Gunung Berapi, Lahar Darah
kalau aku berangkat tidur, bumi diriku senyap, hutan dan pesawahanku merunduk, angin berhembus amat perlahan, samuderaku bernyanyi tanpa suara, tapi jantungku menjelma gunung berapi yang melelehkan lahar darah
gunung berapi melelehkan lahar darah, membelah padang-padangku, menjebol jembatan dan tembok-tembokku, melumatkan desa dan perkotaanku, merenggut seluruh bangunan yang berdiri kaku
hamparan awan menjadi galaksi api seribu galaksi api yang membakar rongga dadaku, langitku terbakar menghitam, segenap cakrawalaku retak-retak terkeping-keping menjadi logam-logam beku
maka gagallah kukerjakan tidurku, terkapar kembali ke dunia semu, aku mengerang, aku mengerang, perjalanan yang ini sungguh tak bisa kukendalikan
tak adakah jalan pintas kepadamu wahai Juru Kunci Rahasia? tak kupinta selain satu: tidurku hendaklah merupakan akhir segala pintu
dalam penuh cemas cintaku, dengan kurantai sendiri pergelangan tanganku, kulangkahkan kaki memasuki ruang keabadianMu, larut menjadi cahayaMu
kalau aku berangkat tidur wahai Pecinta Agung, bumi diriku senyap, gunung berapi jantungku melelehkan lahar darah, melelehkan lahar darah, mengalir memanjang, mengalir memanjang
hanya penerimaanMu yang bisa menghentikan
1986.