CakNun.com

Tikungan Iblis (Bagian 5/5)

Pentas Kebahagiaan Dinasti
Yogyakarta, Indonesia, 2008-2009
Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 13 menit

Sepuluh
DEKLARASI ORANG-ORANG BODOH

Prawito Prawidi Prawijo Prawikun menghentikan pesta Tapel-Tapel, mengumpulkan dan menenangkan mereka
Tampil Seorang Tapel dengan Deklarasi Orang-orang Bodoh

Prawidi
Sudah, sudah, jogetnya cukup, cukup

Prawikun
Kumpul dulu di sini, duduk, duduk yang baik
Buka pakaiannya, jangan mengada-ada, pakai pakaian yang biasanya saja

Prawijo
Ambil nafas panjang dulu, tenangkan diri, tenang

Prawito
Memperhatikan dari suatu jarak

Prawidi
Apa tidak capek tho jogeeeet terus, nyanyi-nyanyiii terus siang malam
Coba yang itu… Siapa namanya?

Tapel
Besok pagi ke pasar

Prawidi
O, besok pagi ke pasar
Baik. Silahkan bergeser ke situ

Dalam proses dialog ini satu persatu Tapel ditanyai dan sesudah menjawab disuruh bergeser ke depan bibir panggung sebagaimana di awal pentas

Prawidi
Kalau kamu besok pagi ke mana?

Tapel
Satu tambah satu

Prawidi
Oke… sama dengan dua
Ok. Silahkan ke sana.
Coba kalau kamu, dua tambah dua berapa?

Tapel
Nasi brongkos

Prawikun
Nasi brongkos Jembatan Tempel
Siiip. Monggo bergabung.
Kalau kamu, sukanya makan apa?

Tapel
Saya tidak nyopet kok

Prawikun
Tidak, tidak nyopet.
Toop. Please sana sama teman-teman.
Kamu juga tidak njambret to?

Tapel
Pilkada dua bulan lagi

Begitu seterusnya, Tapel satu persatu dipersilahkan kumpul di bawah

Prawikun
Kalau Pemilu Nasional?

Tapel
Film

Prawikun
Kok film?

Tapel
Serangan Fajar

Prawikun
O, maksudnya dua puluh ribu

Prawijo
Tepuk tangan semua anak-anak….

Tapel-Tapel riuh bertepuk tangan gembira

Prawito
Ternyata cerdas juga…

Lagi Tapel-Tapel riuh bertepuk tangan gembira

Prawikun
Meskipun manusia tinggal Tapelnya, ternyata intelegensianya masih OK juga

Tapel-Tapel lebih riuh bertepuk tangan gembira

Seorang Tapel
Berdiri dari tengah kumpulan Tapel-Tapel

Maaf Bapak-Bapak….

Prawito Prawidi Prawijo Prawikun bertanya-tanya

Mohon izin saya mau bicara

Prawito Prawidi Prawijo Prawikun mulai terperangah

Kami memang bodoh, kami aku kami memang bodoh
Tetapi tidak sebodoh yang Bapak-Bapak sangka
Andaikanpun kami memang benar-benar bodoh
Itu bukan karena aslinya kami ini makhluk bodoh
Tetapi karena sepanjang hidup kami ini selalu dibikin bodoh

Tapel-Tapel bertepuk tangan

Tapi kami tidak bodoh untuk mau terus menerus dibodohkan
Dan kami tidak selamanya bodoh untuk membiarkan diri kami dibodohi

Tapel-Tapel bertepuk tangan makin seru

Bodoh itu tidak ada
Yang kami tidak punya adalah biaya untuk berlagak jadi orang tidak bodoh
Sebagaimana Bapak-bapak ini berposisi kuasa untuk membodoh-bodohkan kami
Padahal belum tentu Bapak-Bapak ini tidak lebih bodoh dibanding orang yang paling bodoh

Tapel-Tapel bertepuk tangan sangat seru

Kami sudah sangat sabar selama ini diperlakukan sebagai orang bodoh
Kesabaran memang bisa menjadi salah satu jenis kebodohan
Tetapi sabarnya kami, pasti menggambarkan betapa tangguhnya mental kami

Tapel-Tapel bertepuk tangan gembira

Kami pura-pura bodoh, Bapak-bapak yakin bahwa kami bodoh
Betapa bodohnya orang yang tidak mengerti orang lain yang pura-pura bodoh

Tapel-Tapel bertepuk tangan tertawa

Seandainya kami ini memang orang-orang bodoh, sehingga Bapak-bapak menyebut kami ini Tapel-Tapel…
Sekali lagi, seandainya kami ini benar-benar orang-orang bodoh, hendaklah Bapak-bapak ketahui bahwa kami orang-orang bodoh sama sekali tidak membutuhkan orang-orang pinter
Sementara Bapak-bapak sangat memerlukan orang bodoh untuk merasa bahwa diri Bapak-bapak ini pinter

Tepuk tangan Tapel-Tapel memuncak

Tolong Bapak-bapak dengarkan baik-baik
Inilah Deklarasi Orang-orang Bodoh:
Pintar atau bodoh jangan jadikan ukuran utama
Kecuali untuk mengakui bahwa kaum pintar jauh lebih punya andil
Dalam hal merusak alam, bumi dan Negara

Pintar dan bodoh adalah dua kata yang amat melukai hati manusia
Yang kita perlukan bersama adalah pendidikan tanpa biaya
Sehingga setiap orang memiliki kesempatan berkembang secara setara
Demikian, terima kasih

Panjang tepuk tangan Tapel-Tapel

Prawito Prawidi Prawijo Prawikun terdesak oleh perasaannya sendiri karena protes Tapel itu sehingga tak sengaja mereka minggir sambil berpegangan satu sama lain

Lainnya

Tikungan Iblis (Bagian 1/5)

Tikungan Iblis (Bagian 1/5)

Dulu kita bertanya kepada Tuhan: kenapa Engkau ciptakan manusia, yang toh pasti akan merusak bumi dan suka menumpahkan darah.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

Topik