CakNun.com

Ber-SASTRA EMHA di KENDURI CINTA

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 4 menit

Maka kemudian, kita pun dapat memetakan secara sederhana, bagaimana karya-karya Mbah Nun yang dirilis di tahun 70’an, 80’an dan 90’an saling beririsan pada fase Emha dan Cak Nun. Yang kemudian di era Maiyah, kita mengenal fase Mbah Nun dalam proses kreattifitas sastranya. Satu hal yang juga kita catat adalah, bahwa Mbah Nun saat menullis naskah teater bukanlah naskah saduran dari karya sastra orang lain, tetapi naskah tersebut ditulis orisinil, buah kreatifitas Mbah Nun sendiri. Begitu juga dengan musik puisi seperti “Jangan Cintai Ibu Pertiwi” dan “Presiden Balkadaba”.

Helmi Mustofa, sebagai Redaktur Maiyah yang menggawangi caknun.com dan mymaiyah.id saat ini kemudian melengkapi paparan Rony K. Pratama. Bahwa Mbah Nun dalam proses produktivitasnya dalam berkarya tidak hanya berorientasi pada output karaya sastra semata berupa puisi atau esai. Tetapi, Mbah Nun juga menyentuh sisi humanis dari setiap tokoh sastra yang beliau kenal. Drama Mlungsungi adalah edisi teranyar bagaimana Mbah Nun merangkul begitu banyak komunitas teater di Yogyakarta untuk kemudian reriungan mementaskan sebuah naskah drama teater. Sebelumnya, di tahun 2019, Mbah Nun mempersembahkan Ijazah Maiyah kepada Pak Sutardji Calzoum Bachri, Pak Taufik Ismail dan Pak Iman Budi Santosa (Alm) atas kemurnian dan otentisitas kemanusiaannya dan juga karya-karyanya yang luar biasa.

Mbah Nun mencontohkan bagaimana sastra bukan semata-mata hanya tentang karya sastranya saja, tetapi juga ada sisi humanis yang dibangun didalamnya. Tidak mengherankan jika kemudian Mbah Nun begitu dekat dengan W. S. Rendra, Danarto, Ashadi Siregar, Arief Budiman, Darmanto Jatman, bahkan juga dengan Kuntowijoyo dan Umar Kayam sekalipun, Mbah Nun memiliki ikatan batin yang cukup kuat. Dan tentu yang sangat spesial adalah kedekatannya dengan Umbu Landu Paranggi. Kepada sosok-sosok tersebut Mbah Nun sangat perhatian, menaruh hormat.

Tidak lengkap kiranya jika hanya membahas karya-karya sastra Mbah Nun tanpa menampilkan special performer. Tadi malam, Pak Joko Kamto dan Pak Nevi Budianto membawakan 2 karya Mbah Nun: “Menghisap Klembak Menyan” dan “Jangan Cintai Ibu Pertiwi”. Aksi teaterikal yang sangat matang, ditampilkan oleh dua tokoh senior KiaiKanjeng yang sudah lebih dari 40 tahun bersahabat dan bersaudara dengan Mbah Nun.

Marcella Zaliyanti semalam juga hadir untuk membacakan satu karya Mbah Nun yang berjudul “Wajah”. Puisi ini dipilih oleh Marcella untuk merespons situasi politik terkini di Indonesia yang sedang panas-panasnya.

Yang tak kalah spesial adalah, hadirnya Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri yang mengungkapkan testimoninya terhadap karya-karya Mbah Nun. Pak Sutardji sendiri adalah legenda sastra di Indonesia. DI usianya yang sudah menginjak 83 tahun, Pak Sutradji tampak masih semangat. Ketika penggiat Kenduri Cinta datang ke rumah beliau, bersilaturahmi dan kemudian menyampaikan rencana perhelatan Sastra Emha di Kenduri Cinta, beliau sangat antusias. Kemudian beliau meminta untuk dikirimkan beberapa puisi-puisi karya Mbah Nun dan juga esai karya Mbah Nun yang membicarakan sastra.“Puisi disangka sudah hilang, padahal puisi ada dimana-mana dan kasat mata. Apa yang dilihat di bumi memiliki makna, di surga semua sudah tak bermakna. Di bumi, batu akan hanya menjadi batu tanpa makna, tetapi jika kita eksplor lebih dalam, maka batu itu akan menghadirkan makna”, ungkap Pak Sutardji.

Menyampaikan testimony mengenai karya-karya Mbah Nun, Pak Sutradji menyampaikan:” Puisi-puisi Emha pada awalnya begitu lazim dengan keindahan, namun lambat laun untaian kata-kata indah itu menghadirkan makna. Rasa spiritualnya begitu kental, ungkapan kehambaannya teradap Tuhan diungkapkan bukan dalam rangka mencari estetika”.

Meskipun tadi malam hujan turun cukup deras, jamaah yang hadir tidak bergeming. Mereka duduk menekun, menikmati sajian karya sastra yang dibawakan berupa puisi hingga lagu. Malam yang syahdu di Jakarta, kita Ber-Sastra Emha di Kenduri Cinta.

Lainnya

Rahmatan lil ‘Alamin-nya Mannna?

Rahmatan lil ‘Alamin-nya Mannna?

Setelah diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an dan lantunan beberapa sholawat, Cak Nun langsung naik ke panggung bersama dengan beberapa sahabat-sahabat lama yang aktif di Persada Studi Klub (PSK) yang dua hari sebelumnya mengadakan acara peringatan 47 tahun PSK di Rumah Maiyah Kadipiro.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik