CakNun.com
Tadabbur Hari ini (26)

Apa Password Wifi
di Gua Hira

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 2 menit

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ

(Al-Fatihah: 7)

Beberapa nomor tadabbur sebelum ini berangkat menghayati Al-Fatihah hanya dari sebuah mangga serta bebuahan lainnya serta dialektika historisnya dengan udara, tanah, dan seluruh alam semesta.

Kemungkinan luas semesta Tadabbur pasti lebih dahsyat jika berangkatnya dari Al-Fatihah. Ajaklah anak-anak kita membiasakan diri mengimajinasikan, mempetakan, dan merumuskan kemungkinan tak terbatas tentang itu dengan Al-Fatihah serta seluruh muatan Al-Qur`an.

Kanjeng Nabi sangat dikenal oleh anak-anak kita sebagai “Nabi buta huruf”. Tidak bisa menulis. Tidak bisa mencatat apa-apa dengan huruf-huruf. Beliau tidak punya alat apa-apa untuk menampung wahyu-wahyu Allah dan “mengabadikannya” sebagaimana kata “memfoto” selama ini kita simbolkan dengan kata “mengabadikan”.

Bagaimana mungkin Kanjeng Nabi mentranskripsikan wahyu yang bertaburan itu sehingga sekarang kita “tinggal enak dan terima jadi” berupa 30 juz, 114 surat, 6.236 ayat, dan 77.845 kata. Padahal tidak ada tape recording, gadget perekam atau alat-alat analog atau digital apapun. Andaikan ketika itu di Gua Hira ada Wifi, misalnya dari Mobily, STC, Zain atau bahkan Etisalat, apa pula password-nya. Mungkin raufurrahim, huruf kecil semua, yakni dua gelar Nabi dari Allah.

Beliau mengajak 43 sahabat-sahabat untuk bekerja sama mendokumentasikan secara manual tradisional wahyu demi wahyu yang diantarkan secara bertahap oleh Baginda Jibril. Terutama sahabat Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka‘ab, Abdullah bin Saad, Hanzhalah ibnu Ar-Rabi‘.

Kita sekarang tinggal buka hp atau komputer masuk internet browsing searching untuk mengetahui itu semua: bagaimana wahyu dilestarikan. Misalnya sahabat Zaid berkisah: “Aku seorang penulis wahyu Rasulullah. Caranya dengan Beliau Saw. membacakannya kepadaku. Bila sudah selesai, Beliau pun memerintahkan aku untuk membaca ulang. Maka Aku membaca ulang, bila ada yang terlewat, Beliau membenarkannya”.

Mudah-mudahan semua orang yang berjasa membikin macam-macam alat dan teknologi sehingga kita dengan sangat mudah mengakses segala informasi tentang Kanjeng Nabi beserta urusan wahyu-wahyu itu memperolah penghormatan dan pahala dari Allah dalam perhitungan khusus di dalam lingkup “al-‘Alim al-Hakim”.

Baginda Nabi Muhammad diperkenani Allah dengan wahyu-wahyu itu di Gua Hira. Cocoknya ya pada saat lewat tengah malam. Beberapa malam hanya ada suara-suara memanggil beliau dari arah belakang punggung.

Menurut banyak sumber dan buku, termasuk Habib Quraisy Syihab, Kanjeng Nabi ketakutan. Pulang mengeluh kepada istri beliau teladan Ibu-ibu di muka bumi. Si Khadijah mendekap beliau dan mengajak berkonsultasi ke rumah Waraqah bin Naufal. Waraqah merekomendasikan agar beliau bersabar dan bertahan, sebab mestinya suara itu ada terusannya. Ternyata berikutnya memang hadir Malaikat Jibril dengan wahyu “Iqra` bismi Rabbikalladzi khalaq”. Diteruskan dengan wahyu-wahyu lain pada kesempatan-kesempatan berikutnya.

Kalau kita yang mengalami itu insyaallah langsung pingsan. Kemudian bangun, keluar dari Gua Hira, ngoceh kepada setiap orang yang kita temui. Kalau perlu bikin baliho raksasa kita pasang di sekian tempat yang paling strategis untuk publikasi diri, dengan gambar wajah kita, nama dan tulisan “Satriyo Winahyon” atau “Satrya Pinandita Sinisihan Wahyu”. Hari berikutnya kita didatangi personel-personel Parpol dan sejumlah pengusaha. Lusa kita jadi Presiden.

Lha wong kita yang pada dasarnya tidak konsern dan tidak punya komitmen serius terhadap Tuhan saja berani bikin baliho pamer wajah yang kita puji sendiri: “Mandiri, kreatif”, “Jujur, sederhana”, “Mengabdi masa depan rakyat” dan macam-macam kalimat-kalimat “mbagusi” lainnya.

Dewasa ini kita menjalani hidup dengan kemudahan-kemudahan yang luar biasa terutama dalam hal komunikasi dan informasi. Dari awal-awal IT hingga Artificial Intelligence yang kini mulai marak. Kita bisa kontak Ibu atau istri kita sambil jongkok mencet-mencet keyboard gadget di WC. Nglilir dari tidur tengah malam kita bisa video call dengan pacar kita. Serta beribu jenis dan wilayah kemudahan lainnya, yang mewah dan mentakjubkan.

Emha Ainun Nadjib
24 Mei 2023.

Lainnya

“Gua” Alfatihah

“Gua” Alfatihah

Kebanyakan manusia melihat sesuatu, misalnya buah mangga, tidak membuatnya takjub, sehingga juga tidak menerbitkan rasa syukur. Karena ia melihat dan memakannya dengan pikiran statis dan mono-awareness.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

Topik