Tikungan Iblis (Bagian 1/5)
Yogyakarta, Indonesia, 2008-2009
Smarabhumi
Ya, saya
Dengan sangat sopan dan dingin
Boleh saya memperkenalkan diri, boleh ya….
Respon rombongan
Benar boleh?
Respon rombongan
Tidak akan menimbulkan masalah?
Respon rombongan
Janji ya tidak masalah?
Respon rombongan
Saya tidak lantas dituduh sesat, anarkhis, kafir atau apapun lainnya?
Respon rombongan
Baiklah saya memperkenalkan diri
Nama saya Iblis
Rombongan tidak yakin apa yang didengarnya
Nama saya Iblis…
Rombongan mencoba meyakinkan kembali apa yang didengarnya
Setelah nama Iblis disebut tiga kali, rombongan mulai ketakutan, tetapi ada dua orang yang tidak percaya
Prawidi
Iblis bagaimana
Smarabhumi
Ya mohon maaf, memang nama saya Iblis
Prawikun
Nama Sampeyan Iblis, tapi Sampeyan bukan Iblis tho?
Prawidi
Maksud kami, Iblis itu kan hanya nama Sampeyan tho, seperti juga ada orang namanya Cikrak, Gudel, Jemek, Gathul…
Smarabhumi
Tidak. Saya ini memang Iblis, makanya nama saya juga Iblis
Prawidi
Termangu-mangu
Sampeyan ini Iblis, maka nama Sampeyan juga Iblis…begitu?
Sarabhumi
Karena jumlah Iblis memang hanya satu, ya saya ini saja, tidak ada Iblis yang lain, maka tidak perlu dikasih nama apa-apa kecuali ya Iblis saja
Kalau manusia kan banyak, maka harus diberi tanda satu persatu: Sukarno, Suharto, Gareng, Bagong, Limbuk, Buto Kempung, Betoro Kolo dan lain sebagainya
Prawikun
Ah, kalau menurut saya Sampeyan ini ya manusia kok, semua penampilan Sampeyan, bentuknya, segala sesuatunya – manusia. Mosok Iblis…
Prawidi
Mas Mas, dalam dunia manusia, Iblis itu hanya istilah, hanya lambang, Iblis itu digunakan untuk menggambarkan kejahatan, keserakahan, kapitalisme…
Smarabhumi
Tertawa
Sudah lama saya tahu itu. Tapi biarlah saya jawab satu persatu
Pertama, Iblis itu lambang kejahatan…
Maaf ya, Iblis tidak punya kepentingan apa-apa untuk berbuat jahat
Iblis tidak butuh jadi pejabat, tidak butuh kaya, bahkan tidak butuh apapun saja yang dibutuhkan oleh makhluk manusia macam kalian. Jadi untuk apa Iblis berbuat jahat?
Rombongan mulai berubah sikap terhadap Smarabhumi, tampak berguman-guman di antara mereka dengan agak gembira
Smarabhumi
Kedua, Iblis lambang keserakahan…
Mohon maaf agak hati-hati ya Mas kalau bicara
Sebenarnya terus terang sejak dahulu kala saya tersinggung berat dijadikan lambing keserakahan, sebab saya tidak pernah mengkonsumsi apa-apa, saya tidak butuh menumpuk-numpuk harta, bahkan saya tidak butuh makan atau minum. Jadi saya ini serakah apanya? Emang saya manusia?
Rombongan tiba-tiba dengan progressi tertentu bertepuk tangan
Smarabhumi
Dan tadi itu Sampeyan ngomong apa?
Iblis lambang kapitalisme?
Tertawa
Kapitalisme itu Iblis palsu!
Iblis bukan makhluk kapital
Iblis tidak butuh kapital
Jadi mustahil Iblis itu kapitalis!
Prawikun
Ya maaf-maaf, mungkin karena riwayat Iblis dulu : memperdaya Adam sehingga makan buah terlarang, kemudian dihukum dikeluarkan dari sorga dan dicampakkan di bumi yang penuh kesengsaraan ini…
Smarabhumi
He, kamu kenal Adam?
