Ayo Masuk Zona Bahagia Maiyah
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ
غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ(Al-Fatihah: 6-7)
Setiap yang masuk, berada dan asyik-ma’syuk di forum “Sinau Bareng” Maiyah yang fenomenal, gayeng, cerah, merdeka, liberal, penuh “hurriyah” dan “farah” karena kesegaran model interaksinya, game-game, diskusi “ijtihadiyah”nya, cahaya kecerdasan individu dan grouping-nya, musik “out of box”nya, terutama dengan bekal hati ikhlas, jiwa fathonah dan pikiran “syathiriyah” – maka setiap individu merasakan “an’amta ‘alaihim” yang merupakan bagian puncak dari Al-Fatihah.
إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ
أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلۡفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُرۡدِفِينَ
“Ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. (Al-Anfal: 9)
Para “Jannatul Maiyah”, kumpulan “AlMutahabbina Fillah”, komunitas pembelajar Sorga ini di setiap Maiyahan tidak sekedar sumringah dan bergembira, tapi juga berbahagia.
Dan itu ratusan kali saya konfirmasikan kepada mereka langsung maupun siapa saja yang duduk jejer saya di panggung yang hanya 60 cm tingginya dan bersambung langsung dengan barisan dan kerumunan jamaahnya.
Menghampar sampai sekeliling panggung, di luasan lapangan hingga bukit-bukit dan pesawahan. Bahkan banyak yang duduk di atas pepohonan, di atas-atap bangunan sekitarnya. Serta apa saja yang bisa ditempati oleh perayaan kebahagiaan mereka.
Maka untuk beberapa nomor tadabbur ini saya mengubah haluan psikologi karakternya. Karena rupanya bukan saja masih ada tapi bertambah banyak, orang yang tidak berbahagia karena kondisi kepribadiannya sebagaimana dirumuskan olah Allah sendiri:
قَوۡمٗا لَّا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ قَوۡلٗا
“Kaum yang hampir-hampir tak mengerti perkataan”.
“Qaulan” itu bisa kosakata dengan etimologinya saja. Apalagi “lughawiyah” disertai “ma’nawiyah” dan kontekstualisasinya. Terlebih lagi nuansanya, nadanya, inside-meaning-nya, paradoks muatannya.
Di halaqah silaturahmi Maiyah setiap kata menerbitkan kegembiraan. Bahkan “misuh” bisa di-breakdown dengan suatu pola algoritma berpikir tertentu menjadi keceriaan dan kegembiraan tanpa sertaan dimensi negatif secara budaya maupun syar’iyah.
Para “Salikinal Maiyah” belajar bersama untuk tidak menjadi penduduk bumi maya yang tidak mengerti sindiran, sanepan, amtsal, ushlub, diplomasi arti, dan banyak ragam dan dimensi lagi yang dikandung oleh sebuah ucapan atau apalagi ungkapan.
Seorang cowok bilang ke cewek: “Kamu sekarang subur banget”. Si cewek tidak mengerti bahwa itu maksudnya gendut, bahkan gembrot.
Kalau kepada teman kita bilang: “Ayo mampir ke gubug saya”, ia merasa memperoleh informasi bahwa kita tidak punya rumah, karena punyanya hanya gubug.
Emha Ainun Nadjib
14 Mei 2023.