CakNun.com

Dalam Sunyi, Kenduri Cinta Bernuansa Syahdu

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 5 menit

Dok. Kenduri Cinta.

Meskipun memang sedikit disayangkan, karena momen yang sebenarnya sangat membahagiakan ini bersamaan dengan kondisi Mbah Nun yang sedang tidak memungkinkan untuk turut hadir di Kenduri Cinta karena kondisi kesehatan beliau. Secara khusus, Tawashshulan menjadi tema utama Kenduri Cinta bulan ini, dan prosesi pembacaan Tawashshulan pun menjadi menu pembuka Maiyahan di Kenduri Cinta edisi ini. Jamaah yang datang lebih awal, sudah memahami kondisi terkini Mbah Nun yang sedang dirawat di Rumah Sakit, sehingga munajat cinta bertajuk Tawashshulan malam itu pun, salah satu tujuannya adalah memohon kasih sayang Allah agar segera melimpahkan kesehatan kepada Mbah Nun, agar Mbah Nun kembali sehat sehingga kembali menemani kita semua.

Pada kondisi yang tidak mudah ini, memang terasa berat menyelenggarakan Maiyahan. Terpancar dari wajah-wajah penggiat Kenduri Cinta hari itu dalam mempersiapkan forum. Raut wajah mereka tidak secerah seperti biasanya. Ada semangat yang berkurang. Ada nuansa kesedihan yang tampak. Pemandangan yang sangat manusiawi. Ibarat seorang anak, mendapati fakta Ayahnya sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, tentu ada kekhawatiran, ada kegundahan, ada kereseahan yang menyeruak. Pergolakan batin yag tidak mudah untuk dijalani. Tetapi, The Show Must Go On.

Sabrang malam itu turut hadir, seakan menjadi oase bagi jamaah yang hadir. Tentu mereka juga ingin mendengar kondisi terkini Mbah Nun. Sebagai anak tertua dari Mbah Nun, Sabrang menyampaikan ucapan terima kasih atas doa-doa yang dipanjatkan untuk kesehatan Mbah Nun. Sabrang menyampaikan, ada banyak pertanyaan dari berbagai pihak mengenai kondisi Mbah Nun yang disampaikan kepadanya. Hal yang wajar dan memang layak disampaikan kepada Sabrang selaku anak tertua Mbah Nun, yang secara tidak langsung pasti akan dianggap oleh banyak pihak sebagai putra Mbah Nun yang akan melanjutkan legacy yang sudah digagas oleh Mbah Nun berupa Maiyah ini.

“Saya dan keluaraga itu merasa tidak nyaman saat ditanya; Simbah bagaimana kondisinya sekarang?. Saya paham bahwa (pertanyaan) itu adalah sebuah wujud kepedulian. Dan saya beserta keluarga memang sangat membatasi informasi detail seperti itu. Kenapa? Kita lihat gunanya untuk banyak orang. Simbah selalu mengajarkan dalam melakukan sesuatu agar dihitung sisi positif dan negatifnya untuk banyak orang”, Sabrang menyampaikan hal-hal yang memang perlu untuk disampaikan.

“Kita semua sayang sama Simbah, Insya Allah”, Sabrang melanjutkan. Menurut Sabrang, saat kita mempertanyakan kondisi Simbah saat ini, tujuannya untuk apa? Apakah hanya untuk memuaskan hasrat hati kita mengenai kondisi Simbah atau kita ingin mendoakan Simbah agar segera sehat lagi? Ditegaskan oleh Sabrang, jika kita ingin mendoakan Simbah, tidak perlu kita mengetahui detail kondisi Simbah saat ini, cukup dengan kita mendoakan Simbah, itu sudah merupakan wujud kecintaan kita terhadap Simbah yang luar biasa.

Dengan informasi yang sepotong-sepotong, justru akan lebih berbahaya. “Otak itu tahu dua titik dia akan menggambar garis”, lanjut Sabrang menanggapi informasi yang simpang siur beredar di media akhir-akhir ini mengenai kondisi Simbah. Sabrang menyadari, ada banyak alasan yang mendasar pada setiap orang yang menjadi pijakan untuk mengenal Mbah Nun. Ada lapisan emosional, ada lapisan ketokohan, ada lapisan ketakdziman dan lain sebagainya.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Topik