Al-Muizzu Al-Mudzillu
Sabtu ini waktunya menata hati dan menjernihkan pikiran. Mengevaluasi kembali semuanya. Saya merasa terlalu berlebihan dalam banyak hal. Terlalu banyak mengkonsumsi gula di gelas-gelas kopi. Berlebihan dalam jam tidur. Berlebihan menghabiskan batang-batang rokok. Juga terlalu banyak omong.
Saya juga merasa terlalu berlebihan mengamati dan memberi jempol ke Rocky Gerung terkait yang terjadi seminggu ini. Padahal, Allah itu bersifat Al-Muizzu Al-Mudzillu lho, Rek. Artinya Allah itu Maha Yang Memuliakan juga Yang Maha Menghinakan. Dua sifat itu harus serangkai. Mungkin keserangkaian itu menunjukkan sisi dinamis. Misal, jika kita ngefans seseorang secara berlebihan padahal kita belum tahu persis, maka Allahlah yang akan menghinakannya. Begitu pula sebaliknya.
Dalam salah satu ayat, Allah berfirman:
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ ۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Katakanlah (Muhammad), Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 26)
Ingat dua sifat Allah itu saya langsung sadar. Diam. Mengingat-ingat hal-hal yang selama ini saya lakukan dengan berlebihan.
Jumat kemarin — rombongan teman-teman NU datang tilik Mbah Nun di Gua Sophisticated. Para Gus-Gus ‘penguasa’ PBNU ini tenyata teman lama Mbah Nun. Gus Yahya juga Mas Najib Azca dulu zaman mahasiswa, kuliah ekstrakurikulernya di rumah kontrakan Mbah Nun di Patangpuluhan Jogja.
Ada juga Gus Ipul (Saifullah Yusuf) yang sempat magang cukup lama ketika awal-awal Mbah Nun dan KiaiKanjeng “memasyarakatkan’ shalawat ke pelosok-pelosok kampung. Ikut juga mendampingi Gus Atok Boyolali — sahabat karibnya Gus Patub Letto.
Mereka ngobrol akrab dengan Ibu Via. Megenang zaman dulu. Yang disyukuri oleh para Gus-Gus ini adalah perkembangan baiknya kondisi Mbah Nun. Dan Gus Ipul menagih saya untuk suatu saat acara di Pintu Langit Pasuruan.
Sempat terbersit untuk cerita tentang akun-akun anak-anak muda NU yang ikut bancaan menikmati hoax. Tapi nggak lah. Suatu saat saja ketika momentumnya tepat. Nanti saya dianggap cengeng mengadu-ngadu nasib!
Terkait hoax-hoax itu kemarin ada teman saya Whatsaap ratusan link-link akun-akun yang isinya tentang mbah Nun. Saya nggak mungkin punya waktu membuka satu-satu. Juga mental saya tidak siap membaca narasi-narasi akun itu. Untung saya punya teman yang tinggal di Singapura. Dan dia ahli mekonah hal-hal seperti ini. Langsung link-link itu saya kirim. “Mongga Kang. Tugas ente ini mengeloborasi….”
Yogyakarta, Sabtu 5 Agustus 2023