CakNun.com

Ruang yang Tepat Untuk Tumbuhnya Manusia Bermanfaat

Liputan Majelis Ilmu Bangbang Wetan Surabaya, 22 Agustus 2022
Amin Ungsaka
Waktu baca ± 4 menit

Majelis Ilmu Bangbang Wetan edisi Agustus dilaksanakan pada Senin malam (22/8) dengan mengangkat tema berjudul “Omah Peneleh”. Satu tema yang akan mengajak jamaah membincang soal konsep pendidikan. Sejak maghrib, jamaah telah memadati tempat acara yaitu Kayoon Heritage, Jl. Embong Kemiri No.19-21, Genteng, Surabaya.

Sabrang (Noe Letto) berbicara tentang sisi lain sejarah HOS Tjokroaminoto. Maiyah Bangbang Wetan SUrabaya edisi Agustus 2022.
Dok. Bangbang Wetan.

Seperti Majelis Ilmu Padhangmbulan yang mengawali acara dengan tawashshulan, Bangbang Wetan juga mengawali majelis dengan tawashshulan.

Memasuki sesi diskusi, dengan mengutip prolog, moderator Yasin menyampaikan bahwa Omah Peneleh adalah rumah yang melahirkan ideologi-ideologi dan semangat generasi muda bangsa Indonesia zaman dahulu.

Sementara itu, Gagas Aji, salah seorang dosen muda Unair, mensinyalir bahwa Surabaya zaman dulu menjadi tiang bagi Indonesia dan sebagai tiangnya Indonesia, Surabaya sangatlah kuat. Sebab, masyarakatnya punya karakter cukup kuat. Keistimewaan karakternya tidak hanya terletak pada kotanya, tetapi juga pada masyarakatnya.

Karakter yang kuat dari Surabaya itu dibentuk oleh masyarakatnya yang terdiri dari berbagai wilayah, sehingga melahirkan dinamika sikap sosial dan silaturahmi yang tegas dan cakcek.

Gagas Aji berharap, diskusi memaknai sejarah Omah Peneleh dapat menjadikan jiwa kita tetap hangat sehingga semangat kita tidak pernah padam.

Sejenak ke Masa Lalu, Menemukan Solusi Untuk Masa Depan

Mengenai menggali sejarah Omah Peneleh, Pak Darmaji ingat apa yang pernah disampaikan Mbah Nun, bahwa perjalanan waktu itu ada tiga kategori. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Tetapi dalam praksisnya perjalanan tersebut dimulai dari masa sekarang, sebentar ke masa lalu, menuju masa depan. Dan semua tesis, skripsi, dan paper memiliki pola kategori perjalanan waktu yang sama.

Menurut Pak Darmaji, hari ini kita menulis paper untuk mencari solusi atas masa depan, dan selalu tidak berangkat dari nol, karena kita mempunyai sesuatu di masa lalu, yang bernama daftar pustaka. Daftar pustaka itu yang kita gunakan untuk mematangkan teori kita hari ini, untuk mencari solusi atas masa depan.

Berkaca pada tokoh HOS Tjokroaminoto dan Omah Peneleh, Pak Darmaji berpesan agar kita jangan sampai salah memilih guru. Peran HOS Tjokroaminoto sendiri merupakan guru bangsa yang luar biasa. Sehingga Bung Karno, Tan Malaka, Semaoen, Alimin, Muso, dan lain-lain mendapatkan guru yang tepat. Melihat Omah Peneleh, Pak Darmaji menangkap ada suasana kebersahajaan. Pada suasana kebersahajaan itu, sepanjang kita sebagai murid mempunyai kesungguhan belajar sesuatu, kita akan sampai pada apa yang kita tempuh.

Mempunyai Kesempatan Berpikir

Mas Sabrang berbicara tentang sisi lain sejarah HOS Tjokroaminoto. Ia melihat pola bahwa setiap ada perkumpulan, ada orang besar di dalamnya. Pertanyaannya, mengapa ada perkumpulan yang tidak jadi dan ada yang jadi? Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa tidak mudah direplikasi pola tersebut?

Menjawab pertanyaan itu, Mas Sabrang mempunyai hipotesis bahwa mereka berkumpul dan karena mereka berkumpul, maka mereka kemudian mempunyai kesempatan untuk berpikir. Sebenarnya berpikir bukanlah proses yang sederhana. Kita perlu berpikir agar kita bisa menghindari ‘lubang’ di masa depan, tidak kecemplung.

Pertanyaan berikutnya, apa yang dimaksud berpikir? Bagaimana yang disebut berpikir dan yang tidak? Mas Sabrang menguraikan bahwa berpikir harus melalui proses memformulasi konsep, menjadikannya kata-kata, dan bisa dikomunikasikan. Salah satu caranya dengan banyak mengobrol dengan diri kita sendiri. Karena kalau kita belum bisa membuat kalimat, hal itu membuktikan bahwa sebenarnya kita tidak berpikir, hanya grambyang.

Contoh sederhana untuk melatih kita berpikir adalah dengan menerjemahkan konsep warna kuning yag ada di kepala. Kita mencoba memformulasikan dengan kata-kata dan mengkomunikasikannya tanpa menyebut kata kuning tersebut.

Lainnya

Rahmatan lil ‘Alamin-nya Mannna?

Rahmatan lil ‘Alamin-nya Mannna?

Setelah diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an dan lantunan beberapa sholawat, Cak Nun langsung naik ke panggung bersama dengan beberapa sahabat-sahabat lama yang aktif di Persada Studi Klub (PSK) yang dua hari sebelumnya mengadakan acara peringatan 47 tahun PSK di Rumah Maiyah Kadipiro.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
United Nations of Nusantara

United Nations of Nusantara

Tadarus Surat Al Hujurat dibacakan bersama-sama secara tartil mengawali Kenduri Cinta edisi September kali ini.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Hilwin Nisa
Hilwin Nisa

Tidak

Tidak