Perahu Retak (5/17)
Jawa - Islam
di awal Kerajaan Mataram
Lima
(Syech Jangkung dan Nimas Jambuwangi menikmati dan menertawakan Raden Mas Kalong yang jatuh terjerembab)
JANGKUNG : Kau mau nantang bertempur melawan Sutawijaya?
KALONG : Bukan Sutawijaya yang kulawan, Guru. Aku sekadar harus siap berperang melawan apa atau siapa saja yang memaksaku berperang.
JANGKUNG : Pendekar tak bisa dipaksa.
KALONG : Tapi pendekar memanggul kewajiban.
JANGKUNG : Baiklah. Kewajiban. Tapi apa yang kau andalkan? Tubuhmu yang kuat?
KALONG : Tidak, Guru. Yang aku andalkan adalah kesanggupan bergerak.
JANGKUNG : Kesanggupan bergerak?
KALONG : Tidak, Guru. Yang aku andalkan adalah jumlah dan kehebatan jurus.
JANGKUNG : O, jumlah dan kehebatan jurus?
KALONG : Tidak, Guru. Yang aku andalkan ketepatan memilih jurus berdasar keperluan dan saatnya.
JANGKUNG : Hmm. Ketepatan memilih jurus berdasar keperluan dan saatnya?
KALONG : O, tidak, Guru. Yang aku andalkan adalah mutu senjata yang kumiliki.
JANGKUNG : Bukan main. Mutu senjata. Apa dan di mana senjatamu?
KALONG : Dalam akal dan hati nuraniku.
JANGKUNG : Luar biasa. Akal dan hari nurani?
KALONG : Tidak, Guru. Yang aku andalkan adalah posisi ruang dan waktu dalam hidupku.
JANGKUNG : Haha! Posisi ruang dan waktu?
KALONG : Tidak, Guru. Yang aku andalkan adalah kesigapan berlari dari musuh.
JANGKUNG : Musuh mengepungmu di seluruh muka bumi. Ke mana engkau hendak berlari?
KALONG : Lari menuju cara hidup yang tanpa musuh.
JANGKUNG : Seperti Pangeran Benowo ayahandamu, berlari di lubang-lubang tikus di balik semak belukar. Sedangkan setiap saat kebenaran dihajar?
KALONG : Tidak, Guru. Aku datangi musuh, agar ia tak lagi menjadi musuh, sehingga aku tak punya musuh.
JANGKUNG : Kuatkah kau mendalami Ilmu Sunyi yang bisa memasuki lubuk hati setiap orang tanpa melalui pintu apapun?
KALONG : Kekuatan bukan milikku, Guru. Kekuatan adalah sesuatu yang hanya bisa kumohonkan dari yang empunya.
JANGKUNG : Kebalkah kau dari kehidupan yang tangannya menggenggam beribu-ribu belati?
KALONG : Kekebalan adalah keselamatan di hadapan Tuhan.
JANGKUNG : Jadi apakah engkau seorang pendekar?
KALONG : Bukan, Guru. Aku hanya seorang manusia, yang terus berlatih agar mampu menjadi hamba Tuhan!
JANGKUNG : Kalong! Kini jadilah Guruku!
KALONG : Aku tidak mengerti maksud Guru!
JANGKUNG : Murid yang baik adalah yang sanggup menjadi Guru yang baik. Karena Guru yang baik adalah juga yang sanggup menjadi murid yang baik.
KALONG : Ampun, Guru….
JANGKUNG : Bergeraklah, untuk kuikiti. Seorang Guru akan terserimpung gerakannya oleh gerakan muridnya apabila salah olahannya! Ayo!
(Syech Jangkung memaksa Raden Mas Kalong melakukan gerakan. Guru itu menyerbu muridnya hingga terjatuh berkali-kali).