Afala Hawking Ya’qilun
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيم
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ
غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ(Al-Fatihah: 1-7)
Jangan dibilang tidak. Kita wallahi sangat mengapresiasi ikhitar ilmu dan ijtihad kreatif para Ilmuwan, termasuk Hawking yang di bukunya “The Grand Design” yang diterbitkan pada 2010, mengklaim bahwa tidak perlu kekuatan ilahi yang bisa menjelaskan terciptanya semesta.
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ
هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ
“Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda.” (Al-Baqarah: 185)
Selama “Sinau Bareng” di puluhan tahun Maiyah kita mempersaksikan, mengalami, dan meyakini bahwa dalam kehidupan ini jauh lebih banyak yang tidak kita ketahui dibanding yang kita ketahui. Sudah ribuan kali kita teliti, hayati, dan simulasi. Dan kita cenderung setuju pada firman Allah:
وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلۡعِلۡمِ إِلَّا قَلِيلٗا
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Israa: 85)
Maka kita kagum kepada Stephen Hawking yang pencapaian proses eksplorasi ilmunya membuat beliau berani menyatakan: “Tidak perlu kekuatan ilahi yang bisa menjelaskan terciptanya semesta”.
Jangan-jangan Stephen Hawking itu IQ-nya lebih tinggi dan lebih jenius dibanding karramallahu wajhah Sayidina Ali bin Abi Thalib. Bahkan siapa tahu beliau lebih memperoleh dari Allah fathonah dan karamah bahkan mungkin wahyu melebihi habibullah Muhammad Saw.
Kita pasti tidak tahu itu. Kita pasti tidak berani memastikan. Apalagi kaum Maiyah itu umumnya hanya wong cilik, karyawan atau satpam, tukang ojek, kuli pasar, pelajar mahasiswa yang kurang pandai, atau pokoknya awam-awam biasa.
Kita hanya anak-anak kecil yang uneducated. Kita bukan siapapun di tengah ummat manusia yang semakin pandai dan canggih di permukaan bumi ini. Juga bukan bagian penting dari Kaum Muslimin yang segala pengetahuannya mengacu pada Para Ulama, Kiai dan Ustadz, dengan kecanggihan ilmunya serta sangat luas pengetahuannya.
Sehingga apapun yang kita ucapkan di sini, tidak akan ada yang mempercayainya, bahkan tidak akan ada yang merasa perlu untuk membacanya atau mendengarkannya. Karena kita tidak punya legacy atau ekspertasi di bidang Ilmu maupun Agama.
Jadi tulisan seri Tadabbur ini hanyalah obrolan internal di komunitas kecil atau Simpul-simpul “Shiddiqin al-Maiyah”. Kelompok orang-orang kecil, awam, dan rendahan, yang bodoh, yang tidak akan pernah dicatat pernah bermanfaat apa dalam kehidupan di bumi abad milenial dahsyat ini, meskipun kita selalu bersungguh-sungguh menjalani hidup.
Tapi pasti kita tidak punya keberanian untuk berpretensi apapun. Apalagi di hadapan para ilmuwan itu juga pejuang ilmu yang bersungguh-sungguh. Maka mustahil juga bagi kita untuk sebagaimana Stephen Hawking yang dengan gagah berani mengemukakan bahwa “Tidak perlu meminta Tuhan untuk mengatur bagaimana alam semesta bekerja”.
Memang seluruh alam-alam semesta ini hingga diri kita, bahkan sampai adanya cacing-cacing hingga bakteri-bakteri terkecil, semua sampai yang mikro dan nano — tidak siapapun pernah meminta kepada Tuhan untuk menciptakannya. Salah satu sebabnya adalah: kalau mereka tidak ada atau belum ada atau belum diadakan alias belum diciptakan, bagaimana mungkin mereka meminta.
Bahkan wawancara Allah dengan setiap Janin di Tadabbur sebelum ini, tidak mungkin berlangsung kalau Janin tidak terlebih dulu diciptakan.
Maka dengan kesungguhan pula Hawking bertekad sampai akhir hayatnya: “Jika kita menemukan teori yang lengkap, itu akan jadi kemenangan tertinggi manusia karena dengan demikian kita tahu isi pikiran Tuhan,” tulisnya seperti dilansir oleh koran The Telegraph Inggris.
Kita bersangka baik, husnudhdhan, bahwa pernyataan Hawking “tidak perlu kekuatan ilahi yang bisa menjelaskan terciptanya semesta” itu pada mata pandang kita adalah Stephen William Hawking sedang menerapkan tantangan Tuhan: “Afala ta’qilun”, “Afala tatafakkarun”, “Afala tatadzakkarun”.
Emha Ainun Nadjib
23 Juni 2023.