Sakarep Sapaneuleuan
Menjalani masa pandemi dalam dua tahun ini, bukan perjalanan yang mudah. Kondisi saat ini, hampir berdampak kepada semua sektor hingga membuat kita harus kembali mengawali. Terutama dalam persoalan bertahan hidup, tidak mudah bagi kita untuk menjalaninya. Ditambah lagi dengan informasi dimedia sosial yang menimbulkan kegaduhan-kegaduhan.
Semua yang berlangsung berakibat pada kerusakan atau ketidakseimbangan bagi ekosistem kehidupan kita sebagai khalifah serta alam sebagai obyek yang diamanahkan Allah SWT.
Pada satu moment, Mbah Nun pernah menyampaikan, “Jangan sampai kita hanya mendapatkan kesengsaraan dan kelelahan atas pandemi ini”. Karenanya, dalam keadaan seperti ini bagaimana seharusnya kita bersikap. Jalan terbaik macam apa yang perlu kita lakukan.
Dalam pribahasa Sunda ada ungkapan Sakarep Sapaneuleuan, dalam bahasa Indonesia arti yang mendekati adalah satu tekad satu pemahaman, melangkah bersama untuk kembali menata, merangkai, memungut sesuatu yang dilupakan, ditinggalkan karena pengaruh Covid-19. Atau dapat kita artikan sebagai kehendak diri.
Menurut almarhum Syaikh Nursamad Kamba, “Manusia menjalani kehendak Tuhan, baik melalui kehendaknya sendiri maupun kehendak Tuhan secara langsung. Namun, yang terakhir ini sama sekali bukan pekerjaan gampang. Apa yang dikira kehendak Tuhan bisa jadi itu kehendakmu (manusia) sendiri,” sebagaimana yang ditulis dalam caknun.com, rubrik Tetes.
Namun bagaimana caranya kita mengenali kehendak tuhan yang ada pada kehendak diri sendiri. Mari kita saling berbagi, bertukar informasi yang diliputi cinta, melingkar bersama dalam rahmatNya, pada hari Jum’at, 21 Januari 2022, yang akan dimulai pukul 19.00 WIB, di Gedung Dakwah Islamiyah, Kota Tasikmalaya.