Tikungan Iblis (Bagian 5/5)
Yogyakarta, Indonesia, 2008-2009
Sebelas
ORKESTRA MALAIKAT BERBUNGA-BUNGA
Dari riuh rendah Para Tapel terhenti mendadak, suara bergemuruh, entah musik dari semesta mana itu, cahaya dan gelap berseliweran, gambar-gambar dan berbagai suasana mengepung, bagaikan ada para Malaikat melanglang buwana menyanyikan keindahan-keindahan
Para Tapel dan Prawito Prawidi Prawijo Prawikun pada posisinya terpaku
Jabarala Makahala Hasarapala Jabarala berkata-kata sambil berkeliling ruangan, berdialog di antara mereka sambil mendekati Para Tapel maupun Prawito Prawidi Prawijo Prawikun dan satu persatu melemparkannya ke bagian tengan depan dari panggung
Makahala
Hatiku berbinar-binar, hatiku berbunga-bunga
Hajarala
Ada apa gerangan Makahala
Makahala
Sudah mulai ada pemberontakan di Masyarakat Tapel Raya
Hajarala
Apalagi aku.
Dulu aku yang ambil tanah liat di bumi, kubawa terbang kembali ke langit
Dari tanah liat itulah diciptakan Tapel yang pertama
Tapel itu sangat dijunjung, dihormati dan dicintai oleh Sang Pencipta, karena dialah makhluk terbaik yang pernah Ia bikin
Makahala
Tapel yang menggairahkan, tapi juga menjengkelkan
Mengharukan, tapi juga menggelikan
Hajarala
Tapel yang pertama diberi Kerajaan Agung yang sangat mewah di sorga
Diberi pakaian yang anggun dan mewah, dengan ikat kepala intan berlian, dengan jubah sepanjang 400 meter.
Kemudian kita diperintahkan untuk bersujud kepada Kanjeng Kiai Tapel Adam Kalipatulah itu
Dan kita bersujud selama 100 tahun. 100 tahun!
Kecuali Begejil satu itu…
Makahala
Maula Hajarala, aku perhatikan sejak Tapel tercipta, tak ada kalimatmu yang tak mengandung kejengkelan kepada Iblis…
Jabarala
Tentu saja. Karena Maula Jabarala inilah yang bekerja paling keras pada saat-saat persiapan penciptaan manusia pertama, yang kemudian berkembang menjadi Tapel-Tapel ini
Hasarapala
Memang terlalu mudah mereka diseret dan dipermainkan oleh Iblis
Para Tapel adalah makhluk yang sangat ditinggikan oleh Penciptanya
Tetapi sekarang mereka menjadi bahan tertawaan seluruh makhluk di alam
Karena mulut mereka menyembah Tuhan tapi kelakuan kalian mematuhi Iblis
Makahala:
Tetapi sekarang cintaku mekar kembali
Aku segera antarkan kepada mereka berkah bumi, rejeki tanah air, biji-bijian sorga dan pepohonan masa depan
Hasarapala
Sepuluh laksa tahun pekerjaanku satu dan hanya satu itu saja :
Siang malam tanpa henti aku tiupkan terompet firman, mars kebenaran, hymne kebaikan dan seruling keindahan
Kebenaran yang kubawa adalah kebenaran sejati, kebaikan yang kuantarkan adalah kebaikan yang suci, dan keindahan yang kutaburkan adalah keindahan yang abadi
Makahala
Tertawa
Aku sering menyaksikan Maula Hasarapala menangis sendirian
Mungkin karena terlalu merenungi selera rendah kebudayaan Para Tapel
Pikiran mereka sejengkal, penglihatan mereka dangkal, kepuasan hidup mereka adalah kepuasan belut-belut hitam di kubangan yang kotor
Hasarapala
Tapi kalau sekarang hatimu berbunga-bunga, jangan sarankan agar akupun mulai tertawa
Makhluk Ruh macam kita ini sangat cocok untuk menangis, namun sama sekali tidak pantas untuk tertawa
Ketika suasana mulai benderang kembali dan mereka keriuhannya, Para Tapel dan rombongan Prawito pelan-pelan seakan terbangun dari tidurnya, kesadarannya mulai terkumpul kembali