CakNun.com
Wisdom of Maiyah (164)

Ramuan Cinta Maiyah

Sulistya Pratiwi
Waktu baca ± 1 menit

Ketika seorang Sufi bernama Imam Junaid Al Baghdadi menyampaikan bahwa cinta adalah landasan dari cara beragama, dia mungkin sudah dapat memprediksi apa yang terjadi pada sebuah hubungan yang bertumpu pada paksaan. Itulah yang mungkin juga sedang diperjuangkan oleh Maiyah, beragama tanpa paksaan. Jika ditanyakan apakah Maiyah adalah sebuah paguyuban ataukah sebuah aliran baru dalam ber-Islam, jawabannya tentu saja bukan. Saya sering sekali menemukan bahwa Maiyah mengangkat berbagai isu-isu yang tidak melulu soal agama, meski pada akhirnya semua aspek dan isu-isu akan mempengaruhi selera berketuhanan seseorang.

Mengapa banyak kalangan yang merasa cocok dan betah di Maiyah tentu beralasan. Sebatas pengetahuan saya adalah bahwa di Maiyah beragama bukanlah hal yang membosankan dan menakutkan. Fenomena seperti orang-orang berkumpul di malam hari sampai subuh sekadar untuk menghadiri Sinau, adalah satu keunikan Maiyah. Tidak sedikit yang datang usai lelah bekerja, datang dengan harapan dapat menememukan solusi berbagai problema, hingga yang datang untuk menuntaskan kerinduan. Semua yang berlangsung di dalamnya menjadi alasan untuk kembali datang lagi di Sinau berikutnya.

Cinta adalah ramuan jitu yang mendasari tulus ikhlas seseorang dalam menghamba. Pada satu kesempatan, Buya Nursamad Kamba pernah menyampaikan bahwa salah satu hal yang paling sia-sia adalah bertuhan tanpa bercinta. Cinta seringkali dijadikan topik pembicaran oleh Marja’ Maiyah, dan kita bisa rasakan juga cinta adalah energi yang selalu terpancar dari Maiyah.

Lainnya

Exit mobile version