Jakarta
Jakarta meraung
Kehidupan berderak-derak
Jakarta mengaum
Manusia berserak-serak
Kita hanya debu
Lekat di ban mobil
Terhimpit aspal panas
Kita terlempar
Di parit busuk terkapar
Di balik gemuruh
Terdengar tangis
Dari daerah asing
Di tengah keringat dan makian
Menyelinap pisau rahasia
Menunggu saat penikaman tiba
Hujan turun!
Ya, hujan turun
Hujan sudah lama turun
Tapi kita tak kebanjiran
Kita adalah banjir itu sendiri
Keringat batin berjuta jiwa
Semangat hidup yang tersaring
Menjadi nafsu dan otak miring
Kita adalah lumpur-lumpur
Kental menggelepot bumi
Campur minyak dan lidah api
Memusnahkan hari demi hari
**
Lihat!
Seolah-olah mampu kita taklukkan
Irama rock yang ganas
Perang brubuh
Yang kasar dan licik
Nyali lawan nyali
Kekerasan lawan kekejaman
Nafsu lawan keserakahan
Nilai menabrak nilai
Tipuan lawan kelicikan
Topeng Tuhan lawan topeng Tuhan
Lihat!
Kita telah sukses
Kita taklukkan dan bikin beres
Tapi si penakluk ini
Ternyata bukan kita lagi
Sia-sia sembunyi
Mencari tempat sepi
Tak bisa kita tak bertopeng diri!
**
Sepanjang siang sepanjang malam
Jalanan selalu riuh
Sepanjang hari sepanjang tahun
Sejarah senantiasa menggemuruh
Cepat naiki gerobak itu!
Gerobak yang penuh cat muka
Dan rumbai-rumbai
Jangan lambat — rebut kendali sang lembu
Atau nempel saja di jeriji rodanya
Jika tak ingin diseretnya jua
Di belakang buntutnya.
Gerobak berderak!
Cium dan jilat
Pantat sang sapi
Agar tak terlempar
Dari tamasya ini.
Gerobak menggerunjal!
Yang tak kunjung siap
Yang arahnya malang melintang
Batu batu batu pecah
Kepala-kepala pecah
Cacing-cacing terlindas
Katak-katak terkubur
Di sepanjang jalanan
Katak-katak terkubur
Menjadi kenangan
Di luar sejarah
Karena itu berpeganglah erat-erat
Jangan sampai kamu terbanting sekarat.
Ayo ambil rangsum kamu!
Ambil rangsum siapa saja
Curi jatah siapa pun
Sabet hak siapa pun
Cepat! Cepat! Tak ada waktu buat cingcong
Petik nasib
Dari tangkai semesta
Rebut hari
Rebut waktu
Jangan mau tahu
Ke mana pergi sang lembu
Ke mana arah gerobag itu.
Desember 1979