Ruwat (Desa), Lebih Mendalam dari Me-Rawat
Alhamdulillah Sinau Bareng tadi malam di Lapangan Desa Tambak Oso tidak hanya berjalan lancar seperti pada Sinau-Sinau Bareng sebelumnya, tetapi menandai satu spot telah terselesaikan dari jadwal panjang Mbah Nun dan KiaiKanjeng dalam berkebersamaan dengan anak cucu jamaah Maiyah dan masyarakat luas melalui Sinau Bareng berbagi ilmu dan kegembiraan. Setelah dari Sidoarjo ini sudah menanti jadwal di Pemalang, Mojokerto, Banjarnegara, Wonosobo, Yogyakarta sendiri dst.
Sinau Bareng tadi malam diselenggarakan dalam rangka Ruwatan Desa Tambak Oso. Pak Fauzi sebagai lurah Tambak Oso ingin dengan ruwatan ini masyarakat mengingat para leluhur desa, serta dengan acara ini diharapkan dapat mengingatkan warga perlunya menciptakan suasana guyup rukun di dalam masyarakat. Desa Tambak Oso berada di kawasan berkembangnya pembangunan dan bisnis di Surabaya dan Sidoarjo yang ditandai oleh banyak apartemen dan kompleks pertokoan yang ada di depan pemukiman desa Tambak Oso. Desa ini juga berjejeran dengan Jalan Tol Juanda. Sebagian besar mata pencaharian warga adalah petani Tambak dengan budidaya ikan bandeng dan udang.
Dalam Sinau Bareng tadi malam, Mbah Nun mengatakan beliau ingin anak-cucu Jamaah Maiyah khususnya dan masyarakat luas dalam Sinau Bareng ini bisa senang dan seneng-seneng tetapi seneng yang Allah juga senang. Seneng-seneng yang Allah suka dengan seneng-senengnya kita itu. Kalimat tersebut sering beliau sampaikan dalam Sinau Bareng dan ini kita yakin menunjukkan bahwa prinsip yang dikandung dalam kalimat beliau itu sangat penting. Bukan hanya penting, tetapi sebenarnya beliau sering sampaikan kalimat tersebut supaya menancap dalam kesadaran kita. Mengapa? Karena apa yang beliau katakan tentang seneng-seneng yang Allah seneng ini adalah hal baru. Adakah yang selama ini mengaitkan senang, kesenangan, dan seneng-seneng dengan Allah dengan rumusan “seneng-seneng yang Allah juga seneng”. Asik sekali kan! Kita bisa senang-senang yang Allah menyukai senang-senangnya kita itu.
Dari sisi subjeknya, kita bisa mendaftar siapa-siapa yang “merasakan senang” dalam Sinau Bareng ini. Kita mulai dari Pak Lurah Fauzi. Teman-teman yang hadir bisa merasakan rasa dalam kata-kata Pak Lurah saat memberikan sambutan dan pengantar, “Saya terharu dan bahagia… semoga ini awal yang baik buat desa Tambak Oso. Masyarakat tak lupa dengan riwayat leluhur. Warga Tambak Oso bisa menghargai leluhur yang sudah mendahului. Sebab tanpa leluhur itu, desa Tambak Oso tak akan ada atau terbangun.” Saking terharunya melihat orang sebegitu banyak yang hadir di depan mata beliau, beliau bilang, “Saya jadi bingung ngomong nopo Mbah!” Untung Mbah Nun dengan santai menimpali, “Yo jungkir walik ae nek bingung”. Semua tertawa tersenyum menikmati keindahan ini.
Kemudian, para jamaah, anak-cucu Jamaah Maiyah, dan masyarakat yang antusias hadir. Kehadiran Mbah Nun saja sudah merupakan kebahagiaan dan kegembiraan bagi mereka. Lalu, warga masyarakat yang berjualan dan menggelar lapak di sepanjang jalan menuju lapangan. Mereka tentu “senang” turut kecipratan berkah dari kehadiran Mbah Nun dan KiaiKanjeng. Sampai acara selesai, dan saat jamaah bergelombang bergerak pulang, aktivitas melayani pembeli masih terlihat berlangsung di lapak-lapak yang menawarkan berbagai macam produk.