Prawikun
…ndak, Mas
Smarabhumi
Kenalan sama Adam di mana? Di Blok M? Glodog?
Prawikun
…ndak kenal, Mas
Smarabhumi
Sudah berapa kali ke sorga?
Prawikun
…Belum pernah, Mas
Smarabhumi
Wong ndak kenal Adam, ndak pernah ke sorga, lha kok sok pinter membanding-bandingkan dengan bumi…
Smarabhumi tertawa geram
Itulah kebiasaan manusia.
Selalu ngomong, menulis, memberi pernyataan dan memperdebatkan segala sesuatu yang mereka tidak benar-benar paham
Manusia itu baru bisa bunyi tapi sudah ngurus kata
Kemudian mulai belajar satu kata, langsung loncat ke wacana
Akhirnya, mereka belum sungguh-sungguh menguasai wacana, tapi sudah nekad praktek bikin Negara, pembangunan, demokrasi, modernisasi, globalisasi dan segala yang ndakik-ndakik — akhirnya bertengkar sendiri dan mampus!
Riuh tepuk tangan rombongan
Smarabhumi menguasai panggung
Duduk kalian bertiga!
Sekalian saya kasih kalian pelajaran taman kanak-kanak, supaya kalian sedikit mulai belajar mengenali kehidupan
Lihat saya! Semua lihat saya!
Saya ini Penghulu seluruh Roh di alam semesta
Kalau pakai bahasa sana, sebutan resmi saya: Sayyid Muluk
Saya Khazanul Jannah, Bendaharawan Kerajaan Sorga
Prawikun Prawidi Prawijo salah tingkah tapi rombongan bergembira dan bertepuk tangan
Para penghuni Sap Langit Pertama menggelari saya Begawan Manembah, alias ‘Aabid
Di Sap Langit Kedua saya disebut Rooki’ atau Panembahan Andhap Asor
Di Langit Ketiga katanya saya ini Sajid, Ahli Sujud
Di Langit Keempat mereka memanggil saya Empu Menep, Khooosyi’
Di Langit Kelima gelar saya adalah Qoonit, Pendekar Rawe-rawe Rantas Malang-malang Putung — karena setiap keputusan dan perbuatan saya tidak pernah pakai “tapi”, “asal” atau apapun, bahasa jelasnya: saya ini melakukan tugas saya secara total, tanpa reserve
Di Langit Keenam saya Mujtahid, pejuang tafsir dan analisis
Adapun di langit Sap tertinggi, Lapis Ketujuh: saya dijunjung sebagai Zahid
Karena mereka tahu saya ini makhluk yang hidup sangat sederhana
Saya mentertawakan semua yang gebyar
Saya memperhinakan segala jenis kemewahan
Kecuali yang membawa kedekatan kepada Tuhan
He! Sekarang kalian mulai tahu kan siapa Iblis yang sebenarnya!
Ah, tapi sudahlah. Lupakan gelar-gelar itu
Smarabhumi
Kepada Prawidi Prawikun Prawijo
Kalian kok salah tingkah?
Bingung atau apa?
Tidak bisa nerima kenyataan saya?|
Tidak rela pada kenyataan bahwa Iblis adalah seniornya makhluk-makhluk langit?
Ini, saya tinggali kartu identitas saya…
Kalian bisa temukan di sini data-data bukan hanya tentang Iblis, tapi juga file-file beberapa TERA-BYTE tentang apa yang akan kalian alami mulai tahun 2012
Prawidi Prawikun Prawijo tidak berani menerima kartu itu, Smarabhumi membuangnya di lantai
Silahkan baca. Kapan saja kalian memerlukan saya, untuk apapun, saya siap meladeni kalian!
Kepada Rombongan
Ayo ikut saya!
Saya perlihatkan kepada kalian pemandangan-pemandangan yang kalian tidak pernah membayangkannya!
Rombongan berduyun-duyun mengikuti Smarabhumi
Smarabhumi tertawa terpingkal-pingkal