CakNun.com

Tikungan Iblis (Bagian 1/5)

Pentas Kebahagiaan Dinasti
Yogyakarta, Indonesia, 2008-2009
Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 14 menit

Prawikun
Entrance di tengah gemuruh nyanyian membawa Sangkar Sangat Kecil Garuda

Nyanyian pelan-pelan mereda

Prawito
Mana tamunya?

Foto: Adin (Dok. Progress)

Prawikun
Aduh maaf benar-benar maaf, tamu itu sudah saya rayu-rayu bahkan setengah saya paksa-paksa tapi beliaunya bersikeras hanya menitipkan Burung Garuda ini

Prawito
Lha kemarin bagaimana rundingannya kok sekarang tidak jadi ke sini

Prawikun
Janjinya memang ke sini, tapi tadi dia bilang yang penting Garuda ini sampai ke sini

Prawito
Maaf maaf, ini Garuda?

Prawikun
Tadi saya juga nanya begitu kepada beliau

Pembawa Keris mendekati sangkar, mengambilnya dari Pembawa Sangkar

Lama mengamati sambil wajah dan perilakunya menunjukkan kebingungan, heran, tidak mengerti, dan akhirnya marah

Prawito
Iblis setan bekasakan
Ini penghinaan
Ini pelecehan
Jiwa Garuda saya terbakar
Darah Garuda saya panas!

Pembawa Keris naik pitam, berteriak keras dan berlari ke suatu arah, dihalang-halangi oleh lainnya tapi tak berhasil, ia melesat hilang
Pembawa Sangkar naik ke panggung mencoba menenangkan Rombongan

Prawikun
Semua saya mohon tenang…
Sebelumnya, saya minta dua orang untuk menguntit ke mana beliau tadi pergi

[Semua saya mohon tenang… Sebelumnya, saya minta Dik Prawikus untuk menguntit ke mana beliau tadi pergi…]

Prawikus
Siap!

Berlari

Exit

Dua orang menyediakan diri, keluar mengejar Pembawa Keris

Prawikun
Maklumlah orang tua, terkadang emosinya aneh

Mudah-mudahan tidak ketemu dengan tamu kita itu, tak perlu terjadi duel antara orang dewasa melawan orang tua…..

Tentang tamu kita itu, ada baiknya saya ceritakan agak lengkap

Begini. Tamu tadi itu orangnya ganteng, gagah, berpakaian rapi, santun dan kelihatan sangat berilmu.

Maunya tadi tamunya saya ajak langsung ke sini, tapi dia malah ngajak saya makan di sebuah restoran.

Kami mojok. Ngobrol ini itu, singkat kata: saya malah dikursus tentang hal-hal yang menyangkut Garuda….

[Begini ceritanya Saudara-saudara
Tamu tadi itu saya ajak langsung ke sini, tapi dia malah ngajak makan di sebuah restoran. Ya kan mas Prawijo?]

Prawijo
Ya, ya, restoran, restoran

Prawikun
Benar kan, mas Prawidi?

Prawidi
Ya, ya, makan, makan

Prawikun
Kami mojok. Yaaah, ngobrol sana sini

Prawijo
Kami malah dapat kursus kilat tentang Garuda

Prawidi
Kami disuruh omong-omongan sama Garuda

Prawikun
Dia bilang, cobalah tanyakan kepada Garuda ini:
“Da Garuda, apa sebenarnya kemauanmu?
Kamu mau keluar sangkar atau tidak?
Atau sudah krasan hidup terus dalam kurungan?
Kamu mau kebebasan dan kemandirian, atau memilih seperti sekarang: dipenjara dan makan minummu tergantung pada Tuanmu?”Jawab dong Garuda….

Prawijo
Lantas tamu itu bercerita, bahwa dulu Ibu Bapaknya Garuda ini agak lebih besar

Prawidi
Kakek Neneknya lebih besar lagi

Prawikun
Induk Garuda, enam abad yang lalu, adalah burung yang gagah perkasa

Prawijo
Menguasai angkasa

Prawidi
Terbangnya anggun

Prawijo
Dikagumi oleh semua makhluk yang lain

Prawikun
Garuda sejati dengan kepak sayapnya yang kokoh, melintasi kepulauan-kepulauan, bahkan benua-benua
Ia tangguh dan mandiri

Prawidi
Bahkan pernah lahir “Sumpah Garuda
Dan itu menjadi lembaran emas dalam buku besar sejarah di bumi

Lantas tamu itu bercerita
Bahwa dulu Ibu Bapaknya Garuda ini agak lebih besar
Kakek Neneknya lebih besar lagi
Induk Garuda, enam abad yang lalu, adalah burung yang gagah perkasa
Menguasai angkasa, terbangnya anggun
Dikagumi oleh semua makhluk yang lain
Garuda sejati dengan kepak sayapnya yang kokoh, melintasi kepulauan-kepulauan, bahkan benua-benua
Ia tangguh dan mandiri
Bahkan pernah lahir Sumpah Garuda
Dan itu menjadi lembaran emas dalam buku besar sejarah di bumi

Prawikun
Tetapi tiga abad yang lalu, entah kenapa
Garuda menyerahkan dirinya untuk dimasukkan ke dalam sangkar
Mungkin dia capek menjadi Garuda
Ia mulai kehilangan kegagahan dan tak punya tradisi kemandirian

Kemudian Anak Garuda menetas lahir di dalam sangkar
Tak pernah punya pengalaman terbang mengarungi angkasa
Tak pernah terlatih untuk mandiri dalam mencari kesejahteraan
Tuannya, si pemilik sangkar, tiap hari menyediakan makanan di kaleng
yang sebenarnya diambil dari wilayah bumi dan angkasa
yang merupakan hak si Garuda

Kemudian Garuda beranak pinak di dalam sangkar
Anak cucu keturunan Garuda makin kecil badannya
Makin tak mampu terbang dengan sayapnya
Makin tak mandiri kehidupannya
Makin tergantung kepada Tuannya
Tidak berani bercita-cita
Tidak berani bermimpi…..

Smarabhumi

Muncul dari suatu arah yang sama dengan perginya Pembawa Keris

Langsung naik panggung

Rapi penampilannya, tangan kanannya membawa tas kantor yang mahal harganya, tangan kirinya nenteng peci dan kain seperti sajadah, sopan perilakunya, halus dingin tutur katanya

Interupsi Saudara-saudara semua, maafkan saya menyela sebentar

Prawikun
Masyaallah… ya ini tamu kita tadi….

Lainnya

Tikungan Iblis (Bagian 5/5)

Tikungan Iblis (Bagian 5/5)

Aku, Iblis, bukan temannya Setan, bukan Mbahnya Setan, tidak segolongan, tidak separtai dan tidak seiman dengan Setan.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Exit mobile version