CakNun.com

Demokrasi yang Rentan, Kelemahan dalam Mobilisasi dan Politik Transaksional

Toto Rahardjo
Waktu baca ± 2 menit
Photo by Febry Arya on Pexels

Demokrasi, sebagai bentuk pemerintahan yang didasarkan pada partisipasi publik, seringkali dianggap sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan dan kepentingan rakyat. Namun, terdapat kekhawatiran bahwa demokrasi yang tidak memenuhi syarat dapat berubah menjadi alat yang dimanfaatkan oleh kaum tiran. Dalam konteks ini, kelompok yang kaya, pintar, dan kuat memiliki potensi untuk memobilisasi massa yang mungkin kurang informasi, kurang cerdas dan lemah.

Dalam demokrasi yang rentan, peran media dan pendidikan memegang peranan krusial. Kelompok elit dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk memanipulasi opini publik, menciptakan naratif yang mendukung agenda mereka, dan menjauhkan masyarakat dari informasi yang objektif. Massa yang tidak kritis atau kurang mendapat informasi yang seimbang menjadi rentan terhadap pengaruh yang bertentangan dengan kepentingan mereka.

Selain itu, demokrasi yang tidak sehat seringkali melahirkan politik transaksional. Para pemimpin politik yang terlibat dalam transaksi politik cenderung fokus pada kepentingan pribadi atau kelompok mereka daripada pada kepentingan umum. Fenomena ini membuka pintu lebar-lebar bagi tindakan korupsi, di mana keputusan politik dibuat atas dasar pertukaran keuntungan pribadi, bukan atas dasar keadilan atau kebutuhan masyarakat.

Lingkaran sistem demokrasi yang rentan ini memberikan pesan kepada publik bahwa tidak ada teman abadi dalam politik. Aliansi dan loyalitas politik dapat berubah seiring waktu sesuai dengan kepentingan pribadi. Ini menciptakan ketidakstabilan politik dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap proses demokratis.

Namun, penting untuk diingat bahwa demokrasi tidak inheren bermasalah. Kelemahan yang teridentifikasi semestinya dapat diatasi melalui reformasi politik, penguatan lembaga-lembaga demokratis, dan pendidikan politik publik yang sehat. Dengan membangun fondasi demokrasi yang kokoh dan melibatkan masyarakat secara menyeluruh, kita dapat mengurangi risiko demokrasi menjadi alat kaum tiran dan melahirkan politik transaksional yang merugikan. Reformasi yang mendalam dan kesadaran publik tentang pentingnya partisipasi aktif dapat membawa demokrasi ke arah yang lebih berkelanjutan dan sesuai dengan aspirasi keadilan dan kepentingan umum.

Reformasi politik yang mendalam perlu mencakup langkah-langkah untuk meningkatkan transparansi, memperkuat lembaga penegak hukum, dan mengurangi ketergantungan pada kekayaan materi dalam proses politik. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan juga menjadi kunci untuk mengatasi manipulasi opini publik. Pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan kritis kepada warga negara dapat membentuk masyarakat yang lebih cerdas dan dapat mengidentifikasi propaganda serta tindakan manipulatif.

Penting untuk menegaskan bahwa demokrasi, dalam bentuknya yang ideal, mengakui kepentingan bersama dan melibatkan seluruh warga negara dalam proses pengambilan keputusan. Ini adalah konsep yang mendasari demokrasi sejati, yang bukan hanya sebuah sistem politik tetapi juga suatu bentuk budaya dan nilai yang diinternalisasi oleh masyarakat.

Mengatasi politik transaksional dan korupsi memerlukan langkah-langkah konkret, seperti penguatan sistem pengawasan dan penegakan hukum yang independen. Reformasi kebijakan dan proses politik yang lebih transparan dapat membuka ruang untuk partisipasi yang lebih luas dan adil, sementara upaya untuk meningkatkan literasi politik di antara masyarakat dapat memperkuat dasar demokrasi.

Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa demokrasi bukanlah tujuan akhir, tetapi suatu perjalanan yang terus menerus menuju keadilan, kesetaraan, dan partisipasi yang lebih besar. Demokrasi yang kuat membutuhkan komitmen kolektif untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang mungkin muncul seiring waktu. Hanya dengan melibatkan seluruh masyarakat dalam upaya ini, kita dapat menciptakan demokrasi yang sesungguhnya mewakili kepentingan dan aspirasi seluruh rakyat, bukan hanya segelintir kelompok berkuasa. []

Toto Rahardjo
Pendiri Komunitas KiaiKanjeng, Pendiri Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Bersama Ibu Wahya, istrinya, mendirikan dan sekaligus mengelola Laboratorium Pendidikan Dasar “Sanggar Anak Alam” di Nitiprayan, Yogyakarta
Bagikan:
Exit mobile version