CakNun.com

Puasa Itu Unik

dr. Eddy Supriyadi, SpA(K), Ph.D.
Waktu baca ± 3 menit

Mengapa puasa itu unik?

Kita coba bahas fisik puasa. Atau puasa secara fisik. Kalau istilah Cak Nun adalah urusan “badhogan”.

Photo by Fikri Rasyid on Unsplash

Pada saat kita tidak bersinggungan dengan “badhogan” (makan dan minum) maka kita, pelaku puasa, akan menjadi lebih “siaga”, lebih “melek”, dan lebih fokus, dan produk akhirnya adalah lebih efektif dan tentu akan lebih produktif.

Lho masak sih? Tapi mengapa ada orang yang puasa kerjaannya lebih banyak tidur, malas beraktivitas, dan lemes. Pada awalnya memang seperti itu, karena tubuh kita membutuhkan adaptasi. Tetapi adaptasi ini hanya berlangsung selama 1-2 hari pertama saja. Selebihnya kita akan merasakan kenikmatan puasa pada hari-hari berikutnya.

Saya sendiri merasakan hal itu. Efek yang terjadi selama puasa Ramadlan adalah kondisi diri yang lebih efektif dan produktif, padahal bangun tidur lebih awal. Lebih banyak melek daripada tidurnya.

Kenapa bisa begitu?

Pertama, ada mekanisme perubahan pola makan-minum selama puasa. Di masa ini, mesin-mesin di sistem pencernaan diistirahatkan. Akibatnya supply darah ke sistem pencernaan ini banyak berkurang. “Truk-truk” pengangkut bahan makanan dari perut diistirahatkan. Bahan makanan yang akan mengalami proses digesti sangat banyak berkurang.

Hal ini terjadi bila puasa dilakukan dengan sebenar-benarnya puasa. Megnapa begitu? Coba kita introspeksi diri kita sendiri dan kita lihat sekeliling kita. Apakah kita benar-benar “puasa” dalam arti memang kita melakukan injak rem terhadap makanan, minuman, dan segala hal yang membatalkan puasa? Apakah kita hanya sekadar “menggeser” pola makan kita?

Atau bahkan kita justru menambah volume makanan, memperbanyak jenis makanan dan frekuensi makan? Budaya mempersiapkan jajanan dan makanan sebelum berbuka, adanya acara bukber, bukankah itu semua akan menambah jumlah, frekuensi, dan biaya makanan?

Maka puasa dengan sebenar-benarnya akan mengistirahatkan tubuh kita. Jangan tubuh kita berpuasa tetapi syahwat (terhadap makanan) justru berhari raya. Camkan!

Kedua, bila puasa kita lakukan dengan benar, maka tubuh kita beradaptasi. Tubuh akan meningkatkan hormon norepinefrin dan kortisol yang berfungsi mengasah kewaspadaan dan membuat kita lebih fokus. Peningkatan zat-zat ini menjadikan sistem kewaspadaan tubuh kita di-setting ke dalam mode berburu. Pernah berburu?

Setelah beberapa saat kita mulai berpuasa (sejak saat Subuh), maka tubuh kita melalui organ yang bernama hati (liver) akan mulai memproduksi benda keton (senyawa yang berasal dari lemak) yang merupakan sumber bahan bakar yang jauh lebih baik untuk otak daripada glukosa. Belakangan metode ini dikembangkan sebagai salah satu upaya mengatasi beberapa permasalahan kesehatan yang ada. Banyak orang menyebut metode ini dengan ketofastosis.

Manfaat lain dengan terciptanya kondisi puasa ini adalah tubuh meningkatkan suatu zat brain-derived neurotrophic factor (BDNF). Sebuah zat yang berfungsi meningkatkan resistensi neuron terhadap disfungsi dan degenerasi. Dengan kata lain, BDNF yang diproduksi ini akan menghindarkan kita dari lupa dan pikun. Masya Allah!

Kondisi puasa (kondisi tanpa makan dan minum untuk jangka waktu tertentu) sangat bermanfaat bagi otak dan tubuh manusia. Karena mau tak mau dipaksa atau tidak dipaksa, tubuh kita akan melakukan penyesuaian (beradaptasi). Ini sunatullah.

Kesimpulannya, puasa sangat bagus bagi tubuh kita. Bukan hanya untuk aspek kognitif tetapi juga untuk menjaga kesehatan dan kinerja secara keseluruhan. Allah sendiri yang akan memberi “balasan” terhadap puasa kita. Sedangkan kita hanya bisa mempelajari fenomena yang terjadi dalam puasa ini. Masih banyak rahasia yang terkandung di dalam puasa.

Kita ingat sekali lagi hadits qudsi yang menyatakan, “Seluruh amalan kebaikan manusia akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat”. Allah Ta’ala berfirman, “Kecuali puasa. Sebab pahala puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia (orang yang berpuasa) telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku.”

Yogyakarta, 20 April 2022

Lainnya

Fungsi Niat Melaparkan Diri

Fungsi Niat Melaparkan Diri

Dalam sepinya siang puasa hari pertama, saya sedikit melamun dan dalam lamunan saya terpikirkan apa saja pengaruh puasa dalam diri manusia pada sisi psikologis.

dr. Eddy Supriyadi, SpA(K), Ph.D.
dr. Eddot
Bersatu dalam Ilmu

Bersatu dalam Ilmu

Sekolah sederhana ini setiap hari seperti menggelar orkestra. Betapa tidak, dengan sekat antarkelas dari gedeg bambu atau triplek, maka suara yang muncul antarkelas bisa saling menyeberangi.

Mustofa W. Hasyim
Mustofa W.H.
Exit mobile version