CakNun.com

Belajar Dari Sang Guru Kampung: Bijaknya Menanggapi Kata-Kata Kasar

Toto Rahardjo
Waktu baca ± 2 menit
Foto: Adin (Dok. Progress; 2019)

Dalam kehidupan ini, seringkali kita dihadapkan pada situasi di mana kita harus berurusan dengan kata-kata kasar dan sikap negatif dari orang lain. Namun, pelajaran berharga dapat diambil dari cerita seorang laki-laki yang berinteraksi dengan Guru Kampung. Meskipun awalnya ia membanjiri Guru Kampung dengan kecaman dan kata-kata kasar, Guru Kampung menjawab dengan kedamaian dan kebijaksanaan.

Reaksi Guru Kampung yang tenang dan sabar mengajarkan kita tentang arti sesungguhnya dari mengendalikan emosi dan merespons dengan bijaksana. Dalam momen tersebut, Guru Kampung tidak membalas kemarahan sang laki-laki dengan kemarahan. Sebaliknya, ia membiarkan kata-kata kasar itu menjadi milik sang laki-laki sendiri, sebagai manifestasi dari energi negatif yang berasal dari pikiran dan perasaan buruknya.

Jika seseorang memberimu sesuatu yang negatif, namun kamu tidak mengambilnya dengan merespons emosi yang serupa, maka “pemberian” negatif tersebut tetap menjadi milik si pemberi. Dengan demikian, kita membebaskan diri kita dari beban energi negatif yang dapat membawa penderitaan bagi kita sendiri.

Guru Kampung juga menggambarkan analogi yang kuat melalui gambaran orang yang mencoba mengotori langit dengan meludahinya. Hal ini mengingatkan kita bahwa tindakan buruk dan kata-kata kasar yang dilemparkan pada orang lain pada akhirnya hanya akan merugikan diri kita sendiri. Dalam konteks ini, kita bisa memilih untuk menjadi bijak dengan tidak mengambil bagian dalam pergulatan emosional yang tidak produktif.

Dalam hidup ini, sering kali kita disuguhi oleh banyak orang yang membawa beban dalam hati mereka: kekesalan, amarah, kebencian, dan sejenisnya. Guru Kampung mengajarkan pentingnya menjadi orang yang bijak dengan melepaskan beban-beban ini dan tidak membiarkan mereka mempengaruhi kita. Dengan begitu, kita berperan dalam memutus lingkaran negatif dan menjaga keharmonisan dalam kehidupan kita.

Lebih jauh lagi, nasehat Guru Kampung yang bijak menunjukkan pandangan tentang bagaimana berhubungan dengan orang lain. Menghargai, mengasihi, memberikan dukungan, dan berbicara dengan kata-kata baik adalah nilai-nilai penting yang harus dijunjung tinggi. Kita bisa merespons kata-kata kasar dengan diam atau dengan kata-kata yang baik, namun tetap menjaga integritas diri dan kebijaksanaan.

Dalam dunia yang penuh dengan emosi dan konflik, cerita ini mengajarkan bahwa kita memiliki kendali atas bagaimana kita merespons situasi dan orang lain di sekitar kita. Dengan menjadi bijak dan tidak terlibat dalam pergulatan negatif, kita dapat mengubah dinamika hubungan dan menciptakan lingkungan yang lebih positif. Oleh karena itu, mari kita belajar dari Guru Kampung dan menjadi pribadi yang bijak dalam menghadapi ujian kehidupan, menerima hal baik, dan melepaskan hal buruk.

Toto Rahardjo
Pendiri Komunitas KiaiKanjeng, Pendiri Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Bersama Ibu Wahya, istrinya, mendirikan dan sekaligus mengelola Laboratorium Pendidikan Dasar “Sanggar Anak Alam” di Nitiprayan, Yogyakarta
Bagikan:

Lainnya

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Rakyat kecil kebagian remah kemakmuran berupa upah buruh murah, dan negara kebagian remah kemakmuran berupa pajak.

Nahdlatul Muhammadiyyin
NM
Exit mobile version