Tikungan Iblis (Bagian 3/5)
Yogyakarta, Indonesia, 2008-2009
Prawidi Prawijo Prawikun
Berupacara
Gusti yang menciptakan Kanjeng Maula Jabarala
Titahkan kepadanya agar menemani kami yang tak berdaya
Gusti yang menciptakan Kanjeng Syekh Makahala
Perintahkan kepadanya agar mengawal kami dengan kekuatannya
Gusti yang menciptakan Walaya Hasarapala
Kirimkan ia kepada kami menjadi sahabat setia
Gusti yang menciptakan Haula Yama Hajarala
Semayamkan ia di pundak kanan kiri kami sebagai tameng di medan laga…
Prawidi, Prawijo, Prawikun
Entrance berlari kecil tergesa-gesa menuju panggung. Tampak gugup.
Prawidi membawa semacam kurungan atau sangkar berisi burung kecil.
Sebelum itu mereka bertiga tampak berunding, kemudian Prawikun meletakkan sangkar itu di suatu sudut agak gelap dan tersembunyi.
Prawito
Berubah situasi ekspressinya
Ada apa ini kok seperti dikejar Iblis…
Menenangkan mereka
Prawidi, Prawijo, Prawikun
Lho kok tahu?
Kok tahu ya?
Kok Mas Prawito tahu kalau kami dikejar Iblis?
Prawito
Ini ngomong apa tho?
Prawidi
Memang kami ini gugup-gugup karena dikejar Iblis…
Prawito
Dikejar Iblis bagaimana
Prawidi
Ya Iblis. Tamunya tadi itu ternyata Iblis
Prawikun
Meletakkan sangkar di tengah arena
Burung ini ya dari beliaunya itu
Prawito
Dari heran menjadi tampak takut
Ah jangan guyon ah
Prawikun
Mas Prawito yang kami hormati, mohon tenang dulu. Begini ceritanya. Setelah mas Prawito pergi tadi, tamunya malah datang dan mengakui namanya Iblis
Prawito
Mundur beberapa langkah. Merespon. Tampak semakin ketakutan
Jangan main-main Dik Prawikun
Prawidi
Benar-benar, Mas. Kan ada manusia, malaikat, jin, setan, demit, hantu, terus Iblis…
Prawito
Ya saya tahu itu, tapi bagaimana kalian tahu dan yakin bahwa itu Iblis…
Prawikun
Kepada Prawijo
Mana Kartu Identitasnya tadi
Prawijo
KTP-nya saya ambil.
Nama: Smarabhumi Smorobomo alias Iblis.
Kebangsaan: Malaikat.
Agama: Rahasia.
Jenis Kelamin: Non-Gender
Prawito
Bergeser makin mundur ke pojok
Kalian jangan berkelakar tho
Prawijo
Dik Prawikun, ceritakan supaya Mas Prawito yakin: tadi si Iblis itu pakaiannya gimana
Prawikun
Rapi, pakai jas, dasi, sepatunya sangat mengkilat, pakai parfum yang harum tapi agak aneh. Tangan kanannya membawa tas kantor yang mahal harganya, tangan kirinya nenteng peci dan kain seperti sajadah atau entah apa kurang jelas
Prawijo
Ekspressi wajahnya?
Prawikun
Wajahnya intelektual, berwibawa
Prawijo
Sorot matanya?
Prawikun
Cerdas, tajam, punya daya tembus luar biasa ke dalam lubuk terdalam dari siapapun yang dipandangnya
Prawijo
Cara bicaranya?
Prawikun
Elegan. Pola susunan kalimatnya mencerminkan bahwa dia pasti Panutan banyak orang
Prawidi
Semua tokoh-tokoh nasional kita pasti kalah wibawa dibanding Iblis
Prawito
Sudah, sudah, sudah. Jangan main-main.
Berputar-putar, beredar-edar ke berbagai sisi ruangan
Situasi ekspressinya berubah seperti di awal adegan ini
Jangan main-main sama Iblis
Rusak bobrok kehidupan manusia oleh pokal Iblis
Iblis laknat itu yang bikin Adam kakek kita tercampak dari sorga ke bumi
Yang bikin manusia melorot jadi Tapel-Tapel
Yang bikin burung-burung Garuda jadi emprit!
Mulai sekarang kita harus keliling ke seantero kampung
Penduduk Siaga Satu karena Iblis benar-benar telah datang
Sini kalian semua…
Prawito dalam keadaan setengah semadi perlahan-lahan berdiri, dengan mengolah kerisnya
Prawito
Sekarang saya tahu kita benar-benar harus bikin Kentrung keliling kampung
Kita harus bertutur kepada sebanyak mungkin penduduk
Kita harus membawakan kisah tentang manusia
Tentang manusia
Ngerti manusia ya?
Pernah dengar tentang manusia?
Membuka Pamor /Keris dari Warangka /Wadah /Sarungnya
Keris di tangan kanannya, Warangka di tangan kirinya
Manusia itu : ini! (yang di tangan kanannya)
Bukan yang ini! (yang di tangan kirinya)
Ini namanya Keris. Tidak penting wujudnya, tidak utama besi bajanya.
Karena hakekat dirinya adalah Pamornya, Sepuhannya, Wibawanya, Nilainya, Ruhnya — jadi, ini-lah manusia
Kalau ini: Tapel! Wadah. Sarung. Warangka.
Ini yang terbuat dari tanah liat, yang dulu diambil dari bumi oleh Maula Hajarala atas perintah Sang Hyang Wenang
Adam tercipta dari tanah liat
Tapi Adam bukanlah yang terbuat dari tanah liat itu
Adam adalah tiupan Roh dari perkenan Sang Hyang Wenang
Jadi, sekali lagi : ini manusia, nilai, kualitas, sepuhan, wibawa, martabat dan derajat, kepribadian, karakter…
Yang ini : gelar, jabatan, profesi, harta benda, mall, Negara, sistem, demokrasi, reformasi…
Mestinya ini dan ini: menyatu, melebur, saling mengkerjasamakan derajat kehidupan, kesejahteraan dan kebahagiaan
Tapi sekarang ini hilang!
Pembangunan hanya berdasarkan ini dan untuk ini
Manusia menyangka ini-lah dirinya, sehingga lenyaplah yang ini
Kebanyakan manusia menyangka dirinya adalah ini
Sehingga ini-nya tenggelam dan lenyap
Jadi kehancuran manusia tak perlu ditunggu atau diramal
Dan kita tidak mau itu
Kita harus berkeliling…
Dik Prawito, pimpin wiridan!
Prawidi Prawijo Prawikun
Berupacara
Gusti yang menciptakan Kanjeng Maula Jabarala
Titahkan kepadanya agar menemani kami yang tak berdaya
Gusti yang menciptakan Kanjeng Syekh Makahala
Perintahkan kepadanya agar mengawal kami dengan kekuatannya
Gusti yang menciptakan Walaya Hasarapala
Kirimkan ia kepada kami menjadi sahabat setia
Gusti yang menciptakan Haula Yama Hajarala
Semayamkan ia di pundak kanan kiri kami sebagai tameng di medan laga….