CakNun.com

30 Tahun Lalu

Munzir Madjid
Waktu baca ± 3 menit

BOGOR, 27 Mei 2023, di teras belakang sebuah rumah hunian yang asri, sekeliling dinding tembok dominan berwarna putih, Cak Nun duduk ngopi bercengkerama dengan kawan-kawan penggiat Kenduri Cinta. Dalam hitungan menit, Tawashshulan mensyukuri usia 70 tahun Cak Nun segera akan dimulai secara live di YouTube, melalui jaringan Zoom Meeting untuk menyambungkan Simpul Maiyah secara serentak.

Di sela waktu yang pendek, Cak Nun mengungkapkan sedang menulis Tadabbur Al Quran. “Rencana 114 tulisan untuk Surat Al Fatihah”, lanjutnya. Jika mengengok laman website caknun.com pada kolom “Tadabbur Hari Ini” telah diliris tulisan yang dimaksud sejak tanggal 29 April 2023 dengan tajuk “Kedaulatan Artifisial Manusia”. Dimuat secara rutin tiap hari. Di hari Kamis, 6 Juli 2023, telah sampai pada edisi yang ke 68 dengan judul “Al-Quran untuk Semua Bukan Hanya”. Pada hari yang sama, Cak Nun dikabarkan masuk rumah sakit, informasi yang sangat mengagetkan semua kalangan — terutama bagi kami anak cucu Jamaah Maiyah. [Doa-doa terus mengalir, dilangitkan, agar Mbah Nun, mbah kita semua, segera disembuhkan].

Sebenarnya pada momentum di hari lahirnya Cak Nun, 27 Mei lalu, saya telah menyiapkan sebuah tulisan dengan judul “40 Tahun Cak Nun”, namun tidak rampung. Terasa sulit dan abot.

Kata orang-orang, judul harus menggelitik, menarik untuk diklik link-nya. Maka sengaja saya tulis “40 Tahun” bukan “70 Tahun”.

Tulisan saya awali dengan kalimat:

“30 TAHUN lalu, Minggu sore, 23 Mei, teman-teman Sanggar Shalahuddin bertamu ke rumah Patangpuluhan. Wahyudi Nasution membawa serta kawan-kawannya, mahasiswa-mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang aktif di teater Sanggar Shalahuddin, dengan mengendarai sepeda motor berboncengan.”

Sebelum saya tulis saya kontak dulu Yudi Nasution untuk konfirmasi dan meminta data-data lain, misalnya dokumen literasi atau foto-foto kegiatan. Namun tak terlacak.

Pada paragraf kedua saya lanjutkan:

Saya mempersilakan untuk menunggu di teras rumah — yang diubah menjadi ruang tamu. Di teras rumah ada seperangkat meja kursi dari bambu yang warnanya mulai memudar. Agar tidak terlalu terlihat dari luar dipasang tirai kisi-kisi dari bilah bambu.

Yudi berbisik, ingin matur kepada Cak Nun. Saya mengangguk.

Saya berlari ke warung depan memesan kopi dan teh. Balik lagi. Kemudian masuk ke ruang tengah mendekat ke arah pintu kamar. Suara mesin ketik masih nyaring berbunyi. Meski di ruang depan sudah ada komputer, dan Cak Nun sudah mempunyai laptop, mesin ketik masih sering digunakan.

Agak ragu saya ketuk pintu dan melongkok ke dalam.

“Ada kawan-kawan Sanggar Shalahuddin, Cak…”

“Tunggu 10 menit,” jawab Cak Nun.

Saya balik keluar ikut gabung di teras. Bercanda, bercerita ngalor-ngidul tentang apa saja, terutama berita-berita politik yang hangat, dan gosip-gosip artis yang saat itu sedang viral.

Di luar, terlihat Si Nur bolak-balik dari Pasar Legi ke depan teras. Semua orang disenyumi, pergi lagi setengah berlari ke pasar. Nur gadis belia yang patah hati sehingga suka tertawa sendiri.

“Piye Yud?”

Tiba-tiba Cak Nun muncul dari dalam. Saya berdiri pindah kursi dan mempersilakan Cak Nun duduk di kursi yang semula saya duduki.

“Gini Cak…”

Yudi menyampaikan sebuah rencana, bahwa Sanggar Shalahuddin akan mengadakan pentas kesenian pada hari Kamis, 27 Mei 1993 di Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada di Bulaksumur.

Tanggal 27 Mei adalah hari kelahiran Cak Nun. Namun bagi Cak Nun dan keluarganya di Jombang tidak pernah sekalipun tradisi merayakan hari ulang tahun. Hal yang jamak bagi keluarga-keluarga di kampung.

Cak Nun menyanggupi untuk hadir. Saya diminta untuk menemani. Mobil Mitsubishi Galant tahun 1980-an distarter dan melaju ke arah Gelanggang Mahasiswa UGM Bulaksumur.

Gelanggang Mahasiswa UGM merupakan bangunan yang atapnya tinggi menyerupai joglo. Bangunan segi empat yang luas dan jembar. Hampir semua kegiatan kemahasiswaan dilaksanakan di tempat ini. Dari aktifitas keolahragaan, ibadah kerohanian, kesenian, pameran buku dan seterusnya. Selama bulan ramadan dimanfaatkan untuk salat taraweh. Banyak jamaah yang hadir bukan saja dari kalangan UGM. Aktivitas keagamaan di UGM sangat diminati karena berbeda dengan tempat-tempat lain. Seusai salat tarawih, biasanya di hari-hari tertentu, diadakan acara-acara kesenian: pertunjukan musik atau pembacaan puisi.

Lantai keramik warna krem sebagian telah tertutup karpet hijau. Panggung telah siap. Levelnya tidak terlalu tinggi dilapisi kain warna hitam. Backdrop dari bahan kainpun sewarna: hitam.

Terpampang tulisan:

Musik Puisi & Teatrikal: 40 Tahun Cak Nun
Sanggar Shalahuddin
Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, 27 Mei 1993

Hanya sampai di sini. Tak bisa saya lanjut lagi, sementara waktu telah beranjak ke tanggal 28 Mei, saya putuskan untuk berhenti. []

Jakarta, Mei-Juli 2023

Lainnya

Topik