Puasa Sehari-Hari Sesudah Ramadhan
Ramadhan akan segera berlalu. Sedih memang. Kalau bisa, jadikan tiap hari dan tiap bulan sebagai Ramadhan. Bulan ini memberi kita pelajaran sangat berharga dan merupakan ajang training untuk kehidupan kita sehari hari, dalam segala hal. Tapi masak ya training terus, kapan aplikasinya? Ya kan….
Kehidupan kita harus dipenuhi dengan “puasa” di segala hal dan segala bidang. Dalam bidang kesehatan jasmani, kita jelas memperoleh banyak manfaat dari puasa Ramadhan ini. Dari mulai manfaat di otak, di mana fungsi puasa bisa mencegah tubuh kita dari pikun, karena selama puasa berlangsung distimulasi sebuah zat yang diistilahkan sebagai zat anti pikun.
Berat badan pun seharusnya terkontrol dengan dilakukannya puasa. Berat badan menurun dengan sendirinya akibat puasa. Demikian juga profil lemak di dalam tubuh yang akan dicapainya keseimbangan antara lemak jahat dan lemak baik.
Dalam hal penyakit gula, penyakit ginjal, bahkan dalam proses kehamilan pun puasa ini mempunyai banyak manfaat. Bahkan dalam sistem kekebalan tubuh, manfaat puasa tidak diragukan lagi. Bahkan sekarang yang bernama puasa intermitten menjadi ‘cara hidup’ beberapa kalangan kita. Bukan gaya hidup lho… Tetapi cara hidup! Karena, dengan puasa, sistem kekebalan tubuh kita akan meningkat. Tubuh akan lebih bisa tahan terhadap infeksi bakteri maupun virus, bahkan ketahanan terhadap kanker pun akan meningkat.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Hossein Rouhani, di Universitas Isfahan Iran telah dipublikasikan dalam sebuah jurnal riset tentang sains kedokteran. Penelitian tersebut bertajuk “Is Ramadan fasting related to health outcomes? A review on the related evidence”. Penelitian ini memuat hampir semua hal yang sudah saya tulis di atas.
Pada kesimpulannya, Hossein Rouhani mengatakan, meskipun penelitian yang dilakukan mengenai puasa Ramadhan dalam hubungannya dengan kesehatan dirancang mirip dengan penelitian sebelum-sesudah intervensi, faktor perancu dalam penelitian ini tidak dikendalikan dengan baik. Beberapa penelitian melaporkan bahwa puasa Ramadhan memiliki efek perlindungan kesehatan; namun efek ini tidak berlanjut pada periode pasca-Ramadhan.
Apa pelajaran di hal ini? Di dalam penelitian tersebut, training yang dilakukan selama Ramadhan tidak dipertahankan dalam bulan-bulan berikutnya dalam kehidupan sehari-hari. Mestinya puasa bisa melindungi kesehatan, bahkan puasa harus menjadi penyembuh dari berbagai macam kelainan/penyakit. Baik puasa total maupun puasa parsial (berpuasa untuk unsur tertentu). Misalnya pada penderita hipertensi disarankan untuk “puasa” garam. Artinya harus sangat mengurangi garam agar tekanan darahnya terkontrol. Karena mekanisme tekanan darah sangat dipengaruhi oleh konsumsi garam. Lalu apakah harus makan tanpa bumbu garam? Apa jadinya?
Itu hanya salah satu contoh penyakit yang mesti dikontrol dengan membatasi (baca: puasa) unsur tertentu. Banyak penyakit yang bisa terkontrol dengan puasa parsial ini. Puasa dengan tidak mengkonsumsi unsur-unsur tertentu. Diabetes – berpuasa karbohidrat dan gula; penyakit kantung empedu – berpuasa terhadap lemak; dan masih banyak lagi.
Semalam menjelang acara Tawassulan di Rumah Maiyah Kadipiro (27 April 2022), saya bertemu Cak Nun. Walaupun tak genap 5 menit bertemu, saya mendapat masukan sangat berharga dalam dialog singkat tadi malam. Beliau bilang bahwa di dalam manusia terdapat unsur hewan, unsur tumbuhan, unsur materi, unsur malaikat, unsur setan, dan tentu unsur (sifat) Tuhan. Karena manusia adalah ahasani taqwim.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Surat At-Tin Ayat 4)
Jadi, anasir dalam diri manusia adalah sangat komplet. Ada unsur yang mamacu, tetapi sekaligus ada pula yang mengekang. Ada yang injak gas, ada pula yang injak rem. Hidup dan kehidupan harus dalam posisi seimbang agar harmoni tercipta. Agar orkestra tidak sumbang. Harus ada dirijen. Inilah pentingnya puasa. Dalam banyak hal kita harus berpuasa. Harusnya lhooo.. Tapi manusia kan macam-macam, dan ada juga yang maunya macam-macam.
Baru tadi siang saya dijapri oleh kawan yang cerita kalau sohibnya pengen macam-macam. Ya ingin jadi pejabat, ingin jadi ilmuwan, ingin jadi guru besar, dan tentu secara materiil pengen duitnya banyak. Sekaligus, dalam satu diri manusia! Wah wah wah. Itu hal yang manusiawi. Tetapi manusia kan ada batasnya. Manusia adalah makhluk yang paling lemah. Yang kuat hanyalah nafsunya. Padahal nafsu itu yang akan berbalik menghantamnya. Pengen begini, pengen begitu, iri, dengki, riya, dan banyak penyakit mental lainnya. Di sinilah puasa sangat bermanfaat. Agar bisa mengendalikan diri kita. Agar seimbang.
Allah Swt. berfirman, “Hai manusia, apakah yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan mejadikan (susunan tubuhmu)-mu seimbang”. (QS Al-Infithaar (82): 6-7).
Tapi manusia suka lupa, sehingga perlu selalu diingatkan dan perlu tools untuk itu. Itulah makna puasa. Puasa harus menjadi penyeimbang, puasa harus menjadi controller dalam kehidupan kita sehari-hari. Keseharian kita harus dihiasi dengan kelembutan, sebagaimana kita di-training dalam bulan Ramadhan ini pada dimensi sosial dan dimensi ruhaniah.
“Walyatalatthof”!
Yogyakarta, 28 April 2022