanjeng, Pak Joko Kamto turun dari panggung dan naik di atas pagar di depan panggung, membacakan puisi ini dengan sangat memukau. Cak Nun menyiapkan puisi ini untuk mengajak Pak Bupati dan masyarakat Kebumen untuk tidak saja memiliki perspektif lokal, tetapi juga nasional bahkan global, serta perspektif sejarah ke belakang maupun ke depan sejauh-jauhnya dalam memandang Kebumen.

Ke Mana Nusantaraku

Oleh: Emha Ainun Nadjib

Ke mana Nusantaraku
Ke mana kampung halaman semestaku
Ke mana sorga nirwanaku
Siapa yang menculik mereka
Siapa yang menyandera mereka
Kemudian berani-berani mengubah dirinya
Menghapus karakternya
Dan menggantinya dengan simalakama

Siapa gerangan yang mengelupas wajah Nusantara
Memasangkan topeng bebek dan wajah kuda
Kemudian menyeret mereka menjadi bebek-bebek
Serta memperkuda mereka
Untuk ditunggangi dengan beban-beban
Yang bukan sejatinya kehidupan mereka
Nusantaraku berkerumun di kepulauan fatamorgana
Nusantaraku berlarian kesana kemari di ruang hampa

Dajjal beranak pinak berkembang biak di barat sana
Jaringan komunitasnya menyebarkan dusta
Ke semua arah di bulatan dunia
Kemudian datang menyerbu kepulauan Nusantara
Merampok akal sehat penduduknya
Mengikis harga diri dan martabatnya
Membawa penggelapan yang mereka sebut pencerahan
Menyebarkan kegelapan yang mereka nisbahkan sebagai cahaya
Sampai anak cucu penduduk Nusantaraku gelap mata
Mengejar neraka karena mereka sangka sorga
Mengutuk setiap bebuahan sorga karena mereka pikir neraka

Hari ini anak cucu Nusantaraku linglung
Mandeg di perempatan zaman
Bingung di tikungan ilmu antah berantah
Seakan terus berjalan tapi tidak mengerti arah tujuan
Seolah terus hidup namun tidak paham sangkan paran
Kalau meneruskan langkah yang sekarang
Akan tidak lama lagi terperosok masuk ke dalam jurang
Kalau harus berubah atau berkembang
Sudah lama konstitusi mereka melarang perbedaan

Anak cucu Nusantara tidak mampu lagi mengenali kebenaran
Anak cucu Nusantara tidak pernah diwulang
Tentang tataran kebenaran dan keindahan
Kebijaksanaan dan kesucian
Tidak sanggup lagi memahami masa depan
Marah kepada peringatan, kritik dan tuntunan
Naik pitam kepada cermin masa depan dan masa silam

Foto: Adin (Dok Progress).

Padahal bangsa Nusantara
Adalah bangsa kesayangan Tuhan

إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ أَنِّي مُمِدُّكُم
بِأَلۡفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُرۡدِفِينَ

Nenek moyang bangsa Nusantara
Menancapkan Chatra di titik tengah Pulau Jawa
Antena penyerap rejeki dan berkah dari langit
Nenek moyang bangsa Nusantara
Tekun dan rajin manembah dan ngabekti
Sehingga Tuhan mendatangkan bala bantuan
Berturut-turut seribu malaikat didatangkan untuk mereka
Nusantara menjadi kepulauan berkah
Nusantara menjadi bumi paling melimpah kesuburannya
Nusantara menjadi negeri pusat kemakmuran dunia
Nusantara dilimpahi rejeki melebihi seantero bumi
Nusantara dihuni oleh manusia unggul dan istimewa

Tapi di mana Nusantaraku sekarang
Akan ke mana Nusantaraku di hari-hari mendatang
Cucunya yang bernama Indonesia Raya
Tidak mengerti Chatra
Tidak tahu bahwa mereka kehilangan Chatra
Sehingga mereka tidak merasa kehilangan Chatra
Sehingga mereka tidak ingat untuk kembali menemukannya
Sehingga mereka meremehkannya
Mereka menganggapnya khayalan fatamorgana
Akhirnya bahkan mereka menghinanya
Pada hari ini sampai hari-hari yang akan datang
Chatra tidak akan pernah dikenal
Nusantara tidak akan pernah viral
Karena mereka terlalu patuh kepada frekwensi Dajjal
Bangsa Nusantara menjalani mulianya kehidupan ini
Hanya untuk menunggu ajal.

Kadipiro 20 Juni 2023.

Lainnya

Kehidupan Iman Kehidupan Puisi

Kehidupan Iman
Kehidupan Puisi

Saya ingin menabung satu mata rantai pemahaman yang agak ‘teknis’, agak kognitif, serta yang sederhana saja.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

Ibunda

Ibunda

Topik